Wiwi 'Mace' Kusdarti, Pencetus Sepakbola Wanita Indonesia

Senin, 10 April 2017 05:19 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
 Copyright:

Wanita Indonesia wajib berterima kasih kepada salah satu Kartini di dunia sepakbola, Wiwi Hadhi Kusdarti atau biasa dipanggil Mace. Sempat dianggap melawan 'fitrah perempuan', ia kini malah dikenal sebagai pionir sepakbola wanita Tanah Air.

Semuanya berawal dari surat pembaca yang dikirimkan Mace ke meja redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat 16 Januari 1969 silam. Surat tersebut berisi pendapatnya untuk segera dibentuk kesebelasan wanita di Indonesia.

"Redaksi jth,
Setelah membatja "PR" tgl 17 1968 tentang kemungkinan dibentuknja Kesebelasan Wanita di Indonesia, saja berpendapat, ada baiknja kalau mulai dari sekarang diadakan suatu pendaftaran chusus bagi wanita2 jang berhasrat untuk mengikuti latihan2 sepakbola. Saja kira, tidak adanja minat dari kaum wanita Indonesia untuk bermain sepakbola, hanja karena perasaan malu, sebab di Indonesia belum ada Kesebelasan Wanita seperti diluar negeri. Tapi saja jakin, bahwa wanita2 Indonesia pun tidak kalah dengan wanita2 dari negara2 lainnja dalam tjabang olahraga ini. Oleh sebab itu saja mengadjak kaum wanita Indonesia, terutama jg ada di Bandung ini jg berminat dalam lapangan sepakbola, untuk bersama2 membentuk kesebelasan dan berlatih, misalnja dibawah pimpinan Persib sendiri. Apalagi sekarang sudah banjak kesebelasan2 wanita dari luar negeri jang mengundang kita. Mudah2an adjakan ini mendapat sambutan dari kawan2 sesama wanita jang berminat untuk terdjun dalam tjabang olahraga ini."

Tanpa diduga-duga, tulisannya direspons oleh pimpinan tim Putra Priangan, sebuah klub anggota Persib Bandung. Pria itu diketahui Mace bernama Mahdar.

Kemudian, Wiwi Hadhi Kusdarti diminta mengikuti rapat bersama pengurus Persib kala itu. Hasilnya, terbentuklah Putri Priangan, tepat pada tanggal 5 Februari 1969, di mana dalam susunan formasi, Mace yang bernomor punggung 10 menempati posisi sayap kiri.

Satu bulan kemudian atau lebih tepatnya tanggal 18 Maret 1969, digelar laga perdana kesebelasan Putri Priangan melawan SMOA Bandung.

© KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI
Klipingan mengenai perjalanan karier Mace di sepakbola. Copyright: KOMPAS.com/DENDI RAMDHANIKlipingan mengenai perjalanan karier Mace di sepakbola.

"Main pertama itu pada 18 Maret 1969 di Stadion Siliwangi lawan SMOA Bandung. SMOA itu adalah sekolah olah raga. Guru di sekolah itu, Bu Tri Hartini yang juga atlet senam terkenal ikut gabung di SMOA," jelasnya seperti dikutip dari pikiran-rakyat.com.

Menariknya, di laga yang cuma digelar 2x30 menit itu awalnya dilangsungkan secara diam-diam sesuai rencana, namun bocor setelah infonya menyebar dari mulut ke mulut.

Bukan tanpa alasan laga tersebut niatnya digelar secara rahasia. Pasalnya, Mace pernah mendapatkan cacian karena dianggap melanggar fitrah oleh sejumlah pihak.

"Sepak bola wanita dinilai dapat runtuhkan akhlak. Ada pro kontra di masyarakat, tapi kami terus maju. Setelah Putri Priangan muncul, tim-tim sepak bola wanita dari daerah-daerah lain kemudian lahir. Di Jakarta, Malang, Tegal, Surabaya, Ambon juga ada tim sepak bola putri. Putri Priangan juga sering main di luar kota," sambungnya.

Wanita yang kini sibuk mengurus sebuah kafe di Bandung Barat itu bahkan masih menyimpan sebuah kliping dengan headline "Sepak Bola Wanita Runtuhkan Akhlak" yang dimuat oleh salah satu media nasional kala itu.

"Saya lempeng saja, ini bagian risiko yang harus saya lewati," kata Mace yang ketika muda dulu bekerja di sebuah salon kecantikan.

© KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI
Wiwi Hadhi Kusdarti dianggap sebagai legenda Priangan. Copyright: KOMPAS.com/DENDI RAMDHANIWiwi Hadhi Kusdarti dianggap sebagai legenda Priangan.

Selain bermain bola secara aktif, Mace diketahui pernah mendirikan Persatuan Sepak Bola Wanita Arum (PSW Arum). Para pemain di klub tersebut terdiri dari karyawan di Perkebunan Teh Cianten, Bogor.

Kepeduliannya mengembangkan bakat muda akhirnya juga membawanya membentuk Persatuan Sepak Bola Kembar Empat. Bertempat di kawasan Pasteur, tim sepakbola itu memfokuskan pada atlet muda di bawah usia 14 tahun saja.

Saat ini, untuk menghabiskan masa-masa senjanya, selain mengurusi kafe, Mace tinggal di daerah Tanimulya bersama salah satu cucunya.

Semangat sepakbolanya masih terlihat karena ia mengaku masih sering mengadakan acara nonton bareng. Biasanya yang ia dan orang-orang tonton adalah laga Persib Bandung.

"Makanya, di Rumah Mace ini diadakan nonton bareng. Kami memasang layar lebar sewaktu dua bulan terakhir ini Persib masih main. Orang-orang yang makan di sini juga dikasih kembalian uang baru, jadinya kafe ini lumayan ramai walaupun baru dibuka belum lama. Sekalian promosi kan enggak apa-apa," ucapnya kepada pikiran-rakyat.com.

Mace sampai detik ini juga masih menyimpan rapi beberapa kliping dan sekelumit jejak-jejaknya ketika masih aktif bermain. Beberapa di antaranya dipajang di kafe yang ia beri nama Rumah Mace.

158