Belajar dari Kasus Doping di PON Jabar 2016, Menpora Ingin Indonesia Miliki Lab Doping

Sabtu, 18 Februari 2017 07:48 WIB
Editor: Ramadhan
© Herry Ibrahim/INDOSPORT
Menpora, Imam Nahrawi. Copyright: © Herry Ibrahim/INDOSPORT
Menpora, Imam Nahrawi.

Hari Jumat (17/02/17) pagi, Menpora Imam Nahrawi didampingi Deputi Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Gatot S. Dewa Broto, Plt, Deputi Pemberdayaan Pemuda, Faisal Abdullah dan Staf Khusus Olahraga, Taufik Hidayat menerima audiensi Ketua Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI) Zaini Kadhafi Saragih.

Pihak LADI juga mengikutsertakan Sekretaris Umum, Arie Sutopo, Dewan Pembina James Tangkudung, Misbahul Munir, Syaifuddin Munis dan Wakil Sekretaris Suyadi Pawiro di ruang kerjanya lantai 10 Kantor Menpora Senayan, Jakarta.

Dalam kesempatan itu Ketua LADI, Zaini Kadhafi Saragih menyampaikan sebanyak 14 atlet PON XIX dan Peparnas XV Jawa Barat positif mengkonsumsi doping.

“Ada 2 dari Peparnas dan 12 dari atlet PON, berdasarkan hasil temuan di lab dan wawancara atlet Peparnas bersangkutan sepertinya mereka minum jamu dan bukan disengaja untuk doping tetapi di dalam jamunya ada unsur yang termasuk di kategori doping,” urai Zaini dalam rilis resmi Kemenpora yang diterima INDOSPORT.

Displaying IMG-20170217-WA0007.jpgPertemuan antara Menpora dengan pihak Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI).

“Jika dari lab positif doping maka ada dua efek yakni status juaranya, bonus, dan lain sebagainya langsung di cabut, terkecuali di pemeriksaan kedua negatif,” lanjutnya.

“Hukuman selanjutnya yakni maksimal 2 tahun tidak boleh mengikuti kejuaraan resmi bukan seumur hidup, seumur hidup jika dokter timnya ikut terlibat,” tandasnya.

Zaini melanjutkan dari 4 atlet positif doping, 7 di antaranya siap mengakui, ketujuh sisanya meminta untuk periksa sample kedua (sample B). Kedua sample itu (sample A dan B) langsung dikirim ke India untuk dicek, biaya ditanggung atlet sekitar Rp3 juta rupiah.

LADI mengakui masih kurangnya sosialisasi tentang doping sedangkan banyak atlet yang keluar masuk baru, berganti, di daerah, dan lain faktor sebagainya.

“Di LADI itu sebenarnya memang harus terus sosialisasi dan edukasi di samping daftar obat setiap tahun berubah, jadi setiap akhir tahun Badan Antidoping Dunia (WADA) mengeluarkan list baru dan kita harusnya terus sosialisasi,” ujarnya.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi.

Menanggapi hal ini Menpora mengatakan, kepada mereka yang mengakui kesalahan sebaiknya pemberitaannya kita minimalisir karena banyak faktor seperti keluarga pasti secara psikologis tertekan, PB dan timnya juga.

“Bagaimana nanti pengemasannya ke publik jangan sampai terkesan masih gencar, toh mereka sudah mengakui kesalahannya,” tegas Menpora.

“Ke depan setiap atlet dan pelatih harus di warning dari awal untuk tidak mengkonsumsi obat apapun, jamu apapun terkecuali atas rekomendasi dokter di semua multi even dan single even,” lanjutnya.

Menpora berharap momentum PON Jawa Barat dapat di jadikan pembelajaran terkait doping. “Pendidikan anti doping harus dimulai dari usia dini,” tegasnya.

Menpora berharap di tahun yang akan datang Indonesia dapat memulai agar memiliki lab doping sendiri terlebih Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Games 2018 mendatang.

Suasana saat pembukaan PON Jawa Barat 2016.

“Mohon nanti dimaksimalkan dengan dikoordinasikan dari sekarang melalui Corcom, lewat OCA, dan lain sebagainya, kita harus memanfaatkan peluang, harus punya lab, saya akan support, dorong baik sarana dan prasarananya khususnya saat Asian Games 2018,” jelas Imam Nahrawi.

“Presiden pun berulang-ulang mengatakan hal semacam itu dan itu butuh kerja keras kita, silahkan dilanjutkan penyelesaian ke empat belas atlet itu,” tutup Menpora. 

53