Gulat di Indonesia, Minim Kompetisi = Minim Prestasi?

Sabtu, 18 Maret 2017 06:59 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

Di Indonesia, mungkin sering kita dengan sejumlah cabang olahraga rutin menggelar kompetisi-kompetisi, baik di level nasional maupun internasional. Contohnya seperti sepakbola, bulutangkis, basket, dan bola voli.

Namun, nasib yang cukup memprihatinkan harus dialami oleh sejumlah cabang olahraga lainnya, yang ternyata sangat jarang menggelar kompetisi. Salah satunya adalah gulat.

Menurut salah satu pegulat terbaik Indonesia, Eko Roni, dalam cabang olahraga gulat di level nasional saja hanya ada satu kompetisi dan itu pun dilakukan satu tahun sekali. Kondisi itu disebut Eko membuat banyak pegulat Indonesia yang merasa sia-sia melakukan latihan rutin.

"Event resmi gulat hanya Kejurnas yang digelar sekali dalam setahun, sehingga praktis ketika tidak ada kejuaraan, untuk apa kita harus latihan," kata Eko Roni seperti dikutip Antara.

Kompetisi gulat di Indonesia hanya ada satu kali dalam setahun.

"Sementara partisipasi kita mengikuti event internasional juga bisa dibilang minim," tambah Roni menjelaskan.

Keadaan inilah yang membuat Roni merasa menjadi penyebab kualitas pegulat nasional semakin tertinggal jauh dengan pegulat-pegulat dari negara-negara lain di Asia Tenggara, semisal Vietnam dan Thailand.

Pasalnya, berdasarkan penuturan Eko, kedua negara itu sangat memperhatikan seluruh cabang olahraganya dengan memperbanyak kompetisi lokal, serta mengirimkan wakil di ajang internasional.

Terkadang, Eko pun mengaku sempat cemburu dengan beberapa cabang olahraga lain yang memiliki banyak kompetisi dan kerap mengirim wakil ke turnamen internasional. Padahal, menurutnya, keinginan atlet gulat untuk membawa nama Indonesia di ajang bergengsi tidak kalah dari cabang olahraga lainnya.

"Terus terang kami iri dengan cabang yang punya kompetisi bagus, padahal kami dari cabang gulat juga ingin berprestasi terus bukan hanya level nasional, namun juga kejuaraan Asia dan Dunia," jelasnya.

Minimnya kompetisi tidak jarang membuat atlet gulat merasa percuma rutin latihan.

Untuk itu, Eko pun berharap pemerintah untuk lebih memperhatikan nasib atlet gulat dengan cara memperbanyak kompetisi. Sebab, bila hal ini terus dibiarkan, Eko menyebut bukan tidak mungkin di masa depan, tidak akan ada lagi atlet gulat berprestasi dari Indonesia.

"Kalau kita tidak dipersiapkan dengan bagus, mana mungkin bisa bersaing dengan para atlet dunia tersebut, kami para atlet akan menjalani saja program yang telah disiapkan oleh pengurus pusat," pungkas pria yang sudah pernah membawa medali perak pada ajang SEA Games 2013 lalu tersebut.