All England 2017

Peluang Ganda Campuran Indonesia di All England 2017

Selasa, 7 Maret 2017 09:35 WIB
Editor: Gema Trisna Yudha
© HUMAS PP PBSI
Praveen Jordan/Debby Susanto saat meraih gelar juara All England 2016. Copyright: © HUMAS PP PBSI
Praveen Jordan/Debby Susanto saat meraih gelar juara All England 2016.

Sektor ganda campuran menjadi andalan Indonesia untuk meraih gelar di ajang All England 2017. Sektor lain yang juga punya kans besar meraih gelar adalah ganda putra.

Hanya saja, pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan sudah tak lagi tampil bersama. Mereka meraih gelar juara All England pada 2014 lalu.

Saat ini, Hendra berduet dengan pemain Malaysia, Tan Boon Heong, sementara Ahsan dipasangkan dengan pemain muda, Rian Agung Saputro. Disisi lain, para pemain muda akan menghadapi lawan berat sejak babak pertama.

Berbeda, sektor ganda campuran masih memiliki andalan, yaitu dua pemegang gelar turnamen bulutangkis tertua di dunia ini. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir siap turun bersama junior mereka, Praveen Jordan/Debby Susanto.

Tontowi/Liliyana meraih gelar All England tiga kali beruntun pada 2012, 2013, dan 2014. Sempat absen pada 2015, kala pasangan China Zhang Nan/Zhao Yun Lei mengalahkan Tontowi/Liliyana, Indonesia kembali meraih gelar di sektor ini lewat Jordan/Debby.

Indonesia masih menurunkan tiga pasangan lain di sektor ini. Hafiz Faizal/Shela Devi Aulia, Alfian Eko Prasetya/Annisa Saufika, serta Ronald Alexander/Melati Daeva Oktavianti. Tanpa mengurangi peluang tiga wakil lain, Tontowi/Liliyana menjadi andalan Indonesia untuk kembali meraih gelar juara.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir

Tiga gelar yang diraih duet yang akrab disapa Owi/Butet ini, merupakan bukti bahwa mereka sudah sangat berpengalaman di ajang ini. Hanya saja, keduanya tak dapat tampil prima dalam pertandingan yang akan berlangsung di Birmingham, Inggris ini.

Owi/Butet sudah tak tampil bersama sejak terakhir kali mengikuti BWF World Super Series Finals 2016, bulan Desember lalu. Cedera lutut Liliyana yang ia derita sejak China Open (bulan) membuat ia harus beristirahat untuk memulihkan kondisi.

Turnamen All England 2017 menjadi momen perdana Tontowi dan Liliyana tampil bersama tahun ini.

Jika Liliyana beristirahat, Tontowi sudah tampil diajang Malaysia Masters Grand Prix Gold pada Januari lalu, berpasangan dengan Gloria Emanuelle Widjaja.

Kondisi tersebut, juga karena faktor usia, membuat PBSI tak mau memberikan beban terlalu tinggi bagi pasangan peraih medali emas Olimpiade 2016 ini. Karenanya PBSI hanya menempatkan Owi/Butet sebagai andalan kedua diajang ini.

Praveen Jordan/Debby Susanto

Jordan/Debby sudah barang tentu menjadi sorotan di ajang ini, mengingat status mereka sebagai juara pada 2016 lalu. Mereka meraih gelar prestisius ini setelah menumbangkan pasangan Denmark, Joachim Fischer Nielsen//Christian Pedersen dalam dua set langsung 21-12, 21-17.

Pelatih ganda campuran PBSI, Richard Mainaky menyatakan, pasangan ini memiliki persiapan paling maksimal. Keduanya juga tak punya masalah berarti sehingga PBSI menempatkan Jordan/Debby sebagai unggulan pertama.

Praveen Jordan/Debby Susanto telah melakukan persiapan maksimal sebelum tampil di All England 2017.

Lawan Terberat

Namun demikian, lawan-lawan Jordan/Debby sudah tentu akan berusaha sekuat tenaga untuk menggagalkan mereka mempertahankan gelar juara. Keduanya akan mengawali kiprah di ajang ini dengan menghadapi Yuta Watanabe/Arisa Higashino asal Jepang. Sementara Owi/Butet akan menghadapi pemenang babak kualifikasi.

Adapun lawan terberat yang akan dihadapi wakil Indonesia adalah pasangan China, Zheng Siwei/Chen Qingchen. Duet peringkat 1 dunia ini akan mengawali langkah mereka dengan menghadapi wakil Thailand, Dechapol Puavaranukroh/Sapsiree Taerattanachai.

Jika berjalan lancar, Zheng/Chen berpeluang menghadapi wakil Indonesia, Jordan/Debby atau Owi/Butet di babak semifinal.

Sejauh ini, pasangan peraih gelar juara BWF Superseries Finals 2016 itu unggul secara head to head.

Praveen Jordan/Debby Susanto meraih gelar juara pada All England 2016 lalu.

Peluang

Zheng/Chen unggul 1-0 atas Owi Butet. Kemenangan Zheng/Chen atas Owi/Butet terjadi di ajang China Open 2014 lalu. Saat itu, mereka menang 21-18 dan 21-15. 

Namun setelah tiga tahun, tentu keadaan berubah. Owi/Butet pun masih berpeluang membalas dendam, apalagi setelah mereka memenangkan gelar Olimpiade 2016 lalu. Hal ini memberi motivasi yang jelas bagi Owi/Butet untuk mengalahkan Zheng/Chen.

Sementara dengan Jordan/Debby, Zheng/Chen unggul 3-0. Namun dalam dua pertemuan diantaranya kemenangan Zheng/Chen harus diraih dalam rubber game. Meski demikian, hal ini tidak serta merta meniadakan peluang yang dimiliki Jordan/Debby. Terlebih status mereka sebagai juara bertahan membuat mereka punya motivasi besar untuk menampilkan permainan terbaik.