Piala Sudirman 2017

Gagal di Piala Sudirman, Susy Akui Regenerasi Pemain Indonesia Lambat

Kamis, 25 Mei 2017 02:51 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
© Humas PBSI
Greysia Polii/Apriani Rahayu di ajang Piala Sudirman 2017. Copyright: © Humas PBSI
Greysia Polii/Apriani Rahayu di ajang Piala Sudirman 2017.

Indonesia mendapat hasil mengecewakan dari Piala Sudirman 2017. Satu grup dengan India dan Denmark, Jonatan Christie dkk tak mampu meraih tiket babak utama. Ini merupakan rekor terburuk Indonesia di turnamen dua tahunan ini.

Manajer tim Indonesia, Susy Susanti, yang berhasil menjuarai Piala Sudirman tahun 1989 silam ini  menuturkan bahwa hasil ini seharusnya menjadi bahan untuk bisa bangkit.

"Dengan hasil ini bagi saya, saya tetap berpikiran positif, seorang juara tidak mungkin dilalui dengan langsung satu kemenangan. Dengan situasi perbulutangkisan kita saat ini, di mana kita hanya bisa berprestasi di sektor tertentu, justru ini memacu untuk kita, saya dan tim, memacu atlet-atlet bahwa kita memang butuh kerja keras. Bukan kita terpuruk dengan satu kegagalan, tetapi harus membuat kita lebih kuat, lebih berani dan menjadikan kegagalan ini sebagai jembatan untuk mencapai prestasi yang kita inginkan," ujar Susy.

Susy pun menilai penampilan atlet-atlet Indonesia saat berjumpa dengan Denmark dan bisa memenangi laga ini menjadi catatan tersendiri. "Perjuangan dan semangat yang ditampilkan hari ini bisa membuktikan bahwa kita masih ada, evaluasi pun yang pasti banyak karena kekuatan bulutangkis sekarang merata. Kita tidak bisa melihat kita kalah dari India, tetapi secara prestasi dan global bulutangkis memang sudah merata. Baru terjadi Taiwan mengalahkan Korea, Thailand hampir kalah dari Hongkong," tambahnya.

© Humas PBSI
Greysia Polii/Apriani Rahayu di ajang Piala Sudirman 2017. Copyright: Humas PBSIGreysia Polii/Apriani Rahayu yang berjuang di partai terakhir Piala Sudirman 2017.

Lebih jauh Susy menyebutkan peta kekuatan bulutangkis saat ini memang kian merata. Kekuatan tak lagi hanya bertumpu di negara-negara yang memiliki sejarah panjang seperti Indonesia, China, Korea dan Jepang, tetapi negara-negara lain pun sudah mulai memiliki kemampuan untuk bersaing.

"Memang kita pernah mendominasi, China pun pernah ada di titik terburuk mereka, bukan kami membela diri, dengan hasil yang kita dapat di Piala Sudirman kali ini pun tidak ada yang harus saling menyalahkan. Yang penting kita mau bekerja keras dan berusaha ke depannya, harus ada perubahan dari segi latihan. Kita tidak bisa membandingkan bagaimana prestasi kita pada masa lalu. Menanggalkan nama besar itu memang sulit, tapi kita juga melihat perubahan zaman. Perubahan bagaimana bulutangkis kian mendunia, bagaimana atlet perorangan seperti ada atlet dari Israel, Turki, Spanyol, bahkan Islandia," tuturnya.

Dari hasil yang ditorehkan ini pun, Susy mengakui bahwa terjadi regenerasi yang lambat di tim Indonesia. "Harus kita akui memang regenerasi kita kurang cepat, saya melihat ini jadi hal yang utama, ini pun yang menjadi fokus utama di kepengurusan Pak Wiranto ini."

"Bagaimana mempercepat regenerasi. Kita tidak bisa mengandalkan pemain-pemain senior, kita bisa melihat, bagaimana Denmark di atas kertas mereka unggulan dua, tetapi sebetulnya kita bisa menang dari mereka yang bermaterikan pemain muda. Ke depannya inilah yang harus kita lakukan, bagaimana kita mematangkan mereka, mempercepat regenerasi. Kalau dibilang bibit kita kurang, tentu tidak, kita memang harus kerja keras," pungkasnya.