Kontrak Jangka Panjang, Mengapa Didominasi Pemain Muda?

Rabu, 15 November 2017 14:13 WIB
Editor: Agus Dwi Witono
© engagedinvestor.co.uk
Ilustrasi bursa transfer sepakbola. Copyright: © engagedinvestor.co.uk
Ilustrasi bursa transfer sepakbola.

Seolah sudah menjadi tradisi, sepakbola Indonesia sangat sulit menemukan pemain yang dikontrak jangka panjang. Baik di kubu pemain maupun pelatih seperti "menjaga" tradisi ini selama bertahun-tahun. Mayoritas hanya diikat kontrak selama satu musim atau satu tahun saja.

Bahkan ketika terkena sanksi FIFA, para pemain ini hanya dikontrak dalam hitungan bulan saja. Sesuai durasi turnamen yang dibuat saat itu untuk mengisi kekosongan kompetisi nasional. 

Tak heran jika di Liga Indonesia nyaris tidak pernah ada kasus transfer pemain antarklub, laiknya terjadi di klub-klub profesional Eropa saat memasuki jeda menjelang musim baru. Pengecualian ketika ada kasus transfer 100 rupiah yang melibatkan Indriyanto Nugroho, Arseto Solo, dan Pelita Jaya beberapa dekade ke belakang.

Maka ketika Irfan Bachdim mendapat perpanjangan kontrak hingga 2020, menjadi sebuah fenomena baru di sepakbola nasional. Pihak Serdadu Tridatu pun merilis kabar ini secara resmi melalui media sosial mereka. Padahal, selama ini soal kontrak pemain, termasuk durasi dan nilai kontrak, selalu menjadi hal yang tabu diumumkan klub-klub Indonesia.

“Semua tahu Irfan Bachdim bermain sangat baik di kompetisi lalu. Ia juga memiliki komitmen yang kuat untuk tetap bertahan di Bali United dan berjuang bersama di tahun depan. Maka dari itu kami putuskan memperpanjang kontrak Irfan Bachdim untuk tiga tahun ke depan,” ujar Yabes Tanuri di situs resmi Bali United.

Namun demikian, apa yang dialami Irfan tidak banyak dialami pemain lainnya. Bahkan oleh para pemain Bali United yang lain. Kalaupun ada, klub-klub Indonesia justru memberi kontrak jangka panjang kepada pemain-pemain muda yang mereka miliki.

© Ginanjar/INDOSPORT
Caption Copyright: Ginanjar/INDOSPORTFebri Hariyadi dan Gian Zola.

Sebut saja Persib Bandung yang mengontrak Gian Zola dan Febri Hariyadi dengan kontrak berdurasi empat tahun. Kontrak bagi kedua pemain U-22 itu dimulai pada 2016 dan berakhir pada 2020 nanti.

"Pertimbangan mengontrak Zola dan Febri (selama) empat tahun karena kami sudah tahu kualitas mereka," ungkap manajer tim Persib, Umuh Muchtar saat melakukan tanda tangan kontrak.

Langkah Persib dalam mengontrak pemain muda mereka juga dilakukan Persija Jakarta. Para pemain U-23 yang dimiliki Macan Kemayoran dikontrak selama 3 tahun. Seperti Vava Mario Yagalo, Novri Setiawan, Rizal Umainailo, Pandi Ahmad Lestaluhu, dan Aldi Al Achya yang dikontrak hingga 2019.

Selain itu Persija pun masih mengikat Muhammad Rasul hingga 2019 dan Fitra Ridwan sampai 2018. Macan Kemayoran pun tengah berusaha mengikat pemain Timnas U-19 yang mereka miliki, namun belum ada perkembangan positif soal kontrak para pemain belia tersebut.

Klub Liga 2, Persebaya Surabaya pun sudah mulai berani melakukan kontrak jangka panjang. Namun, hanya diberikan kepada pemain yang memang punya potensi membesarkan Persebaya. Salah satunya adalah kapten Timnas U-19, Rachmat Irianto. Rian, sapaan akrabnya, hingga kini masih terikat bersama Bajul Ijo hingga 2019.

Melihat fenomena yang terjadi belakangan ini, bisa dibilang klub-klub Indonesia masih dalam taraf penjajakan untuk melakukan kontrak pemain dengan durasi lebih dari satu musim. Karena, yang banyak dikontrak lebih dari satu tahun masih para pemain muda.

© Twitter@persija
Gelandang anyar Persija Jakarta, Fitra Ridwan. Copyright: Twitter@persijaGelandang anyar Persija Jakarta, Fitra Ridwan.

Klub-klub Indonesia masih dalam tataran menjadikan pemain sebagai aset jangka pendek, belum memasuki tahapan menilai pemain sebagai investasi jangka panjang. Mengontrak pemain muda dan pemain senior tentu bakal punya harga yang berbeda. Masih cukup aman bagi keuangan klub saat mengikat pemain muda dengan durasi lebih dari satu tahun sekalipun.

Apalagi kondisi kompetisi di Indonesia pun sampai sekarang belum bisa dijamin keberlangsungannya. Tidak ada jaminan liga bisa selesai sesuai jadwal. Termasuk Liga 1 2017 yang nyaris berhenti di tengah jalan ketika ada ancaman mogok dari sebagian besar klub peserta yang memprotes transparansi dari operator kompetisi, PT Liga Indonesia Baru.

Jadi, keberanian Bali United mengikat kontrak Irfan Bachdim hingga dua tahun ke depan patut diacungi jempol. Setidaknya Bali United bisa menjadi pelopor klub-klub Indonesia untuk menjadikan pemain sebagai investasi jangka panjang, bukan sekadar beban keuangan klub semata.

78