31 Tahun Memimpin, Berikut 3 Kisah Manis Berlusconi di Milan

Jumat, 14 April 2017 12:32 WIB
Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© NationStates
Silvio Berlusconi berfoto bersama dengan trofi-trofi yang ia raih saat menjadi presiden AC Milan. Copyright: © NationStates
Silvio Berlusconi berfoto bersama dengan trofi-trofi yang ia raih saat menjadi presiden AC Milan.

Silvio Berlusconi kini bukan lagi menjadi presiden AC Milan. Pasalnya, pria berusia 80 tahun itu telah menjual 99,93 persen sahamnya kepada pengusaha asal China, Rossoneri Sport Investmen Lux, yang sebelumnya bernama Sino-Europe Grup.

Pimpinan grup bisnis Fininvest itu menjual klub yang telah dipimpinnya selama 31 tahun dengan harga 740 juta euro, atau sekitar lebih dari Rp10,4 triliun. Dengan begitu, Berlusconi telah melepaskan jabatan presiden AC Milan yang ia pegang sejak tahun 1986, bersama dengan 28 gelar yang telah diraihnya.

Mengingat dirinya yang telah malang melintang selama 31 tahun lamanya bersama AC Milan, INDOSPORT telah merangkum 3 momen manis sang mantan presiden bersama dengan I Rossoneri:

1. Kenangan Manis di Tahun Pertama bersama Arrigo Sacchi

Silvio Berlusconi mengambil alih kepemimpinan AC Milan pada tahun 1986, tepatnya pada 20 Februari 1986, dari Rosario Lo Verde. Setahun setelahnya, tepatnya pada Juli 1987, ia memilih Arrigo Sacchi sebagai pelatih Rossoneri yang baru menggantikan Fabio Capello.

Pemilihan Sacchi sebagai pelatih kepala AC Milan sempat dipertanyakan oleh sejumlah pihak, mengingat Sacchi sebelumnya hanya melatih tim Serie B kala itu, AC Parma. Terpilihnya Sacchi sebagai pelatih Milan disinyalir tak lepas dari kekaguman Berlusconi saat Parma mampu mengalahkan Milan dua kali di ajang Coppa Italia musim 1986/87 dengan masing-masing skor 1-0.

© Marca
Arrigo Sacchi dan Silvio Berlusconi Copyright: MarcaArrigo Sacchi (hitam kiri) dan Silvio Berlusconi (hitam kanan) memegang Piala Liga Champions pertama untuk AC Milan dan dirinya.

Pemilihan pria berkepala plontos itu pun membuahkan hasil yang manis. Sacchi memberikan gelar Scudetto pertama di musim pertamanya, sekaligus gelar pertama di bawah pimpinan Silvio Berlusconi.

Setahun berikutnya, tepatnya di musim 1988/89, Sacchi kembali memberikan gelar untuk sang presiden. Kali ini berupa gelar Liga Champions, di mana gelar tersebut merupakan gelar pertama untuk I Rossoneri dan juga Berlusconi. Milan berhasil meraih gelar tersebut setelah mengalahkan Steaua Bucharest dengan skor 4-0.

2. Menciptakan Dream Team AC Milan

Berlusconi datang saat Milan tengah mengalami keterpurukan. Dirinya pun langsung memberikan dana segar untuk tim dan membeli beberapa pemain terkenal di eranya, guna mengembalikan Milan ke masa kejayaannya.

Trio Belanda seperti Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard pun didatangkan, walau tidak secara bersamaan. Van Basten dari Ajax dan Gullit dari PSV Eindhoven datang lebih awal pada musim 1987/88, sementara Rijkaard datang dari Sporting CP datang setahun setelahnya.\

© Pinterest
Caption Copyright: PinterestTrio Belanda (ki-ka) Frank Rijkaard, Marco van Basten, dan Ruud Gullit menjadi bagian dari 'dream team; AC Milan.

Ketiga pemain tersebut bergabung bersama pemain hebat yang telah lebih dulu membela Milan, seperti Franco Baresi, Alessandro Costacurta, serta lulusan akademi Milan Paolo Maldini.

Mereka semua memiliki julukan ‘dream team’ atau tim impian saat dilatih kembali oleh Fabio Capello di era 90an. Kala itu, Milan menjadi tim yang tak terkalahkan selama 58 pertandingan antara 19 Mei 1991 hingga 21 Maret 1993.

Dalam rentang waktu tersebut, Capello memberikan satu gelar Liga Champions dan Super Coppa Italia, dan tiga gelar Scudetto.

3. Menyulap Kaka Menjadi Pemain Termahal AC Milan

Gelandang tampan asal Brasil, Ricardo Kaka, datang dari tanah kelahirannya menuju AC Milan, Italia, dengan harga yang relatif murah, yaitu 8,25 juta euro atau sekitar Rp116 miliar pada 14 Agustus 2003 silam.

Enam tahun berselang, tepatnya 1 Juli 2009, pria religius itu diubahnya menjadi pemain termahal Milan saat dijual ke Real Madrid dengan harga 65 juta euro, atau sekitar Rp916 miliar. Hal itu sempat menjadikannya sebagai pemain termahal di dunia, sebelum akhirnya dikalahkan oleh Cristiano Ronaldo di tahun yang sama.

© Sahara Sport
Caption Copyright: Sahara SportKaka mencium Ballon d'Or yang diraihnya saat masih membela AC Milan.

Berlusconi yang terkenal akan otaknya dalam memutarkan uang, berhasil menjual Kaka 7 kali lipat dari harga saat ia membelinya. Hal tersebut tak lepas dari kontribusi Kaka di San Siro selama enam tahun.

Pria yang kini bermain di Orlando City itu telah membantu Milan dalam memenangkan beberapa gelar, seperti dua gelar Piala Super UEFA dan masing-masing satu gelar Scudetto, Liga Champions, Piala Dunia Antarklub, serta Super Coppa Italia. Gelar Ballon d’Or-nya pun ia raih kala berseragam merah hitam.

Kepiawaian Kaka saat membela AC Milan tak lepas dari sorotan Berlusconi saat memborongnya dari Sao Paolo dan tangan dingin pelatih Carlo Ancelotti. Menjadi tandem bersama Rui Costa di lini tengah kala itu, dirinya menjadi sosok pemain hebat di mata dunia.

278