Liga Champions

Munchen Bersua Madrid, Duel antara Guru vs Murid

Jumat, 17 Maret 2017 23:25 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© FABRICE COFFRINI/AFP/Getty Images
Trofi Liga Champions saat dipamerkan di drawing 8 besar. Copyright: © FABRICE COFFRINI/AFP/Getty Images
Trofi Liga Champions saat dipamerkan di drawing 8 besar.

Hasil drawing perempatfinal Liga Champions musim 2016/17 mempertemukan dua tim terbaik dari Jerman dan Spanyol, yakni Bayern Munchen vs Real Madrid. Duel antar raja Eropa ini layak disebut sebagai final dini karena sejumlah faktor.

Berkaca pada pertemuan terakhir kedua tim di arena Liga Champions, suporter Los Blancos pasti merasa lebih jemawa. Tahun 2014 silam, El Real tanpa ampun melibas jawara Bundesliga itu dengan agregat 5-0. Hebatnya, setelah unggul 1-0 di leg pertama, Sergio Ramos dan kawan-kawan sanggup membungkam The Bavarian empat gol tanpa balas di Allianz Arena, markas Munchen, di leg kedua.

Pertandingan ini juga menciptakan sejarah tersendiri di pentas UEFA Champions League (UCL). Pertemuan keduanya tercatat sebagai yang paling sering terjadi di UCL. Total 22 kali Los Galacticos bersua FC Hollywood (sumber: worldfootball.net).

Selebrasi Sergio Ramos usai lesakkan gol ke gawang Munchen di semifinal Liga Champions tahun 2014 silam.

Dari keseluruhan pertemuan kedua tim di Liga Champions, sulit untuk menentukan siapa yang terbaik. Munchen memang lebih baik dengan memenangi 11 laga di antaranya. Sedang Madrid baru 9 kali menang, dan sisa dua pertandingan lainntya berakhir imbang.

Semifinal Liga Champions menjadi panggung tersering kedua tim bertemu (12 kali). Pertama kali mereka bersua di pentas tertinggi antar klub Eropa adalah pada musim 1975/76. Munchen berhasil mengandaskan wakil Spanyol dengan agregat 3-1. Menariknya, pertemuan terakhir mereka di Champions juga di semifinal, di mana Madrid mengalahkan raksasa Jerman tersebut dengan agregat mencolok 5-0.

Di arena domestik, baik Munchen dan Madrid sama-sama memuncaki klasemen. Munchen yang dilatih Carlo Ancelotti sempat kesulitan bersaing dengan tim 'kemarin sore' Red Bull Leipzig yang muncul sebagai kekuatan baru di Bundesliga. Tapi selepas winter break, Xabi Alonso cs mengamuk dan langsung melejit dengan perbedaan 10 poin dari peringkat ke-2.

Sementara dari kubu Madrid, pelatih kepala Zinedine Zidane berhasil mengangkangi rival terkuatnya, Barcelona, dengan keunggulan dua poin saja. Tapi Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan bisa menjauh karena masih menyimpan satu pertandingan sisa yang belum mereka mainkan di La Liga Spanyol.

Jika dilihat dari kemenangan meyakinkan Munchen atas Arsenal dengan agregat 10-2 di babak 16 besar Liga Champions, tentu wajar banyak penikmat sepakbola yang akan menjagokan mereka. Madrid di sisi lain juga wajib menyiasati kebuasan lawannya itu dari lini per lini. Meratanya skuat inti dan cadangan membuat Ancelotti bisa sedikit sombong atas Zidane yang justru terganggu dengan rumor kepindahan James Rodirguez.

Satu hal yang menarik disimak pada laga ini adalah Xabi Alonso. Pemain berkebangsaan Spanyol yang pernah merumput bersama Real Sociedad, Liverpool, dan Real Madrid itu bakal mendapatkan perasaan yang campur aduk saat mendatangi Santiago Bernabeu. Hijrah ke Munchen pada tahun 2014 usai memberikan gelar juara Champions kepada Madrid, musim ini juga bakal menjadi pertandingan terakhirnya di Bernabeu menyusul keputusannya untuk gantung sepatu yang ia utarakan beberapa waktu lalu.

Fakta menarik lainnya tentu saja duel 'guru dan murid' antara Zidane vs Ancelotti. Terakhir kali Don Carlo memenangi Liga Champions adalah bersama Madrid tahun 2014, di mana Zizou menjadi asisten pelatihnya kala itu. Di final, keduanya bahu membahu meracik strategi dan berhasil mengalahkan rival sekota, Atletico Madrid.

Ancelotti boleh jadi berbangga hati karena statusnya sebagai manajer atau pelatih kepala pertama yang sanggup memenangi tiga gelar Champions League. Namun Zizou tak mau kalah dengan keberhasilannya mengangkat trofi Si Kuping Besar pertamanya bersama Madrid, tim yang ia besut saat ini. Pelatih berdarah Aljazair itu tentu ingin kembali mengangkat piala Champions sebagai pemain dan pelatih di Los Blancos.

Berdasarkan data dan fakta di atas, agaknya pantas menyebut duel Munchen dan Madrid ini sebagai final dini. Masih banyak kejadian bersejarah saat kedua tim bertemu, termasuk saat Roy Makaay mencetak gol tercepat di Liga Champions kala striker asal Belanda itu berseragam FC Hollywood. Tentu sulit mengharapkan kejadian serupa kembali terjadi lagi mesti tidak ada hal yang tak mungkin dalam sepakbola.

2.2K