Liga 2

Ada Campur Tangan Keraton Yogyakarta di Klub Liga 2 Ini

Selasa, 27 Juni 2017 08:49 WIB
Editor: Tengku Sufiyanto
© INDOSPORT
PSIM Yogyakarta. Copyright: © INDOSPORT
PSIM Yogyakarta.

Siapa yang tak mengenal nama PSIM? Para pencinta sepakbola nasional sudah tidak asing lagi dengan klub kebanggaan Yogyakarta tersebut.

PSIM juga termasuk dalam sepuluh klub sepakbola paling tertua di Indonesia. Namun, banyak orang yang tidak mengetahui bahwa ada andil Kesultanan Yogyakarta dalam lahirnya PSIM.

© Prima Pribadi/INDOSPORT
Caption Copyright: Prima Pribadi/INDOSPORTPSIM Yogyakarta.

Seorang penggiat sejarah sepakbola bernama Dimaz Maulana menerangkan lebih detail soal awal mula dunia bal-balan di Yogyakarta, hingga bermuara keterkaitan Keraton Ngayogyakarta dengan PSIM.

"Sepakbola merupakan hiburan rakyat untuk menyatukan rakyat. Saat itu, Kasultanan Ngayogyakarta mempunyai hiburan wayang wong untuk menarik masyarakat di alun-alun. Keliling Indonesia ke Batavia dan lain-lain. Acara tersebut diselingi dengan pertandingan sepakbola. Laga sepakbola Yogyakarta saat itu juga dimainkan di Stadion Kridosono," ungkap Dimaz.

© INDOSPORT
PSIM Yogyakart. Copyright: INDOSPORTPSIM Yogyakarta.

PSIM terbentuk pada tanggal 5 September 1929 dengan nama awal sebuah organisasi sepakbola Perserikatan Sepakbola Mataram (PSM). Kemudian pada tanggal 27 Juli 1930 nama PSM diubah menjadi PSIM. Nama Mataram dipakai karena saat itu Ngayogyakarta merupakan Kerajaan Mataram.

Dimaz mengungkapkan, ada campur tangan Keraton Ngayogyakarta dalam berdirinya PSIM. Buktinya, tanah berdirinya mes PSIM, Monumen PSSI, dan Stadion Mandala Krida adalah tanah Keraton Ngayogyakarta yang dikenal dengan istilah Sultan Ground (SG).

Baca Juga:

Lanjut Dimaz, tanah Keraton Ngayogyakarta diwakafkan untuk PSIM. Seterusnya, PSIM pemegang hak tanah tersebut tanpa bisa dipindahtangankan seizin Keraton Ngayogyakarta.

"Saat itu, PSIM didirikan ketika Sultan Hamengkubuwono VIII memegang kendali pemerintahan. PSIM ada campur tangan andil keraton. Tak hanya soal tanah, keterkaitannya bisa dilihat dari semua peraturan dan kebijakan selalu melalui keraton ketika itu," ujar Dimaz.

"Lalu melalui simbol. Jawa dalam sejarahnya, termasuk Keraton Ngayogyakarta penuh dengan sistem kesimbolan. Kalau kita ke keraton, ada sistem kesultanan dengan simbol kelambangan. Misalnya, ada bangunan dalam relief terdapat angka 1, angka 8, lalu bergambar nogo (naga) yang bermakna angka 2, dan gambar bumi yang bermakna 1. Jadi, bangunan tersebut didirikan pada tahun 1821. Logo PSIM merupakan makna peninggalan kesimbolan Jawa, yang menurut saya menandakan tahun berdiri," tambah pakar sejarah lulusan Universitas Gajah Mada (UGM) tersebut.

© INDOSPORT/Dokumen Pribadi
Salah satu arsip milik Bawah Skor Mandala terkait para pemain PSIM datang meminta restu Sultan Hamengkubuwono X sebelum terjun ke kompetisi. Copyright: INDOSPORT/Dokumen PribadiSalah satu arsip milik Bawah Skor Mandala terkait para pemain PSIM datang meminta restu Sultan Hamengkubuwono X sebelum terjun ke kompetisi.

Namun, pengaruh Kesultanan Yogyakarta saat ini terhadap PSIM sudah mengalami pergeseran.

Dimaz menerangkan, budaya dan pengaruh Keraton Yogyakarta mengalami pergeseran. Keraton Yogyakarta sudah tidak mau lagi bekecimpung di dunia sepakbola, khususnya PSIM. Hal itu terjadi karena arahan profesionalisme yang bakal diterapkan klub-klub dunia bal-balan Tanah Air.

© Prima Pribadi/INDOSPORT
Caption Copyright: Prima Pribadi/INDOSPORTPSIM Yogyakarta.

"Sultan Hamengkubuwono IX dan X mencintai sepakbola, itulah yang saya cari tahu melalui orang dalam Keraton Yogyakarta. Hal itu dibuktikan kala Sultan Hamengkubuwono X memberi nasihat dalam pembentukan kekuatan PSIM terjadi saat menyeleksi pemain asing asal Kamerun, dengan posisi striker, gelandang, dan kiper. Hal itu terjadi pada tahun 1996. Sri Sultan bilang kalau kualitasnya (pemain asing) di atas anak-anak Yogyakarta silakan rekrut. Kalau tidak, buat apa," ujar Dimaz, yang merupakan pengepul arsip PSIM.

"Namun, saya melihat berjalannya waktu bahwa Sri Sultan melepas sepenuhnya PSIM untuk mandiri. Beliau juga merangkul PSS Sleman dan Persiba Bantul untuk berdiri sendiri (profesional). Budaya meminta restu Sri Sultan yang rutin dilakukan PSIM sebelum kompetisi, sudah tidak pernah dilakukan sejak tahun 2004. Terakhir kali pengaruh Keraton Yogyakarta ada di tubuh PSIM, ketika Gusti Prabu (adik Sultan Hamengkubuwono X) menjadi manajer pada musim 1996/1997," lanjut pria yang memiliki founder Komunitas Bawah Skor Mandala tersebut.

563