Ini Penjelasan FORKI soal Diskriminasi Karateka Berjilbab di Jatim

Senin, 26 Desember 2016 21:16 WIB
Kontributor: Fajar Kristanto | Editor: Hendra Mujiraharja
© Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Dua karateka saat berlatih di kawasan Gelora Bung Karno, Rabu (24/09/14). Copyright: © Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Dua karateka saat berlatih di kawasan Gelora Bung Karno, Rabu (24/09/14).

Pada kejuaraan terbuka Piala Bupati Magetan yang digelar di GOR Magetan, 22-24 Desember kemarin, muncul insiden dugaan pelarangan menggunakan jilbab.

Akibatnya, ramai bermunculan berita di media sosial maupun portal dunia maya tentang atlet karate yang dilarang memakai jilbab. Namun, pihak wasit maupun Pengprov FORKI Jatim membantah keras tudingan diskriminasi tersebut.

Menurut wasit yang memimpin pertandingan, Purwanto, penyelenggara tidak memaksa atlet melepas jilbab atau melarang bertanding. Pihak penyelenggara hanya meminta agar karateka yang bernama Auliya mengenakan jilbab sesuai standar atau aturan World Karate Federation (WKF).

Bahkan aturan standar jilbab itu juga sudah disosialisasikan pada saat technical meeting (TM) yang dihadiri oleh para pelatih atau manajer masing-masing kontingen. Bahkan, pihak panitia juga kembali melakukan sosialisasi jilbab standar WKF sebelum pertandingan dimulai.

"Jadi, hari Rabu (21/12/16) malam, sebelum pertandingan, dalam TM yang dihadiri oleh ofisial kontingen telah disampaikan beberapa peraturan pertandingan, salah satunya bagi karateka putri yang berhijab agar mengenakan hijab sesuai standar karate, dan ini telah disepakati oleh semua ofisial kontingen," kata Purwanto saat dihubungi wartawan, melalui telepon genggamnya dari kantor FORKI Jatim, Surabaya.

"Kami tidak melarang atau menyuruh peserta lepas jilbab, tapi meminta agar Auliya mengenakan jilbab sesuai aturan WKF yang sudah kesepakatan saat TM. Malah saya lihat banyak peserta yang sudah memakai jilbab sesuai standar WKF. Selain itu, atlet Mojokerto yang memakai hijab sesuai aturan, sempat kami jadikan contoh kepada semua peserta," imbuhnya.

Sayang walau panitia sudah dilakukan sosialisasi, namun Auliya karateka pelajar dari Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMPIT) Harapan Umat Ngawi, Jatim tetap tidak mengenakan jilbab sesuai standar WKF.

"Wasit tidak langsung melarang bertanding, tapi memberikan kesempatan kepada Auliya untuk mengenakan jilbab standar WKF, namun setelah kami tunggu dan dipanggil ia (Auliya) tidak hadir di tempat pertandingan, sehingga kami diskualifikasi," tutur Purwanto.

Sementara itu Wakil Bidang Prestasi FORKI Jatim Suyanto Kasdi menjelaskan, standar pemakai hijab bagi karateka muslimah sudah diatur oleh WKF, yakni bentuknya mirip kerpus yang menutupi rambut dan telinga.

"Jadi semua sudah ada aturan yang harus ditaati oleh peserta," katanya.

198