Usai 'Bercerai', Praveen/Debby Diyakini Mudah Adaptasi Kembali

Kamis, 22 Februari 2018 02:20 WIB
Editor: Abdurrahman Ranala
© HUMAS PP PBSI
Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan/Debby Susanto di ajang BWF Dubai World Super Series Finals 2017. Copyright: © HUMAS PP PBSI
Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan/Debby Susanto di ajang BWF Dubai World Super Series Finals 2017.

Pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto diyakini akan mudah beradaptasi kembali usai "diceraikan" sejak awal 2018, dan akan kembali disatukan dalam turnamen bulu tangkis level II (Super 1.000) All Engand 2018 yang akan dihelat pada 14-18 Maret di Arena Birmingham, Inggris.

"Mereka tak akan sulit untuk beradaptasi, kalau latihan kan sering bertukar-tukar pasangan, jadi saya yakin adaptasinya akan cepat," kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) Susi Susanti di Cipayung, Jakarta, Rabu (22/02/18).

Sejak awal 2018, Praveen memang dipisahkan dari Debby sebagai salah satu langkah untuk mencari pelapis ideal dan meregenerasi pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

© HUMAS PBSI
Pasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto di ajang BWF World Super Series Finals 2017. Copyright: HUMAS PBSIPasangan ganda campuran Indonesia, Praveen Jordan/Debby Susanto di ajang BWF World Super Series Finals 2017.

Praveen yang dipasangkan dengan Melati Daeva Oktavianti, terlihat lebih menjanjikan dengan keluar sebagai finalis turnamen bulu tangkis India Terbuka 2018, dibandingkan dengan Debby yang dipasangkan dengan Ricky Karanda Suwardi yang belum bisa mengikuti pencapaian tersebut.

Meskipun menjanjikan, PBSI memberikan kesempatan pasangan Praveen/Debby yang sempat menjadi juara All England 2016 itu, untuk turun berlaga kembali di Birmingham karena poin peringkat mereka memenuhi untuk berlaga dibandingkan dengan pasangan mereka masing-masing sejak 2018.

"Dengan pertimbangan itu, sayang kalau mereka tidak diturunkan," ujar Susi.

Meski kembali berstatus pasangan baru lagi, PBSI tetap memberikan target pada Praveen/Debby karena tak mau sekadar mengirimkan pemainnya.

"Kalau bisa ya juara, tapi paling tidak minimal semifinal. Saya rasa peluang untuk mereka tetap terbuka jika mampu menampilkan performa terbaik," ucap Susi.

Sementara itu, menurut pelatih ganda campuran PP PBSI, Vita Marisa, juga menilai pasangan Praveen/Debby tak akan memiliki masalah dalam beradaptasi, terlebih mulai saat ini mereka sudah digodok untuk persiapan All England 2018.

"Untuk kelasnya, Debby harusnya bisa menyesuaikan dengan semua pasangan. Tinggal kita setel sedikit-sedikit saja, karena bisa dikatakan mereka sudah makan asam garamnya lah," ujar Vita.

© PBSI
Pelatlih ganda campuran Indonesia, Nova Widianto (kiri) dan Vita Marissa saat menyaksikan pertandingan Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja di Indonesia Open 2017. Copyright: PBSIPelatlih ganda campuran Indonesia, Nova Widianto (kiri) dan Vita Marissa saat menyaksikan pertandingan Edi Subaktiar/Gloria Emmanuelle Widjaja di Indonesia Open 2017.

Vita mengakui selepas memenangkan All England 2016, performa Praveen/Debby cenderung menurun meski sebetulnya dalam latihan tidak ada masalah, namun ketika bertanding ada faktor nonteknis yang menyebabkan munculnya kesalahan pribadi, terutama oleh Praveen.

"Jadi nonteknisnya lebih banyak dibandingkan teknisnya. Jadi bukan kalah sama lawan, tapi kalah sama diri sendiri. Harusnya dia bukan level yang gampang dikalahkan. Praven bisa melaju ke final India Terbuka 2018, bahkan melawan Tontowi/Liliyana bisa sengit, dari situ bisa dilihat level mainnya tidak jauh sebenarnya. Karenanya seharusnya Praveen juga ketika dipasangkan dengan Debby tak akan kesulitan," tutur Vita.