Lawan Hooligans, PSSI-nya Belanda Terapkan Teknologi GPS dan Sidik Jari

Selasa, 18 April 2017 14:23 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© OLAF KRAAK/AFP/Getty Images
Fans Ajax Amsterdam menyalakan flare di dalam stadion. Copyright: © OLAF KRAAK/AFP/Getty Images
Fans Ajax Amsterdam menyalakan flare di dalam stadion.

KNVB menanam semacam alat pelacak jejak di telepon seluler ke suporter yang memiliki rekam jejak buruk. Kemudian, setelah identitas tersimpan dan terdata sedemikian rupa, setiap gerak-gerik para hooligans bakal terlacak, terutama saat ada pertandingan.

Ketika memasuki stadion, para suporter diharuskan untuk menempelkan jari mereka agar identitas yang sebelumnya telah tersimpan bisa dideteksi. Dengan begini, pasukan pengaman pertandingan sepakbola bisa memantau pergerakannya.

"Ada tiga langkah, Anda harus melakukan identifikasi sebelum dan sesudah pertandingan, serta selama pertandingan," kata Hans van Kastel, juru bicara KNVB bagian teknis pengamanan kepada VICE Sports.

© VI Images via Getty Images
Pengamanan di stadion sangat penting guna mencegah kerusuhan antar suporter. Copyright: VI Images via Getty ImagesPengamanan di stadion sangat penting guna mencegah kerusuhan antar suporter.

Tidak semua suporter harus menjalani proses identifikasi, hanya yang pernah melakukan kerusuhan saja yang mendapatkan alat pelacak. Kastel mengatakan jika mereka juga wajib membawa alat pelacak tersebut, harus terisi penuh (charged), dan memenuhi notifikasi yang diberikan oleh tim pengamanan pertandingan.

Suporter yang 'diistimewakan' ini sebelum pertandingan juga harus melakukan 'daftar ulang' di kantor polisi setempat. Memang, menurut Kastel, langkah ini menyita waktu, namun ia menilai semua ini dilakukan agar tak ada lagi kerusuhan antar suporter.

Menurut data dari KNVB, ada sedikitnya 1.400 suporter yang mendapatkan keistimewaan tersebut. Umumnya, mereka yang terdata pernah melakukan sejumlah tindakan ilegal, seperti kekerasan atau penggunaan kembang api dan semacamnya di dalam stadion.

KNVB sudah menjajal langkah ini di dua klub dengan memanfaatkan relawan dari kedua suporter. Hasilnya positif, dan sebagai timbal balik, hukuman dari relawan ditangguhkan selama beberapa bulan.

Klub-klub di Belanda juga merespons baik cara ini. Sebab, mereka merasa kesulitan dalam memantau suporter yang telah mendapat larangan hadir di stadion. Meski sudah merilis siapa-siapa saja yang dilarang masuk, tetap saja kebocoran terjadi di sana-sini.

ADO Den Haag misalnya, telah menerapkan cara hampir serupa menggunakan teknologi face recognition atau pengenalan wajah. Klub Eredivisie itu meletakkan banyak kamera di stadion agar bisa mencegah fans yang kerap membuat onar memasuki stadion.