In Depth Sports

Geliat Panahan: Dominasi Korsel dan Keinginan Jokowi Memopulerkan Olahraga Robin Hood

Minggu, 15 Januari 2017 14:10 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:

Suka tidak suka, cabang olahraga (cabor) panahan memang belum memiliki tempat istimewa di hati penggiat olahraga ataupun masyarakat umum di negeri ini. 

Padahal fakta sejarah menunjukkan bahwa panahan merupakan cabor pembuka bagi negeri ini untuk bisa meraih medali di ajang Olimpiade. 

Pada Olimpiade 1988 atau 35 tahun setelah keikutsertaan pertama Indonesia di ajang Olimpiade, tiga atlet panahan perempuan Indonesia, Lilies Handayani, Kusuma Wardhani, dan Nurfitriyana Sulaiman sukses meraih medali di Seoul 1988. 

Sayang setelah itu, panahan makin tak populer di masyarakat. Panahan tentu masih kalah populer dengan bulutangkis, apalagi sepakbola misalnya. Menariknya, meski bukan olahraga populer, kembali atlet panahan Indonesia raih prestasi yang menyita perhatian dunia. 

Pada ajang Olimpiade Rio 2016 lalu, pemanah Indonesia yang baru menjalani debut di ajang Olimpiade, Riau Ega Agatha sukses mengalahkan juara dunia panahan sekaligus pemanah nomor satu dunia, Kim Woo-jin. 

Korea Selatan memang menjadi negara terkuat di cabang panahan. Di ajang Olimpiade, atlet panahan Korsel sejak Olimpiade 1972 hingga Olimpiade 2016 lalu telah mengoleksi 23 emas, 9 perak, dan 7 perunggu. 

Torehan yang masih sangat jauh dengan negara terkuat nomor dunia, Amerika Serikat. Pemanah Amerikat Serikat hanya tercatat meraih 8 medali emas, 5 medali perak, dan 3 medali perunggu sejak Olimpiade 1972. 

Bagaimana bisa Korsel mendominasi olahraga panahan? Lantas bagaimana dengan Indonesia? 

Apakah cukup raihan perak 1988 yang telah ditorehkan tiga Srikandi Indonesia? Kekinian panahan memang disebut-sebut menjadi salah satu olahraga yang akan dipopulerkan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) di tengah masyarakat. Bahkan orang nomor satu negeri ini, Presiden Jokowi ikut ambil peran. 

Berikut ulasannya untuk pembaca setia INDOSPORT: 

233