Berpotensi Lahirkan Messi, Pembinaan Hambat Asa Asia

Jumat, 22 September 2017 16:26 WIB
Penulis: Annisa Hardjanti | Editor: Rizky Pratama Putra
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Sepakbola India, China, dan Ramires dan Lionel Messi. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Sepakbola India, China, dan Ramires dan Lionel Messi.

Pertumbuhan Tim Nasional sepakbola sebuah negara memiliki ketergantungan pada bagaimana tim akar rumput mereka berkembang dalam pertumbuhannya. Stephen Constantine, pelatih Timnas India untuk kedua kalinya, menemukan bahwa sebuah akademi sepakbola elite di India merekrut dua pemain baru dari tingkat turnamen pemuda di New Delhi.

Berawal dari penemuannya itu, Constatine pun mulai menerapkannya pada proses perekrutan pemain di kelas turnamen pemuda. Namun, untuk mencukupi jumlah skuat yang diperlukan, ada berapa pemain dari tingkat tersebut dengan kualitas yang baik untuk dapat tersaring ke dalamnya. 

© Wr8sports.com
Abhishek Yadav telah menemui 20 ribu bocah selama menjaring pemain untuk Timnas U-17 India. Copyright: Wr8sports.comAbhishek Yadav telah menemui 20 ribu bocah selama menjaring pemain untuk Timnas U-17 India.

India dan China menjadi dua negara yang ternyata menyembunyikan mereka, pada tunas-tunas sepakbola berkualitas dunia. Statistik mengatakan bahwa jauh di dalam geliat negara yang masuk daftar terpadat dunia itu, terdapat pemuda-pemuda dengan kemampuan sekelas Cristiano Ronaldo hingga Lionel Messi. 

Potensi besar yang dimiliki oleh kedua negara tersebut kembali lagi terbuang sia-sia. Para fans sepakbola Inggris mungkin hanya mengenal nama Sun Jihai, pemain China di kancah sepakbola dunia. Selebihnya, nihil.

Mungkin ada ribuan anak-anak yang memiliki kemampuan gemilang untuk berlaga di kedua turnamen tersebut. Namun yang terjadi justru berbeda. Mereka justru hanya bermain untuk klub sekolah yang tak masuk dalam turnamen, atau dipaksa main oleh klubnya hanya karena pemain lainnya tak berguna, bahkan terjadi pada mereka yang sakit flu saat sebuah laga besar.

Ladang Bisnis Pemain Asing

Eropa dan Amerika Latin masih menjadi penguasa atas sepakbola dunia dengan begitu banyak klub-klub yang merajai setiap negara, hingga hari ini. Hal itu yang kemudian memalingkan kita dari dua negara yang ternyata menyimpan kejutan tersembunyi yang tak pernah terkuak ke dunia.

Sebelumnya, China sendiri sempat menarik pemain luar, seperti Oscar dan Ramires dalam Liga Super China. Kedatangan mereka ke kancah sepakbola China mampu sedikit membuka harapan untuk sepakbola negara tersebut di panggung dunia.

© INDOSPORT
Gelandang Shanghai SIPG, Oscar. Copyright: INDOSPORTGelandang Shanghai SIPG, Oscar.

Bisnis besar memainkan peran besar dalam uang yang mengalir ke kompetisi domestik. Perusahaan manajemen pelabuhan SIPG memiliki Shanghai SIPG, klub Oscar, dan perusahaan investasi Sinobo membiayai Beijing Guoan, sebuah klub yang sekarang dilatih oleh mantan pelatih kepala Leverkusen, Roger Schmidt.

Namun kehadiran pemain seperti itu takkan menolong China untuk nampak di kancah dunia. Negara tersebut butuh mengembangakan bakat para pemain muda yang selama ini terkunci dalam populasi masyarakat yang begitu besar itu. 

© VCG/VCG via Getty Images
Ramires pose dengan kostum klub barunya, Jiangsu Suning. Copyright: VCG/VCG via Getty ImagesRamires pose dengan kostum klub barunya, Jiangsu Suning.

Dilansir Deutsche Welle, kehadiran pemain asing ke dalam Liga Super China rupanya tak lepas dari peraturan. Terdapat pembatasan pemain asing di setiap perekrutan pemain klub. Peraturan hanya membatasi tiga pemain asing di setiap klub. 

Adanya peraturan tersebut tentunya akan melindungi bakat-bakat muda China dan demi menghindari kesalahan yang sama dengan Liga Primer Inggris. Konsekuensinya, ketiga pemain asing itu tentunya akan jadi lebih unggul rekan-rekan setimnya.

Yang Mesti Diperbaiki oleh Sepakbola Asia

Kegagalan dari perkembangan sepakbola muda di China menjadi salah satu alasan potensial mengapa negara tersebut tak mampu membawa sepakbola mereka bersaing di kelas dunia. Masalah lainnya datang dari kurang dalamnya sistem liga profesional mereka. 

China sendiri memiliki 56 klub profesional. Setiap timnya sendiri rata-rata memiliki pendukung yang mencapai 2.500 penggemar. Negara yang memiliki lebih dari 100 kota dengan sejuta penduduk atau lebih. Lebih dari separuh kota tersebut kekurangan klub sepakbola profesional. 

© in
Zheng Zhi (China kaos kuning) berusaha lari untuk mendapatkan bola dari pemain Qatar. Copyright: inZheng Zhi (China kaos kuning) berusaha lari untuk mendapatkan bola dari pemain Qatar.

Masalah seperti ini tak hanya dihadapi oleh Cina dan India, namun juga banyak negara di belahan dunia. Banyak negara yang sebenarnya memiliki generasi emas sepakbola dengan faktor keberuntungan yang kecil.Untuk sebuah kesuksesan berjangka panjang, mereka membutuhkan kondisi tim akar rumput yang terstruktur.

Tertarik dengan sepakbola saja tidak cukup. Jika Anda melakukan perjalanan ke negara-negara lain,  klub sekelas Liverpool atau  Barcelona menjual kaos resmi mereka di stadion markas mereka. Jadi ketika tim mereka bertanding, tentu saja merchandise tim tersebut akan ludes terjual oleh para pendukung yang datang. 

Untuk membawa olahraga ternama seperti sepakbola, Asia memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Perlu dilakukannya pembangunan lingkungan di mana pemain sepakbola dapat berkembang dan berjuang. Jika infrastruktur tersebut semua mampu disediakan, Asia tentu saja akan menjadi negara dengan tim sepakbola paling mengancam di kancah dunia. 

923