Memiliki tubuh yang sama-sama kecil dan tinggi badan sekitar 155 cm, keduanya mulai menampakan diri sebagai pebulutangkis elit dunia. Akane dan Nozomi menjadi ancaman serius bagi tunggal putri negara lain untuk meraih gelar di tiap kejuaraan.
Dalam beberapa kejuaran Super Series sepanjang 2015, keduanya meraih prestasi cukup mengejutkan dengan mengalahkan pemain-pemain top dunia. Puncaknya yang dierlihatkan oleh Nozomi Okuhara yang berhasil menjadi juara di kejuaran World SuperSeries Final 2015.
Hal ini tentunya menjadi renungan bagi tunggal putri manapun, termasuk Indonesia. Di saat pemain senior, seperti Lindaweni Fanetri hingga Bellaetrix Manuputti tidak mampu memberi prestasi lebih, Jepang justru memperlihatkan potensi besar atlet mudanya.
Hal itu dibuktikan dengan suksesnya Akane dan Nozomi di level kejuaraan Super Series di saat usia mereka baru menginjakan 18 dan 20 tahun. Sedangkan pemain muda tunggal putri Indonesia, seperti Hanna Ramadhani dan Fitriani masih berkutat di level Kejurnas atau kompetisi kasta kedua saat usia mereka terbilang tidak jauh dari tim tunggal putri Jepang.
Selain dua pemain tersebut, Jepang juga dapat kembali mengandalkan pemain 24 tahun mereka yang dulu sempat mengalami cedera, yaitu Sayaka Sato. Bahkan, saat kembali tampil Sato mampu memberi kejutan.
Tak hanya itu, tunggal putri Jepang diperkirakan akan menjadi batu sandungan bagi pemain top, seperti Ratchanok Intanon (Thailand), Carolina Marin (Spanyol), Syaina Nehwal (India) atau bahkan pemain Cina sekalipun dalam upaya meraih title Olimpiade 2016 mendatang.
Jika melihat tren perkembangan pebulutagkis tersebut, tentu Indonesia wajib belajar untuk berani mengirim atlet mudanya ke level yang tinggi. Biar bagaimana pun Jepang telah membuktikan diri bahwa jam terbang menjadi faktor utama yang dibutuhkan atlet-atlet muda untuk berkembang.
Berikut INDOSPORT akan merangkum 3 pemain tunggal putri Jepang yang harus diwaspadai Dunia