Liga 1

Penggunaan Wasit Asing, Persija Senang Sekaligus Sedih

Selasa, 25 Juli 2017 11:41 WIB
Penulis: Muhammad Adiyaksa | Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Muhammad Adiyaksa/INDOSPORT
Gede Widiade direktur Persija Jakarta. Copyright: © Muhammad Adiyaksa/INDOSPORT
Gede Widiade direktur Persija Jakarta.

Rencana penggunaan wasit asing pada putaran kedua kompetisi Gojek Traveloka Liga 1 mendapat tanggapan dari Persija Jakarta. Tim berjuluk Macan Kemayoran itu menyambut positif sekaligus menitipkan kritikan pada wacana itu.

PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi telah matang untuk penerapan wasit asing pada paruh kedua musim. Sekitar 50 persen laga pada setiap pekannya akan dipimpin oleh pengandil pertandingan impor.

Persija melalui Direktur Utamanya, Gede Widiade menuturkan bahwa penggunaan wasit asing akan menghilangkan kepercayaan terhadap pengadil pertandingan lokal. Kehadiran wasit asing memang akan menaikkan standar kompetisi, namun juga memberi efek negatif terhadap penilaian publik terhadad Sumber Daya Manusia (SDM) sepakbola Indonesia.

Baca juga:

© Ian Setiawan/Indosport.com
Akibat Wasit Tak Tegas, Derby Jawa Timur Grup 7, Persekam Metro FC vs Madura FC Nyaris Rusuh. Copyright: Ian Setiawan/Indosport.comAkibat Wasit Tak Tegas, Derby Jawa Timur Grup 7, Persekam Metro FC vs Madura FC Nyaris Rusuh.

“Saya gembira, tapi sebagai Warga Negara Indonesia (WNI), saya sedih. Apakah kualitas wasit lokal sebegitunya? Gembira karena kualitas kompetisi akan meningkat. Sedih karena, masa sih kualitas wasit kita seburuk itu,” ucap Gede saat ditemui wartawan.

“Tapi memang kalau wasit lokal kurang bagus, introspkesi ditujukan kepada wasit dan federasi. Tugas federasi meningkatkan kualitas wasit Indonesia. Jangan semua dibebankan kepada wasit. Kalau mereka tidak di-support, bagaimana menjadi wasit yang bagus,” tambah pengusaha asal Surabaya itu.

Mantan kepala Departemen Timnas PSSI itu berharap, ke depannya federasi akan berusaha untuk meningkatkan kualitas wasit lokal. Salah satu cara yang disarankannya adalah menyekolahkan wasit ke luar negeri.

“Wasit juga manusia. Kalau tidak di upgrade, bagaimana mau baik. Tapi kalau kompetisi sudah jalan, mau tidak mau federasi harus ambil sikap. Jadi, ini langkah konkret. Kalau perlu sekolahkan ke luar negeri. Supaya ada transfer pengetahuan,” imbuh Gede.

“Ini seolah wasit menjadi kambing hitam. Meski ada wasit yang bagus maupun jelek. Kasihan wasit yang punya komitmen tinggi, jadi mati. Tidak perlu saling menyalahkan,” tutupnya.

629