In-depth

Termasuk soal Israel, 3 Tantangan Terbesar Indonesia jika Gelar Olimpiade 2032

Kamis, 5 November 2020 19:11 WIB
Editor: Arum Kusuma Dewi
© Wikipedia
Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Copyright: © Wikipedia
Indonesia mencalonkan diri sebagai tuan rumah Olimpiade 2032.

INDOSPORT.COM – Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari menyatakan Presiden Joko Widodo akan berkunjung ke markas Komite Olimpiade Internasional (IOC) di Swiss untuk pendekatan sebagai calon tuan rumah Olimpiade 2032.

Raja Sapta menyampaikan hal itu setelah rapat terbatas dengan topik “Rencana Pencalonan Indonesia Menjadi Tuan Rumah Olimpiade Tahun 2032” yang berlangsung Rabu (04/11/20).

“Untuk pertama kalinya Olimpiade diadakan di Asia Tenggara. Mudah-mudahan kita bisa mendapat semua kepercayaan yang dimaksud dan kami memohon dukungan seluruh masyarakat Indonesia untuk berjuang bersama kita dan membuktikan bahwa Indonesia juga mampu menjadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade 2032,” tutur Raja Sapta, dikutip dari Antara.

Setelah Indonesia terbilang sukses menyelenggarakan Asian Games, Presiden Jokowi lalu mengirim surat pada 2018 kepada IOC berisi penawaran resmi Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032.

Meski berani mengajukan diri untuk menghelat pesta olahraga terbesar dunia, Indonesia masih harus menghadapi tiga masalah yang tak bisa dianggap enteng.

Resesi Ekonomi

Tantangan pertama adalah ancaman masalah finansial. Menggelar event sekelas Olimpiade pastilah butuh dana besar. Yunani dan Brasil menjadi contoh nyata yang mengalami kerugian besar setelah menjadi tuan rumah.

Bahkan Olimpiade 2004 disebut-sebut sebagai biang keladi bangkrutnya Yunani. Olimpiade 2004 memakan biaya mencapai 11 miliar dolar AS, dua kali lebih besar dari rencana awal. Bertahun-tahun kemudian, sejumlah venue cabor menganggur dan hanya memakan biaya besar untuk penjagaan.

Begitu pula dengan Brasil yang menghelat Olimpiade 2016 lalu. Menurut laporan Jornal Noroeste, organisasi penyelenggara Rio 2016 terikat utang mencapai 113 juta dolar AS. Setahun setelah Olimpiade, pihak panitia sempat meminta bantuan kepada IOC, tetapi ditolak.

Indonesia sendiri harus belajar banyak dari penyelenggaraan-penyelenggaraan sebelumnya. Apalagi  pandemi virus Corona berdampak cukup besar untuk ekonomi negara. Panitia juga harus berhati-hati dalam membangun fasilitas-fasilitas baru supaya nantinya tidak terbengkalai dan hanya menyedot biaya lain di masa depan.

Mengutip laporan Antara, Kamis (05/11/20), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian Indonesia pada triwulan III-2020 mengalami kontraksi 3,49 persen. Ini artinya Indonesia resmi mengalami resesi seperti yang dialami sejumlah negara yang terdampak Covid-19.

Namun Raja Sapta sendiri yakin ekonomi Indonesia akan stabil dan membaik jelang 2032 nanti. “Kita cukup percaya diri dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kita bisa jadi tuan rumah Olimpiade maupun Paralimpiade yang terbaik.”

Siap Terima Israel?

Salah satu yang dikhawatirkan netizen jelang mengadakan Olimpiade 2032 adalah apakah Indonesia siap menerima seluruh negara peserta tanpa kecuali.

Pada Asian Games IV di Jakarta, 1962 silam, pemerintah Indonesia menolak partisipasi Israel dan Taiwan dengan tidak memberikan visa kepada para atletnya.

Akibatnya, Indonesia harus menerima skorsing dari IOC, sebagaimana dinukil dari laporan Historia. IOC pun menilai Indonesia terlalu mencampur urusan politik dan olahraga.

Tak jauh-jauh, pada 2019 kemarin, negara tetangga yakni Malaysia dicoret jadi tuan rumah kejuaraan dunia renang difabel karena menolak atlet-atlet asal Israel.

Merancang Olimpiade yang Ramah Lingkungan

Tokyo 2020 bakal menjadi standar baru penyelenggaraan Olimpiade yang futuristik tetapi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Ini termasuk poin penting dalam agenda Olimpiade 2020 yang dicanangkan IOC.

Raja Sapta pun sudah menyatakan akan memanfaatkan kembali sejumlah fasilitas Asian Games dan Asian Para Games 2018 untuk Olimpiade nanti. Ini diyakininya menjadi poin plus dalam pencalonan Indonesia yakni menjadi tuan rumah yang mementingkan legacy dan sustainability.

Namun Indonesia harus menaikkan levelnya sebab IOC pada Maret 2020 kemarin menegaskan bahwa Olimpiade yang diselenggarakan tahun 2030 ke atas wajib bersifat “positif terhadap iklim”. Mereka akan memastikan pesta olahraga yang diadakan nanti untuk mengurangi jejak karbon dan bahkan menerapkan solusi zero-carbon untuk jangka waktu panjang.