Cedera Parah, Eks Top Skor Divisi 1 Nyaris Jadi Tukang Sapu

Rabu, 1 Maret 2017 13:41 WIB
Editor: Rizky Pratama Putra
 Copyright:

Kisah pilu Hapidin masih mewarnai persepakbolaan Indonesia. Mantan top skor Divisi 1 Indonesia pada tahun 2014 lalu.

Saat itu, Hapidin juga sukses membawa Persibat Batang menjadi kampiun Divisi 1 Indonesia. Namun, kisah heroik penyerang Laskar Banteng Alas Roban ini berubah 180 derajat usai mengalami cedera.

Pada awal musim 2015, kompetisi yang tengah karut marut membuat Hapidin harus menyambung nafkah dengan bermain turnamen antar kampung (tarkam). Nahas, Hapidin harus mengalami cedera patah tulang kering saat menjalani pertandingan tarkam tersebut.

2 minggu setelah mengalami cedera, nasib pemain berusia 26 tahun ini semakin memburuk. Seluruh kompetisi di Indonesia dibekukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Kondisi kaki Hapidin usai menjalani operasi.

Jadilah terkatung nasib Hapidin karena kondisi klubnya juga mati suri akibat pembekuan kompetisi ini. Alhasil, Hapidin pun harus berjuang sendiri memulihkan cedera yang dialaminya.

"Kan waktu itu tidak ada kejelasan kompetisi, jadi saya cedera pas main tarkam. Saat itu masih terikat kontrak dengan Persibat Batang, namun dua minggu kemudian kompetisi dibekukan dan saya tidak lagi mendapat pendapatan usai kontrak selesai," ujar Hapidin saat dihubungi INDOSPORT.

Beruntung Bupati Batang saat itu, Yoyok Riyo Sudibyo mau membantu menangani cedera yang dialami pria asal Bandung tersebut. Hapidin yang dianggap sebagai pemain yang berjasa mengharumkan Batang, mendapat bantuan untuk menjalani operasi di RSUD Batang.

 

Di jengukin pak bupati batang.

A post shared by hapidin_7 (@hapidin_7) on

Usai menjalani operasi, Hapidin pun harus beristirahat panjang untuk memulihkan cederanya. Hapidin diminta menepi dari lapangan hijau selama setidaknya 6 bulan.

Hal ini membuat Hapidin kehilangan mata pencahariannya sebagai pesepakbola. Bahkan, Hapidin juga harus menjual rumah yang dimilikinya untuk membiayai cedera yang dialaminya dan sempat terbersit untuk menjual trofi sepatu emas yang diraihnya.

Saat meminta jaminan pekerjaan dari pemerintah Kabupaten Batang, Hapidin justru sempat ditawari menjadi tukang sapu. Padahal sebelum cedera, Bupati sempat menawarinya pekerjaan di Dinas Perpajakan Kabupaten Batang.

"Sebelum cedera aku memang dikasih kerjaan sama Pak Bupati Batang, Pak Yoyok (Riyo Sudibyo) di (dinas) Perpajakan. Tapi setelah saya cedera dikeluarin. Nah aku datang lagi ke Pak Yoyok, akhirnya dikasih kerjaan lagi. Ternyata kerjaannya jadi tukang sapu, Mas. Saya tidak bisa dan keluar," tutur Hapidin.

Hapidin pun terkejut dengan tawaran yang diberikan. Apalagi saat itu, dirinya baru saja menjalani operasi cederanya.

"Respon aku kaget banget, Mas. Kok aku ditempatin jadi tukang sapu sedangkan beberapa temen aku dikasih kerjaan yang layak di pemadam kebakaran," cerita Hapidin.

Sempat kepusingan soal biaya pemulihan cedera, Hapidin sempat ditawari jadi tukang sapu.

Namun demikian, Hapidin juga masih berharap ada perhatian khusus dari PSSI atau Kemenpora terkait para pemain yang kepayahan karena cedera, seperti dirinya. Bahkan, Hapidin juga berniat mengembalikan trofi sepatu emasnya kepada pemerintah, jika perhatian yang diharapkan tak kunjung datang.

"Harapannya terutama buat PSSI atau Menpora, bisa lebih memperhatikan pemainnya apa lagi yang sudah bisa berprestasi entah itu tingkat Timnas atau pun tingkat liga. Jangan sampai pemain yang sudah di level atas saja yang di perhatikan. Tapi pemain-pemain yang di bawah pun harus diperhatikan," harap Hapidin.

Kini, Hapidin bisa kembali mendapatkan terapi pemulihan cedera berkat bantuan dari sejumlah kalangan. Bahkan pihak Persibat Batang dan para pendukung setia yang tergabung dalam Laskar Roban Mania pun kabarnya telah membuat penggalangan dana untuk pemulihan cedera Hapidin.

473