Liga 2

Sragen United, Tim Nomaden yang Penuh Intrik

Jumat, 23 Juni 2017 14:22 WIB
Kontributor: Ghozi El Fitra | Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Indosport/bolaindo
Sragen United. Copyright: © Indosport/bolaindo
Sragen United.

Sragen United mulai populer di kalangan pecinta sepakbola Indonesia sejak beberapa waktu yang lalu. Nama itu muncul menjelang bergulirnya kompetisi Liga 2 musim 2017. Namun siapa sangka, klub nomaden itu kini terancam hilang karena kesalahannya sendiri.

Obral Janji dan Gertak Sambal

Pembentukan Sragen United tersebut bermula saat seorang pengusaha lokal, Indika Wijaya Kusuma membeli saham dari klub laga FC senilai Rp5 miliar. Berawal dari pembelian saham itulah kemudian sang pengusaha berusaha membentuk tim profesional yang berkompetisi di kasta kedua Liga Indonesia.

Baca juga:

Pada awal awal pembentukan branding yang dilakukan untuk tim tersebut sangat luar biasa. Sebagai pendatang baru, nama Sragen United sudah menghiasi headline di berbagai media lokal yang ada di kota Solo dan juga Jawa Tengah. Pemberitaannya sangatlah bombastis, seolah tidak mau kalah dengan saudara tuanya, Persis Solo dan tim asal Jawa Tengah lainnya, yakni Persijap Jepara dan PSIS Semarang.

Saat itu manajemen menjanjikan akan membawa pemain-pemain berkualitas ke Kabupaten Sragen. Manajemen menyebutkan akan membawa punggawa Persib Bandung yakni Tantan dan juga pemain naturalisasi Greg Nwokolo. Tidak hanya itu saja manajemen juga dikabarkan bakal mendatangkan Diego Michiels untuk bergabung dengan tim berjuluk Laskar Gajah Purba tersebut.

Namun janji-janji yang dilakukan oleh manajemen tersebut tidak kunjung terjadi. Hingga bergulirnya kompetisi tidak ada satupun nama dari pemain bintang yang disebutkan dalam skuat Sragen United. Justru nama-nama pemain lokal yang mengisi sebagian besar daftar pemain.

Hal tersebut sempat menuai kekecewaan dari para suporter dan pecinta bola yang ada di Kabupaten Sragen dan sekitarnya. Pasalnya mereka memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tim tersebut. Dengan janji-janji manis yang diberikan oleh manajemen, mereka beranggapan tim itu akan menjadi tonggak kebangkitan sepakbola di Kabupaten Sragen.

Akibat Durhaka pada Saudara Tua

Setelah kompetisi liga2 berjalan permasalahan demi permasalahan terus mengiringi perjalanan tim tersebut. Problem besar pertama terjadi saat menjamu saudara tuanya Persis Solo di stadion Taruna Sragen. Laga tersebut berjalan cukup panas. Kedua tim berusaha untuk menjadi yang terbaik di wilayah Solo Raya.

Saat pertandingan tersebut pemain Sragen tidak bisa menjaga sportivitas. Dalam laga yang berlangsung panas kiper Sragen United Andi Setiawan melakukan tindakan amatir dengan menendang pemain Persis Solo dengan lututnya. Akibatnya pemain Persis Solo harus dilarikan kerumah sakit karena tidak sadarkan diri.

© Arief Setiadi/INDOSPORT
Duel antara PSIS Semarang melawan Sragen United di Stadion Jatidiri. Copyright: Arief Setiadi/INDOSPORTDuel antara PSIS Semarang melawan Sragen United di Stadion Jatidiri.

Hal tersebut akhirnya memicu kericuhan yang cukup besar antara pemain dan juga ofisial. Akibat kerusuhan itu Panpel Sragen United didenda Rp 10 juta oleh komdis PSSI. Tidak hanya itu saja sang penjaga gawang juga dikenai sanksi larangan bertanding Selama dua bulan dan denda sebanyak Rp20 juta.

Setelah permasalahan itu muncul Sragen United harus memindahkan kandangnya ke Stadion Ketonggo, Ngawi. Hal itu dipilih agar kericuhan tidak kembali terjadi seperti saat menjamu Persis Solo. Hal itu juga mengingatkan ketika tim tersebut masih bernama Laga FC juga sering berpindah homebase pada gelaran ISC tahun 2016 lalu.

Prahara Rumah Tangga

Belakangan permasalahan lain muncul saat pelatih kepala Jaya Hartono mengundurkan diri dari kursi kepelatihan. Kepada wartawan Jaya tidak menyebutkan secara jelas alasan dia hengkang dari tim yang berada di ujung timur Jawa Tengah itu. Dia hanya beralasan mundurnya disebabkan karena akan mengurus anaknya yang mau nikah.

Tidak hanya dari sisi teknis saja permasalahan juga muncul dari sisi non teknis. Manajemen Sragen United mengalami kesulitan keuangan sejak beberapa bulan yang lalu. Akibatnya para pemain dan juga official belum menerima gaji hingga Selama 2 bulan terakhir.

Sejumlah pemain yang enggan disebutkan namanya mengaku resah karena gaji mereka belum terbayarkan. Padahal di sisi lain kebutuhan mereka cukup besar apalagi memasuki hari raya Idul Fitri seperti ini dimana kebutuhan akan lebih besar daripada biasanya. Para pemain sudah berusaha menanyakan kepada manajemen namun kenyataannya belum ada jawaban yang baik dan pemain harus menunggu hingga gaji mereka terbayarkan.

© Arief Setiadi/INDOSPORT
PSIS Semarang menjamu Sragen United di Stadion Jatidiri, Semarang. Copyright: Arief Setiadi/INDOSPORTPSIS Semarang menjamu Sragen United di Stadion Jatidiri, Semarang.

Untuk menutupi permasalahan keuangan Sragen United kembali pindah kandang ke Pacitan. Di tanah kelahiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu Sragen United berharap adanya rumah para pengusaha dan masyarakat pecinta sepakbola yang ada untuk ikut mendanai tim tersebut.

Sejak awal puasa lalu Lucky Wahyu dan kawan-kawan sudah diboyong ke homebase baru stadion Pacitan. Nama Laga FC pacitan disiapkan dan Harapan baru muncul setelah masyarakat Pacitan mendukung kepindahan tim tersebut. Angin segar juga berhembus karena permasalahan keuangan bakal segera teratasi. Itu artinya para pemain bisa kembali berkonsentrasi untuk menatap kompetisi yang tersisa.

Namun kepindahan Sragen United ke Pacitan itu justru mendapatkan protes keras dari Haruna Soemitro sebagai pemilik lama klub tersebut. Menurut Haruna, Bos Sragen United melakukan wanprestasi. Pasalnya sampai saat ini dia belum menerima pembayaran sedikitpun atas pembelian saham yang dilakukan oleh Indika.

Dengan kata lain, Bos Sragen United saat ini tidak bisa melakukan transaksi apapun termasuk menjual tim tersebut ke tempat lain.

PLT Sekjen PSSI Joko Driyono mengatakan dalam kompetisi Liga Indonesia tim dilarang berganti nama kompetisi sedang bergulir. Menurutnya, semua tim harus mematuhi hal tersebut. Sedangkan untuk berganti homebase menurutnya masih diperbolehkan dengan berbagai pertimbangan.

Dengan sejumlah permasalahan yang ada, masyarakat pecinta sepakbola baik yang ada di Sragen maupun di Pacitan masih menunggu kelanjutan tim tersebut. Apakah ke depannya masih bisa melanjutkan kompetisi atau harus hilang begitu saja ditelan kondisi yang ada.

1.2K