Demi Sepakbola, Jagoan Madura United Ini Rela Kubur Impian Jadi Arsitek

Senin, 16 Januari 2017 19:45 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Madura United
Gelandang Madura United, Fandi Eko Utomo Copyright: © Madura United
Gelandang Madura United, Fandi Eko Utomo

Meniru jejak sang ayah, Fandi Eko Utomo mengaku sosok ayahanda, Yusuf Ekodono lah yang paling berperan dalam mengenalkan sepakbola. Seperti diketahui, Yusuf adalah salah satu personel Tim Nasional Indonesia yang meraih SEA Games 1991 di Manila.

"Awalnya sering diajak ke lapangan sama bapak. Lama-kelamaan saya mulai tertarik bermain bola dan bergabung dengan SSB Bina Junior tahun 1998," kata Fandi seperti dilansir laman resmi klub.


Sang legenda, Yusuf Ekodono (kiri), bersama Fandi Eko.

"Sebelum ikut SSB saya sering main bola plastik, biasanya berdua sama adik saya di halaman rumah atau di lapangan voli dekat rumah. Sampai saya sering dimarahi sama tetangga," lanjut Fandi mengenang masa lalu.

Menyandang status putra legenda Persebaya bukan berarti Fandi mendapat kemudahan dalam menjalani karier. Sebaliknya, dia harus bersusah payah merangkak dari level paling bawah sebelum mencapai level profesional seperti saat ini.

Meski dikenal sebagai anak legenda, perjalanan karier Fandi tak lantas mudah. Dia harus tetap memulai semuanya dari bawah hingga menjadi seperti sekarang.

Sempat meninggalkan Kota Surabaya untuk membela Persekap Kota Pasuruan dan berhasil menjuarai Piala Soeratin U18 tahun 2008 silam. Sekembalinya ke Kota Pahlawan, ia bergabung dengan Surabaya Muda, klub Divisi Tiga.

Dari sekelumit perjalanan karier sepakbola Fandi Eko Utomo, ternyata ada satu kisah menarik. Pemain berusia 25 tahun itu mengatakan jika bukan sepakbola, ia mungkin sekarang adalah seorang arsitek.

“Dulu misalnya gagal jadi pesepak bola profesional, mungkin sekarang saya bertitel arsitek. Menurut saya arsitek itu seni, sama seperti bermain sepak bola,” ujar Fandi disertai senyum.

Lahir di Surabaya, nama Fandi Eko justru lebih tenar saat berseragam Persela. Konflik dualisme di tubuh Persebaya membuat Fandi akhirnya memilih hengkang dari klub yang membesarkan ayahnya ini.

Di tim berjulukan Laskar Joko Tingkir inilah nama Fandi mulai berkibar. Bahkan, ia menyabet penghargaan Pemain Terbaik ISL U-21 2011.

Atas keberhasilannya, Fandi lantas ditarik untuk menjadi penggawa Persela di level senior. Menariknya, debut di Persela adalah awal perjalanan kariernya sebagai pemain profesional.