Messi-nya Selandia Baru Makin Mengilap, Sudah Saatnya ke Eropa Lagi?

Minggu, 25 Desember 2016 14:07 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© fourfourtwo
Marcos Rojas mendapat kesempatan kedua bersama Melbourne Victory. Copyright: © fourfourtwo
Marcos Rojas mendapat kesempatan kedua bersama Melbourne Victory.

Striker berusia 25 tahun tersebut kembali ke Australia setelah jalani tiga musim buruk di tiga klub berbeda di Eropa. Rojas sulit berkembang kala membela  Stuttgart, SpVgg Greuther Furth, dan FC Thun.

Bersama Melbourne Victory, pemain Tim Nasional Selandia Baru berdarah Chile itu sebelum terbang ke Eropa berhasil sumbangkan 15 gol dari 27 penampilan bagi Victory, tepatnya di musim 2012/13. Dia bahkan menyebet penghargaan Johnny Warren Medal karena keluar sebagai pemain terbaik A-League.


Karier Rojas membaik saat membela FC Thun.

Penampilannya yang memikat membuat tim sarat tradisi Bundesliga Jerman, Stuttgart, kepincut untuk memboyongnya tahun 2013. Sayang, Rojas gagal ulangi kecemerlangannya di benua biru. Stuttgart kemudian meminjamkannya ke dua klub berbeda di dua musim berikutnya.

Bersama FC Thun, nasibnya lebih baik. Di klub asal Swiss itu, Rojas mendapat menit bermain yang banyak, yakni sebanyak 37 penampilan di pentas liga dan sempat cicipi panggung Liga Europa.

Marco Rojas akhirnya kembali ke Melbourne Victory untuk memperbaiki kariernya yang, kalau tidak berlebihan, berantakan. Keputusan tersebut akhirnya berbuah manis bagi pemain bernama lengkap Marco Rodrigo Rojas itu.

Dari 7 penampilan di A-League, Rojas mencetak 6 gol dan 6 assists dan menjadi bintang di laga derby melawan Melbourne City. Mengingat ia sempat mengalami cedera hamstring sekembalinya dari Eropa, pencapainnya ini tentu saja terbilang sangat memuaskan.

Rata-rata golnya adalah 51,9 menit, yang artinya, ia selalu mencetak gol tiap 51,9 menit, pun dengan rata-rata assist-nya. Catatan itu bisa berubah lebih baik lagi saat menghadapi Central Coast Mariners di Melbourne.

Raihan ini tentunya membuat orang bertanya-tanya, mengapa tidak mencoba lagi menjajal rumput Eropa untuk kedua kalinya. Panggung A-League dinilai 'tidak cocok' dengan kemampuannya yang jauh di atas rata-rata.

Sebelum memutuskan untuk pindah ke Stuttgart, Rojas sempat dilirik oleh Brendan Rodgers yang kala itu membesut Liverpool. Juventus juga kabarnya tertarik memboyong Messi-nya Selandia baru itu, tapi Stuttgart lebih 'beruntung' mendapatkan tanda tangannya.

Terlepas dari hal itu semua, agaknya akan lebih bijak bagi Rojas untuk tidak terburu-buru menginjakkan kakinya lagi ke benua biru. Toh bersama Melbourne Victory dia menjadi andalan utama di sana.

Meski usianya sedang matang-matangnya, masih ada cukup waktu selama satu atau dua tahun lagi untuk memikirkan langkah selanjutnya. Melihat kegagalan yang ia dapatkan di Eropa, ada beberapa faktor yang mungkin membuat kariernya mandek.


Jonathan Calleri membuat West Ham United tertarik mendatangkannya.

Yang paling utama adalah lambat dalam beradaptasi. Rojas bukan pesapakbola pertama yang gagal tunjukkan kemampuannya setelah bermain gemilang di musim sebelumnya bersama klub lain. Jonathan Calleri, striker West Ham United yang dipinjam dari Sao Paulo misalnya. Berstatus sebagai top skor Piala Libertadores, pemain asal Argentina itu gagal total dan tidak mampu lesakkan satu gol pun di skuat utama The Hammers.

Lalu ada Graziano Pelle yang kini bermain di Liga China bersama Shandong Luneng. Ketika dia pindah dari Feyenoord ke Southampton, banyak yang meramal ia bakal menjadi bintang di Liga Primer Inggris, tapi kenyataannya, walau tidak buruk-buruk amat, Pelle tidak mampu ulangi kehebatannya saat masih bermain di Eredivisie Belanda.

Marcos Rojas kini sedang menikmati kariernya saat ini di kesempatan keduanya bersama Melbourne Victory. Satu pelajaran yang bisa ia petik adalah bersabar dan terus belajar, serta tidak mudah tergiur dengan gemerlap panggung Eropa tanpa dibekali persiapan yang matang.

601