Hapus Laga Persahabatan, UEFA Buat Turnamen Baru yang Lebih Gereget

Jumat, 27 Januari 2017 11:35 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
 Copyright:

Otoritas sepakbola terbesar di Eropa itu telah lama melakukan diskusi dan review guna meningkatkan kualitas laga internasional. Kabarnya, kompetisi ini sudah direncanakan sejak lama oleh presiden UEFA, Michel Platini.

Faktor lain yang menjadi acuan dibentuknya UEFA Nations League adalah komplain dari fans sepakbola itu sendiri. Mereka merasa jika laga persahabatan tidak berarti banyak dan mengurangi esensi fight for nation's pride yang seharusnya menjadi ciri dari pertandingan antarnegara.


Gebrakan baru dibuat oleh UEFA.

Perbincangan mengenai turnamen ini sudah dimulai awal 2011 lalu saat meeting UEFA di Cyprus. Ide ini tercetus usai rangkaian rapat Top Executive Programme (TEP) yang membahas program kerja (proker) apa saja yang akan dijalankan komite UEFA National Team Competitions dalam waktu lima tahun ke depan.

Adapun wacana tersebut terpisah dari rapat UEFA General Secretaries di Stockholm tahun 2013 dan rapat strategi UEFA tahun 2014. Jadi bisa disimpulkan bahwa turnamen UEFA Nations League benar-benar murni pemikiran individu, yang diyakini usul pribadi Platini.

Dari hasil rapat demi rapat akhirnya terbentuklah format dan regulasi kompetisi yang diharapkan bisa menambah 'kegembiraan' saat laga internasional. Salah satunya yakni janji yang mengatakan bahwa 4 tim terbaik bakal mendapat tiket langsung ke Euro 2020.


Ozil dan Muller di Euro 2016.

Lebih detail, disebutkan bahwa UEFA Nations League bakal diikuti oleh 55 negara Eropa yang akan dibagi dalam 4 liga (A. B, C, dan D). Pembagian didasarkan pada ranking UEFA per November 2017, atau lebih tepatnya setelah laga kualifikasi Piala Dunia 2018.

Liga A akan diisi oleh tim-tim kuat, sedang Liga D diisi oleh tim-tim yang secara ranking paling rendah. Liga A dan Liga B terdiri dari 4 grup, di mana tiap grupnya diisi oleh 3 tim.

Sementara itu, Liga C sedikit berbeda. Terdiri dari 4 grup, satu grup di antaranya akan diisi oleh 3 tim, sedangkan sisanya terdiri dari 4 tim.

Liga D paling ramai, yakni 4 grup di mana tiap grupnya diisi oleh 4 tim. Bisa dikatakan Liga D sudah seperti Piala Eropa sebelum-sebelumnya, di mana 16 tim saling tekel demi merebut gelar juara.

Sebagaimana laiknya sebuah liga, operator turnamen juga memperkenalkan sistem degradasi. Tim-tim yang menempati zona relegasi akan turun kasta. Sementara tim-tim terbaik di tiap liga akan melaju ke babak knockout.

1K