Stephen Curry Sindir Donald Trump Saat Ikuti Aksi Protes

Minggu, 7 Juni 2020 13:41 WIB
Penulis: Arif Budi Setyanto | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Ezra Shaw/GettyImages
Bintang Golden State Warriors, Stephen Curry kembali mengungkapkan rasa tidak sukanya kepada Donald Trump saat mengikuti aksi protes damai. Copyright: © Ezra Shaw/GettyImages
Bintang Golden State Warriors, Stephen Curry kembali mengungkapkan rasa tidak sukanya kepada Donald Trump saat mengikuti aksi protes damai.

INDOSPORT.COM - Bintang Golden State Warriors, Stephen Curry kembali mengungkapkan rasa tidak sukanya kepada Donald Trump saat mengikuti aksi protes damai di Palo Alto, California, Amerika Serikat, Sabtu (06/06/20).

Seperti yang diketahui, Amerika Serikat saat ini ramai dengan gelombang protes akibat insiden George Floyd yang meninggal dunia karena ulah polisi.

Kematian George Floyd ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk para atlet. Nyatanya para pemain NBA, seperti LeBron James, Damian Lillard, Trae Yound, dan terbaru ini Stephen Curry terlihat mengikuti aksi protes.

Dalam kesempatan aksi ini, Stephen Curry pun bersuara dengan menyindir Donald Trump. Curry meneriakkan 'Donald Trump harus pergi' saat mengikuti aksi protes tersebut.

Hal ini memang bukan pertama kalinya, Stephen Curry terang-terangan mengungkapkan tidak suka terhadap Donald Trump. Sebelumnya pada 2017 saat Golden State Warriors juara NBA, Curry menegaskan bahwa ia tidak ingin pergi ke Gedung Putih.

Padahal biasanya tim yang memenangkan NBA akan berkunjung ke Gedung Putih untuk dijamu oleh Presiden Amerika Serikat. Namun, karena Donald Trump, Curry enggan melakukan kebiasaan tersebut.

Keuputusan ini diambil oleh Curry sebagai bentuk protes karena ia tidak senang dengan kebijakan yang dilakukan oleh Trump. Pasalnya, Trump memang dikenal sebagai orang yang sering membuat keputusan kontroversial dan di luar nalar.

Alhasil karena Curry sudah menyatakan tidak mau mengunjungi Gedung Putih, Donald Trump akhirnya menarik undangan yang untuk Golden State Warriors.

Sementara itu, aksi protes yang terjadi di Amerika Serikat dipicu karena kematian George Floyd. Kasus ini berawal ketika polisi mendapat telepon dari sebuah toko yang menduga Floyd membayar dengan uang curian.

Polisi tersebut kemudian menangkap Floyd, tapi salah satu dari mereka menindih lehernya. Floyd merasa kesakitan saat lehernya ditindih dan meminta polisi untuk melepaskan tindihan itu karena ia tidak bisa bernapas. Tapi, polisi yang bernama Derek Chauvin itu tidak peduli, sehingga Floyd akhirnya dinyatakan meninggal setelah dilarikan ke rumah sakit.