Lewis Hamilton bisa kehilangan kontrak bersama tim Formula 1 Mercedes AMG setelah taktik yang dia gunakan di Grand Prix Abu Dhabi, Minggu, (27/11/16) kemarin. Hamilton memang berhasil memenangkan balapan itu, namun tetap tak bisa merebut gelar juara F1 yang diraih oleh rival setimnya, Nico Rosberg.
Dalam balapan penutup F1 musim 2016 itu, Hamilton berusaha hingga mengambil taktik yang tidak disetujui oleh tim Mercedes. Pembalap asal Inggris itu memimpin balapan di 10 lap terakhir dan sengaja tidak melaju kencang di depan Rosberg yang sedang ditekan oleh Sebastian Vettel dari Ferrari.
Lewat radio tim, Paddy Lowe selaku direktur teknis Mercedes meminta Hamilton melaju kenjang di depan agar Rosberg mendapatkan ruang untuk menjauh dari Vettel. Namun, Hamilton malah melambat. Terkait hal ini, kepala tim konstruksi Mercedes, Toto Wolff merasa tindakan pemegang tiga gelar juara F1 itu bersifat anarki. "Anarki tidak bisa dilakukan oleh siapa pun dalam sebuah tim dan perusahaan," ujar Wolff dilansir dari Daily Mail.
Hamilton mungkin akan menerima hukuman atau lebih dari itu, kontrak sebesar 30 juta poundsterling, lebih dari Rp505 miliar bersama Mercedes, bisa melayang dari tangannya. "Ada banyak kemungkinan," lanjut Wolff.
Toto Wolff (kanan) bersama Lewis Hamilton di sebuah konferensi pers Mercedes.
Wolff juga menyiratkan, perilaku Hamilton mencerminkan keegoisan yang tidak sportif. "Saya adalah bagian dari 1,500 orang di tim dan ada nilai-nilai yang harus dipatuhi. Melanggar apa yang sudah dihormati bersama berarti kamu mementingkan diri sendiri. Ini logika sederhana," kata Wolff tegas.
Hingga saat ini belum ada keputusan apa pun terkait tindakan Hamilton. Wolff juga masih dalam proses pertimbangan lanjut dan diskusi lebih detail bersama Mercedes.
Gelar juara F1 yang diperjuangkan Hamilton dengan taktik itu tetap tak berhasil diraih. Rival setimnya, Rosberg berhasil menjuarai F1 musim 2016 di GP Abu Dhabi, Sirkuit Yas Marina, Minggu, (27/11/16) lalu.