Liga 1

Persib di Liga 1: Kutukan Maung Bandung Berlanjut?

Selasa, 25 Juli 2017 06:49 WIB
Editor: Tengku Sufiyanto
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT/Simamaung
Logo Persib Bandung. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT/Simamaung
Logo Persib Bandung.

Persib Bandung merupakan klub kedua terbanyak yang mengoleksi gelar juara kompetisi kasta tertinggi sepakbola Tanah Air dari era Perserikatan hingga Indonesia Super League (ISL). Tim Maung Bandung total mengoleksi lima gelar Perserikatan, satu gelar Liga Indonesia dan ISL.

Pangeran Biru menjadi juara Perserikatan edisi 1939, 1961, 1986, 1989-1990, dan 1993-1994. Persib menjadi juara Liga Indonesia pertama pada tahun 1995. Selanjutnya menjadi juara ISL 2014. Persib hanya kalah tiga gelar dari pemenang trofi terbanyak di Indonesia, Persija Jakarta.

Namun, label tim sarat sejarah dan besar nampak hilang kala Persib berlaga di kompetisi kasta tertinggi sepakbola Tanah Air, yang kali ini bernama Gojek Traveloka Liga 1. Persib tidak pernah meraih kemenangan dalam empat laga terakhir, usai ditahan imbang Persela 1-1, kalah dari Madura United FC 1-3, takluk 1-2 di tangan Mitra Kukar, dan terakhir bermain imbang 1-1 lawan Persija.

Alhasil, Persib hanya menempati posisi ke-14  klasemen sementara Liga 1 dengan raihan 21 poin dari 16 laga. Maung Bandung hanya meraih lima kemenangan dan enam hasil seri. Lima laga lainnya berakhir dengan kekalahan. Tentu rekor yang buruk bagi tim sekelas Persib. Di balik itu semua, tersemat sebuah kutukan. Apa kutukan tersebut?

Baca Juga:

Kutukan Persib Bandung

Di balik performa jebloknya Persib, ada sebuah kutukan yang sampai saat ini menghinggapi kubu Maung Bandung. Persib tidak mampu juara jika kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Indonesia tidak menggunakan sistem dua wilayah.

Persib hanya mampu menjadi juara kala kompetisi sepakbola kasta tertinggi di Indonesia menggunakan format dua wilayah. Hal itu terjadi selama Persib menjadi juara era Liga Indonesia I dan ISL 2014.

Melansir dari RSSSF Indonesia, Persib hanya meraih tempat ketiga pada ISL 2008-2009 yang menggunakan format kompetisi penuh. Begitupun pada ISL 2009-2010, Persib hanya menempati posisi ke-4 klasemen akhir.

Disusul pada ISL 2010-2011, di mana Persib hanya menempati posisi ke-7 klasemen akhir. Lalu pada ISL 2011-2012 dengan menempati posisi ke-8 klasemen akhir. Terakhir, kala ISL 2013 saat Persib hanya mampu menempati posisi ke-4 klasemen akhir.

Setelah itu, pada ajang pengganti kompetisi resmi yang diberhentikan akibat konflik sepakbola nasional, Torabika Soccer Championship (TSC) 2016, Persib hanya menempati papan tengah klasemen.

© Twitter@Liga1Match
Ahmad Jufrianto melakukan selebrasi bersama rekan satu timnya setelah cetak gol pada menit ke-14. Copyright: Twitter@Liga1MatchSkuat Persib Bandung.

Pelatih Jadi Korban Kutukan Persib

Kutukan tersebut diwarnai gonta-ganti pelatih. Pada ISL 2009-2010, Jaya Hartono mengundurkan diri sebagai pelatih Persib usai memperoleh banyak hasil buruk. Posisi Jaya Hartono digantikan pelatih sementara, Roby Darwis dan Yusuf Bachtiar.

Setelah itu, Daniel Darko Jankovic menjadi pelatih Persib di ISL 2010-2011. Sayang, Darko mundur sebelum kompetisi dimulai. Asistennya, Jovo Cuckovic akhirnya dipilih menjadi pelatih kepala.

Sayang, Jovo gagal membawa perubahan untuk Persib. Posisinya digantikan oleh Daniel Roekito hingga kompetisi usai.

Pada musim 2011-2012, Persib mengganti peran Daniel Roekito kepada sosok Drago Mamic. Namun, ia bertahan hanya enam bulan karena performa buruk Persib. Posisinya digantikan pelatih sementara, Robby Darwis hingga akhir musim.

Selanjutnya, Persib dilatih Djajang Nurdjaman pada tahun 2013. Manajemen Maung Bandung akhirnya bersabar menunggu keberhasilan Djajang Nurdjaman. Hingga pada akhirnya, sang pelatih pun mampu membawa Persib menjadi juara ISL 2014.

Setelah itu, Djajang Nurdjaman dilepas manajemen karena menimba ilmu kepelatihan di Inter Milan. Posisinya digantikan Dejan Antonic di kompetisi pengganti TSC 2016. Akan tetapi, Dejan hanya bertahan bebeberapa bulan, setelah dipecat manajemen Persib karena performa buruk tim di TSC 2016.

Uniknya, posisinya digantikan oleh Djajang Nurdjaman. Kali ini, Djajang Nurdjaman mengundurkan diri usai gagal mengangkat performa Persib di Liga 1.

Apakah kutukan itu akan berlanjut di Liga 1? Jawabannya akan diketahui pada akhir musim.

1K