Wasit Indonesia Komentari Aturan Servis Baru BWF

Sabtu, 24 Februari 2018 20:36 WIB
Editor: Ivan Reinhard Manurung
 Copyright:

Induk organisasi tertinggi bulutangkis dunia, BWF baru-baru ini mengeluarkan sejumlah peraturan baru. Dari banyaknya aturan yang baru ditetapkan, ada salah satu yang mendapat sorotan, yakni terkait penetapan batasan servis, yang akan mulai berlaku dalam ajang All England 2018.

Dalam peraturan tersebut, setiap pemain yang melakukan servis, momen ketika kok bertemu dengan kepala raket tidak boleh lebih tinggi dari 115 cm. Hal ini pun membuat para atlet bulutangkis dunia harus mulai beradaptasi dengan aturan baru, seperti yang dilakukan penghuni pelatnas PBSI, Cipayung.

© BadmintonWorld.tv
Shi Yuqi hendak melakukan servis ke arah Vittinghus. Copyright: BadmintonWorld.tvBWF mengeluarkan aturan baru, salah satunya tentang servis.

Pada Jumat (23/02/18) kemarin, PBSI telah memulai latihan servis menggunakan alat pengukur tinggi servis. Tidak hanya itu, mereka juga ikut mengundang tiga wasit bersertifikat BWF untuk membantu memberi arahan.

Salah satunya adalah Edy Rufianto yang telah malang melintang bertugas sebagai wasit dan hakim servis di berbagai turnamen internasional. Menurutnya, aturan baru ini memang menguntungkan bagi pebulutangkis berpostur pendek, namun menyulitkan pebulutangkis berpostur tubuh tinggi.

"Ini tujuannya mengawasi servis tinggi. Mungkin awalnya ada pemain-pemain tertentu yang merasa dirugikan dengan aturan yang lama. Servisnya sering di-fault dengan batasan iga terbawah, artinya sesuai dengan antropometri si atlet. Kalau atletnya tinggi seperti (Mads Pieler) Kolding, ya berarti otomatis rusuk terbawahnya juga tinggi. Rusuknya dia akan sedada orang lain, misalnya Kevin (Sanjaya Sukamuljo) yang tidak terlalu tinggi," jelas Edy seperti dikutip dari rilis yang diterima INDOSPORT.

"Greysia (Polii) saya ukur rusuk terbawahnya itu ketinggiannya 112 cm, artinya dia diuntungkan tiga cm lebih tinggi dari aturan yang lama. Servisnya dia bisa naik lagi tiga cm," tutupnya.