Main di Kandang, CLS Knights Kalah Lagi dari Wakil Thailand

Rabu, 21 Februari 2018 23:45 WIB
Editor: Abdurrahman Ranala
© Fitra Herdian/INDOSPORT
Frederick Lish, pemain  CLS Knights Indonesia. Copyright: © Fitra Herdian/INDOSPORT
Frederick Lish, pemain CLS Knights Indonesia.

CLS Knights Indonesia takluk dari tim Thailand Mono Vampire dengan skor 80-86 dalam lanjutan ASEAN Basketball League (ABL) 2017/18 yang digelar di GOR Kertajaya, Surabaya, Rabu (21/02/18).

Dikutip dari laman resmi ABL, hasil ini membuat CLS berada di peringkat kedelapan atau kedua terbawah di klasemen sementara ABL 2017-2018 dengan catatan tiga kemenangan dari 15 laga.

Sementara Mono Vampire bertengger di peringkat keempat dengan 11 kemenangan dari 16 pertandingan.Ini menjadi kekalahan kedua CLS dari Mono Vampire setelah di pertemuan sebelumnya di Thailand, CLS takluk dengan skor 85-98.

Adapun dalam pertandingan tersebut, center asal Amerika Serikat Brian Williams harus mengakhiri laga di pertengahan kuarter ketiga tepatnya saat CLS sedang unggul 47-37 karena cedera pada bibir. Padahal, di dua kuarter sebelumnya CLS juga memimpin 20-14 dan 37-30. Saat cedera, Brian Williams sudah membuat enam poin, delapan rebound dan empat assist.

Keadaan itu menjadi titik balik bagi Mono Vampire. Center andalan mereka yang bertinggi badan 2,29 meter Samuel Deguara pun bebas mengeksploitasi area pertahanan CLS dan total membuat 12 poin serta 11 rebound sepanjang laga.

Dibantu penampilan apik forward Michael Singletary dan guard Paul Zamar, yang masing-masing membuat 31 poin dan 21 poin dalam laga tersebut, Mono Vampire bisa menutup kuarter ketiga dengan 57-60 dan menutup pertandingan itu dengan skor 80-86.

"Kami harus angkat topi untuk lawan. Saya hanya bisa menjelaskan setiap kekalahan selalu membekas untuk saya. Semoga semua pemain terus belajar dari setiap kekalahan," ujar pelatih CLS Knights Koko Heru Setyo Nugroho usai pertandingan.

Adapun di laga itu, Shane Edwards menjadi pendulang angka tertinggi bagi CLS dengan 24 poin, 13 rebound dan dua assist. Sementara di Mono Vampire, Michael Singletary menjadi yang terbaik dengan 31 poin, tujuh rebound dan tiga assist.

Kekalahan itu pun mempersempit peluang CLS lolos ke babak playoff ABL 2017-2018. Koko menyadari hal tersebut dan meminta semua pihak terutama pencinta bola basket nasional untuk memakluminya. Sebab, menurut dia, persaingan di ABL lebih ketat dibandingkan liga nasional dan klub-klub peserta merupakan tim yang berpengalaman. CLS sendiri berstatus debutan di turnamen tersebut.

© Fitra Herdian/INDOSPORT
Mario Wuysang (tengah) tengah dijaga ketat saat pertandingan di  ASEAN Basketball League (ABL) 2017-2018. Copyright: Fitra Herdian/INDOSPORTMario Wuysang (tengah) tengah dijaga ketat saat pertandingan di ASEAN Basketball League (ABL) 2017-2018.

"Mungkin fans basket Indonesia saat ini hanya bisa melihat CLS kalah dan mereka menginginkan saya keluar. Paradigmanya mungkin membandingkan CLS saat di liga lokal, tapi ini sangat jauh berbeda baik dari segi kompetisinya, level pemain asingnya, pengaturan travelnya maupun faktor internal," tutur Koko.

Dia menegaskan akan fokus untuk mempersiapkan kerangka tim musim 2018/19. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kesempatan bermain bagi pemain muda lokal di laga ABL 2017/18 selanjutnya.

"Saya memberikan kesempatan kepada pemain muda seperti Kaleb Ramot dan Firman Nugroho dan ternyata mampu menjawabnya. Sebagai informasi saya adalah pelatih yang paling lama memberikan kesempatan bermain para pemain lokal dibandingkan dengan tim ABL lainnya," kata Koko.