x

3 Edisi Olimpiade yang Buka Jalan bagi Prestasi Bulutangkis Indonesia

Selasa, 28 Juli 2020 17:26 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
Legenda bulutangkis Indonesia, Rudy Hartono.

INDOSPORT.COM - Bulutangkis menjadi satu-satunya penghasil medali emas Olimpiade bagi Indonesia hingga saat ini. Tercatat Merah Putih telah meraih tujuh medali emas, 13 medali perak, dan 12 medali perunggu di hajatan empat tahunan ini.

Dari 32 medali tersebut, 19 di antaranya berasal dari bulutangkis, termasuk seluruh medali emas. Dua cabang olahraga lainnya yang turut menyumbang medali adalah angkat berat dan panahan.

Di Olimpiade Rio 2016 alias edisi terakhir, bulutangkis menyumbang satu medali emas berkat perjuangan Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Ini sekaligus menjadi kali pertama sektor ganda campuran menyumbang medali emas.

Baca Juga
Baca Juga

Namun sebelum menjadi lumbung prestasi bagi Indonesia dan negara lainnya, rupanya cabang olahraga ini harus melewati proses panjang sebelum menjadi cabang resmi di Olimpiade.

Berikut ini INDOSPORT merangkum tiga edisi Olimpiade yang menjadi pembuka jalan bagi bulutangkis sebagai lumbung prestasi.

Olimpiade Munich 1972

Mengutip laman BWF, pada pertengahan 1960-an, Olimpiade mempertimbangkan untuk memasukkan bulutangkis sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan.

Namun baru pada 1972, wacana itu benar-benar diupayakan dengan menyelenggarakan bulutangkis sebagai pertandingan demonstrasi di Olimpiade Munchen, Jerman. Ketika itu, hanya bulutangkis dan ski air yang mendapat kesempatan sebagai pertandingan demonstrasi.

Sebanyak 25 pemain dari 11 negara diutus untuk melakoni pertandingan di Olimpiade 1972. Indonesia sendiri mengirim sejumlah pemainnya seperti Rudy Hartono, Ade Chandra, Christian Hadinata, dan Utami Dewi.

Rudy Hartono keluar sebagai peraih medali emas di sektor tunggal putra, Ade Chandra/Christian Hadinata menang di ganda putra, Utami Dewi meraih perak di tunggal putri, dan Christian/Utami merebut perunggu di ganda campuran.

Baca Juga
Baca Juga

Namun upaya memasukkan bulutangkis sebagai cabor di Olimpiade terganjal masalah politis. Munculnya dua federasi bulutangkis dunia, IBF dan BWF membuat ambisi ini terhambat.

Untungnya pada 26 Mei 1981, kedua federasi tersebut mau meneken penggabungan badan dunia hingga Komite Olimpiade Internasional (IOC) sepakat memasukkan bulutangkis sebagai olahraga ekshibisi di Olimpiade 1988.


1. Olimpiade Seoul 1988

Susy Susanti mempersembahkan medali emas Olimpiade pertama untuk Indonesia.

Ditampilkan sebagai olahraga ekshibisi, bulutangkis akhirnya mempertandingkan lima sektor. Sebanyak 30 pemain dari sembilan negara bertanding di Korea Selatan di hadapan lima ribu penonton.

Namun Indonesia hanya mampu meraih satu medali, yakni perak persembahan tunggal putra Icuk Sugiarto. Di babak final, Icuk harus menyerah dari musuh bebuyutannya asal China, Yang Yang.

Sementara tuan rumah Korea Selatan menjadi juara umum dengan torehan tiga emas, satu perak, dan satu perunggu.

Baca Juga
Baca Juga

Olimpiade Barcelona 1992

Barulah pada 28 Juli 1992, mimpi para pencinta bulutangkis terwujud dengan terselenggaranya pertandingan resmi di Olimpiade.

Pemain Malaysia, Foo Kok Keong, menjadi pemain pertama yang memukul kok dalam sejarah olahraga ini di Olimpiade. Barcelona pun menjadi saksi aksi memukau 178 pebulutangkis dari 37 negara.

BWF mencatat, ganda putri Indonesia Rosiana Tendean/Erma Sulistianingsih dan Gill Clark/Julie Bradbury (Inggris) menjadi pertandingan yang sangat berkesan karena ditonton sebanyak 150 juta pasang mata dari seluruh dunia.

Tanpa adanya sektor ganda campuran, Indonesia keluar sebagai juara umum. Susy Susanti dan Alan Budikusuma menjadi atlet Indonesia pertama yang mempersembahkan medali emas.

Di sektor lain, Ardy Wiranata dan Eddy Hartono/Rudy Gunawan merebut medali perak, sementara Hermawan Susanto meraih medali perunggu.

Sejak 1992, bulutangkis menjadi salah satu cabor yang resmi dipertandingkan di Olimpiade. Hanya saja, penyelenggaraannya sempat terancam gara-gara skandal di edisi London 2012.

Saat itu, empat ganda putri, termasuk dari Indonesia, didiskualifikasi usai menunjukkan permainan yang tidak sungguh-sungguh demi mencari keuntungan di babak selanjutnya.

OlimpiadeIcuk SugiartoSusy SusantiAlan BudikusumaChristian Hadinata/Ade ChandraRudy HartonoOlimpiade 1988Olimpiade 1992Alan Budi KusumaTRIVIABulutangkisBerita Bulutangkis

Berita Terkini