x

6 Pesepakbola Indonesia yang 'Hilang' Usai Timba Ilmu di Luar Negeri

Jumat, 28 Oktober 2016 10:49 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Ramadhan

Sepakbola Indonesia tak pernah kehilangan bakat baru. Sepak terjang beberapa pemain muda Indonesia bahkan sempat dilirik sejumlah klub luar negeri.

Kemampuan olah bola beberapa nama seperti Syamsir Alam, Arthur Irawan, maupun Alfin Tuasalamony pun tidak perlu diragukan lagi. Mereka selalu menjadi tumpuan Timnas di level junior. Namun, karena alasan tertentu pesepakbola berbakat tersebut seolah susah menembus Timnas Senior.

Tragisnya, para pemain yang sempat menimba ilmu di Amerika Latin hingga Eropa tersebut ada yang berakhir di turnamen antar kampung atau tarkam.


Aksi Syamsir Alam saat memperkuat Timnas Junior Indonesia

Siapa sajakah sosok-sosok tersebut? Berikut INDOSPORT merangkumnya untuk pembaca setia.


1. Syamsir Alam

Syamsir Alam

Sempat menjadi langganan di Tim Nasional Indonesia U-11 hingga U-23, kini Syamsir Alam belum mampu menunjukkan tajinya di level senior. Bahkan, pemain berusia 24 tahun tersebut harus berakhir di turnamen antar kampung.

Syamir Alam sebelumnya mengawali karier di luar negeri saat mendapatkan beasiswa generasi pertama program pelatnas jangka panjang SAD Uruguay pada 2008.

Ia langsung menjelma menjadi seorang predator di kotak penalti di musim perdananya dengan torehan 15 gol dari 29 laga di di Liga U-17 Quinta Division 2008.

Syamsir yang saat itu menjadi top scorer dari tim SAD Indonesia kemudian mendapatkan kesempatan lebih besar saat bermain di klub asal Uruguay, Penarol pada musim selanjutnya.

Syamsir kemudian meninggalkan tim SAD pada 2011 dan bergabung dengan klub Divisi II Belgia, CS Vise. Namun, pemain berusia 24 tahun tersebut lebih banyak menghuni bangku cadangan selama dua musim berkiprah di Belgia.


Syamsir Alam kini bermain di turnamen antar kampung (tarkam)

Pemain kelahiran Sumatera Barat itu seakan mengalami kesulitan menemukan level permainan terbaik, akibat cedera punggung. Namun, hal tersebut tak membuat Syamsir kehilangan kepercayaan diri untuk membela Timnas Indonesia.

Terbukti, pelatih Timnas U-23 saat itu, Rahmad Darmawan (RD) memanggilnya untuk ikut seleksi Timnas SEA Games 2011. Meski tampil impresif selama sepekan di sesi latihan pelatnas, Syamsir justru tak masuk skuat inti. Situasi serupa terjadi di SEA Games 2013, ia dinilai tampil di bawah ekspektasi RD.

Pada 2013, Syamsir membuat sensasi saat digaet klub asal Amerika, DC United. Akan tetapi, ia lebih sering hanya ikut latihan bersama DC United. Namanya tidak pernah masuk starting line-up, sehingga ia memutuskan pulang ke Tanah Air, dan bergabung dengan Sriwijaya FC.

Dewi Fortuna seakan belum berpihak pada Syamsir Alam. Ia kesulitan menembus tim inti dan lebih sering duduk di bangku cadangan. Ia kemudian memilih pindah ke Persipasi Bandung Raya (PBR) di awal 2015. Apesnya, kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2015 terhenti pada bulan April, akibat konflik antara PSSI dengan pemerintah.

Di tahun 2016, Syamsir Alam kemudian mencoba peruntungannya di kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016 bersama Persiba Balikpapan. Namun, lagi-lagi ia didepak lantaran dinilai minim kontribusi untuk tim.

Setelahnya, Syamsir Alam muncul dengan kabar menghebohkan. Bagaimana tidak, pemain profesional yang sempat merumput di luar negeri itu kini harus melanjutkan karier sepakbola profesionalnya ke level turnamen antar kampung atau tarkam.


2. Alfin Tuasalamony

Alfin Tuasalamony

Bek sayap ini di awal kariernya cukup menjanjikan. Kecepatan dan gaya menyerangnya dalam bermain sangat berguna bagi tim kala melakukan serangan balik.

Alfin Tuasalamony yang juga merupakan jebolan SAD Uruguay generasi pertama itu pernah membela CS Vise. Berbeda dengan rekannya, Syamsir Alam, Alfin justru menjadi langganan tim inti CS Vise di musim 2011-2013.

Bakat hebat Alfin sempat membuat pemandu bakat klub elite Portugal, Benfica terpikat. Akan tetapi Alfin lebih memilih pulang kampung dan bergabung bersama Persebaya Surabaya selepas membela Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2013.

Pada 2015, Alfin hijrah ke Persija Jakarta mengikuti jejak pelatihnya dari Persebaya Surabaya, Rahmad Darmawan. Malangnya, saat kompetisi ISL 2015 terhenti, ia jadi korban kecelakaan. Kaki kirinya patah ditabrak mobil yang dikendarai seorang ibu di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.


Aksi Alfin Tuasalamony bersama Persija Jakarta

Usai operasi cederanya, Alfin bergabung dengan Pusamania Borneo FC untuk kompetisi Torabika Soccer Championship (TSC) 2016. Akan tetapi, ia tidak pernah diturunkan lantaran tak dalam kondisi terbaiknya.

Kabar terakhir, Alfin dikontrak oleh Bhayangkara United pada Agustus lalu untuk putaran kedua TSC 2016. Pemain berusia 24 tahun tersebut telah mengikuti latihan, namun belum bisa dimainkan lantaran harus menjalani masa penyembuhan setelah menjalani operasi pencabutan pen yang menyangga kakinya.

Menarik ditunggu melihat sentuhan dan aksi Alfin bersama Bhayangkara United di sisa musim TSC 2016.


3. Arthur Irawan

Arthur lahir di ibu kota Jawa Timur, Surabaya. Masa kecilnya sama dengan kebanyakan anak laki-laki lain yakni diisi dengan bermain bola sampai ketika ia berada di Jakarta.

Sempat mendapat tawaran dari klub besar Eropa di usia belia yaitu 8 tahun, keluarga lebih memilih untuk mengedepankan pendidikan bagi Arthur.

Sebelum akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Espanyol B. Dirinya juga sempat mendapatkan trial di Manchester United bersama pemain muda lainnya yang telah masuk ke tim utama United saat ini seperti, Tyler Blackett, James Wilson, dan Paddy McNair.

Tetapi, karena terkendala permasalahan izin kerja, Arthur tidak bisa mengikuti jejak rekan-rekannya tersebut untuk menembus tim utama The Red Devils.


Arthur Irawan saat masih berseragam Espanyol B

Arthur kemudian mendapatkan tawaran dari Espanyol B untuk menimba ilmu. Dirinya sempat membela Malaga B pada 2014 lalu. Selanjutnya klub Belgia, Waasland-Beveren menjadi pelabuhan berikutnya.

Bermain di Belgian Pro-League, harapan Arthur untuk tampil bersama tim senior tercapai ketika menghadapi KV Mechelen, sayang Waasland harus takluk 1-2.

Akan tetapi, Arthur kemudian harus menepi sampai saat ini lantaran masih berjuang setelah mengalami cedera dan dioperasi pada Maret 2016 ini.

Kini pemain berusia 24 tahun tersebut sering terlihat mengikuti latihan bersama Persija Jakarta. Ia dikabarkan saat ini bersatatus free transfer, namun Arthur mengklaim sering mendapat atwaran dari klub Indonesia maupun luar negeri tetapi belum ada satu pun diambilnya.


4. Reffa Money

Reffa Money

Pemain ini merupakan anak dari mantan pemain Persebaya tahun 1980-an, Yusuf Money, yang sempat berkarier di klub Persis Solo musim 2013/14.

Bakat Reffa Arvindo Badherun Money mulai tercium saat membela Timnas Indonesia U-15 pada tahun 2006. Ia juga jadi figur kunci Tim Jawa Timur saat juara Piala Medco U-15 tahun 2007.

Bersama rekan seangkatannya, Syamsir Alam dan Yericho Christiantoko, pemain berusia 24 tahun itu ditunjuk menjadi kapten tim SAD Uruguay pada 2008/09. Namun, cedera lutut parah membuatnya tak ikut dalam rombongan pemain Indonesia yang dikirim ke CS Vise, Belgia.

Pada penghujung 2011, Reffa pulang ke Tanah Air. Ia memilih bergabung dengan klub Divisi Utama, Persis Solo musim 2011/12. Di musim berikutnya, Reffa hijrah ke Pelita Bandung Raya (PBR) di ISL 2013. Di klub asal Bandung, awal bencana itu datang.

Reffa harus menepi dari kompetisi karena mengalami cedera lutut parah. Butuh setahun lebih baginya untuk menyembuhkan cedera sekaligus menghilangkan rasa trauma pasca cedera.

Selama cedera dan masa pemulihan, Reffa banyak menghabiskan waktu di kampus. Maklum, saat itu ia tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi Universitas DR. Soetomo, Surabaya.

Setelah sembuh dari cedera pada pertengahan 2014, Reffa tak langsung kembali ke lapangan. Ia lebih memilih untuk mendaftar tes masuk TNI AD dari jalur sepakbola dan lolos menjadi TNI AD.

Setelah jadi TNI, Reffa sempat terdaftar sebagai anggota tim PS AD dan bertugas di Pontianak, Kalimantan Barat. Terakhir, namanya masuk daftar pemain PS TNI yang berlaga di Piala Jenderal Sudirman.

Namun, Reffa hanya jadi penghangat bangku cadangan meski PS TNI tampil mempesona di penyisihan grup Piala Jenderal Sudirman.


5. Alan Martha

Alan Martha

Pemain ini juga merupakan pesepakbola yang menimba ilmu bersama tim SAD Uruguay pada 2008 lalu. Memiliki postur pendek dengan tinggi 164 cm, pergerakan Alan sering kali merepotkan lawan bahkan mampu melewati 3-4 pemain. Ketika berlaga lawan Vietnam di Kualifikasi Piala Asia 2007 U-17, ia memborong 4 gol.

Pada 2015 lalu, saat bersama Sriwijaya FC, Alan Martha mengisi waktu libur dengan kuliah dan bermain tarkam karena terhentinya kompetisi. Khusus kuliah, mantan penggawa Sociedad Anonima Deportiva Indonesia ini mengambil waktu kuliah Sabtu-Minggu di bidang hukum.

Kembali dari Uruguay, Alan kemudian sempat bergabung dengan Sriwijaya FC. Akan tetapi setelah itu, namanya seolah hilang dari persepakbolaaan nasional. Teranyar, ia dikabarkan bergabung dengan Kalteng Putra FC di Torabika Soccer Championship (TSC) B. 


6. Yericho Christiantoko

Yericho Christiantoko

Pemain yang sempat dibina Akademi Arema itu disebut memiliki kemampuan alami dan menjadi penerus bek kiri legendaris Indonesia, Aji Santoso. Yericho selalu dipercaya memperkuat Timnas Indonesia level junior dari 2005 hingga 2008.

Mengikuti program pelatnas jangka panjang bersama SAD Uruguay pada 2008 membuat kemampuannya semakin meningkat.

Tiga tahun berselang, pemain kelahiran 14 Januari 1992 itu dikontrak CS Vise pada 2011/12 bersama sejumlah rekannya seperti Alan Martha maupun Syamsir Alam. Ia juga masuk skuat Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2011 saat meraih medali perak.

Cedera lutut parah di pentas kompetisi Divisi II Belgia membuat karier Yericho mulai tersendat. Akibat Ia jarang bermain dan akhirnya dipulangkan ke Indonesia. Yericho akhirnya bergabung dengan klub yang membinanya, Arema Cronus pada 2013.

Di Tim Singo Edan cederanya kerap kali kambuh. Nama Yericho pun jarang masuk starting eleven di Arema Cronus. Ia hanya main sekali dari total 34 laga ISL.

Pada akhir 2014, Yericho dilepas ke klub Divisi Utama, Persekam Metro FC. Tidak berjalannya kompetisi kasta kedua musim 2015 karena perseteruan PSSI dengan pemerintah membuat karier sang pemain mandek.

Teranyar, Yericho dikabarkan bergabung dengan Persema Malang yang status klubnya baru saja diakui oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Tim ini dipersiapkan untuk ikut Trofeo Banyuwangi.

Syamsir AlamTimnas Indonesia U-23Alfin TuasalamonyArthur IrawanTimnas IndonesiaLiga IndonesiaCS ViseReffa MoneyAlan MarthaYericho Christiantoko

Berita Terkini