In-depth

Kisah Mia Audina & Tony Gunawan: Ketika Mendua hanya karena Keadaan

Minggu, 21 Juni 2020 19:17 WIB
Penulis: Shella Aisiyah Diva | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Amanda Dwi Ayustri/INDOSPORT
Kisah dari dua eks pebulutangkis hebat Indonesia, yakni Mia Audina dan Tony Gunawan yang terpaksa mendua karena keadaan. Copyright: © Amanda Dwi Ayustri/INDOSPORT
Kisah dari dua eks pebulutangkis hebat Indonesia, yakni Mia Audina dan Tony Gunawan yang terpaksa mendua karena keadaan.

INDOSPORT.COM - Kisah dari dua eks pebulutangkis hebat Indonesia, yakni Mia Audina dan Tony Gunawan yang terpaksa mendua karena keadaan.

Bagi publik pecinta bulutangkis Indonesia, sosok Mia Audina dan Tony Gunawan bukan merupakan sosok yang asing. Keduanya pernah berjuang untuk Indonesia dan berhasil mempersembahkan banyak gelar.

Tak hanya itu, aksi-aksi dari kedua eks pebulutangkis tersebut di lapangan juga telah memberikan kesan yang membekas di hati pada pecinta bulutangkis Indonesia.

Masih membekas dalam ingatan, bagaimana seorang Mia Audina yang masih berusia 14 tahun tampil dengan begitu memukaunya di dua edisi final Piala Uber 1994 dan 1996 untuk mempersembahkan gelar bagi Indonesia.

Sampai-sampai, karena aksi luar biasanya itu, Mia Audina mendapat julukan 'Si Bocah Ajaib'. Tak hanya di panggung Piala Uber saja, di usianya yang masih muda, ia juga berhasil meraih medali perak di edisi Olimpiade Atlanta 1996 usai kalah dari musuh bebuyutan Susy Susanti, yakni Bang Soo-hyun.

Tak hanya Mia Audina saja, Tony Gunawan pun juga sama. Bermain di sektor ganda putra Indonesia, eks pebulutangkis kelahiran 9 April 1975 tersebut berhasil mempersembahkan gelar Piala Thomas, medali emas Olimpiade, Kejuaraan Dunia dan Asian Games untuk Indonesia.

Sayangnya, kisah Mia Audina dan Tony Gunawan dengan bulutangkis Indonesia harus selesai sebelum mereka memutuskan gantung raket.

Keduanya diketahui memutuskan berpindah kewarganegaraan dan tampil untuk negara baru mereka di turnamen bulutangkis internasional, dimana Mia Audina menjadi warga negara Belanda, sedangkan Tony Gunawan menjadi warga negara Amerika Serikat.

Keputusan keduanya berpindah kewarganegaraan menuai beragam kontroversi dari publik pecinta bulutangkis Indonesia. Banyak yang mendukung keputusan keduanya, tetapi tak sedikit pula yang mempertanyakan nasionalisme mereka.

Namun sebenarnya, apakah benar baik Mia Audina dan Tony Gunawan memutuskan berpindah kewarganegaraan karena keinginan? Dan bukan karena hal lainnya? Berikut INDOSPORT.com mengulasnya untuk Anda:

Mia Audina

© Olympic.org
Mia Audina, pebulutangkis Indonesia yang memilih jadi warga negara Belanda. Copyright: Olympic.orgMia Audina, pebulutangkis Indonesia yang memilih jadi warga negara Belanda.

Rasanya jika dibilang semua itu karena keinginan semata, kurang adil bagi Mia Audina dan Tony Gunawan. Dan jika menyebut mereka tidak memiliki nasionalisme yang kuat, juga rasanya itu tidak dapat dibenarkan.

Mungkin bisa ditarik kesimpulan jika keduanya memutuskan berpindah kewarganegaraan hanya karena keadaan saja yang memaksa semua itu harus dilakukan.

Jika Mia Audina memang benar-benar ingin pindah menjadi warga negara Belanda, ia pasti akan selalu bersedia tampil mewakili Belanda setiap kali ada turnamen bulutangkis yang digelar di Indonesia.

Tetapi kenyataannya? Mia Audina selalu menolak untuk diikutsertakan oleh Belanda di setiap kejuaraan bulutangkis yang digelar di Indonesia, bahkan setelah memutuskan membela Negeri Kincir Angin, namanya tak lagi terdengar di panggung Indonesia Open.

”Saya tetap tidak akan tampil di Jakarta. Saya mesti menghargai masyarakat Indonesia juga saya sendiri. Sejak usia 14 tahun, saya memperkuat Indonesia, lalu tiba-tiba di hadapan penonton Indonesia, saya tampil untuk Belanda," ujar Mia Audina dikutip dari media pikiran-rakyat.

Mia Audina juga pernah mengungkapkan kalau dirinya sejatinya tetap ingin membela Indonesia walaupun harus berlatih di Belanda karena ikut dengan suaminya.

Namun peraturan yang dimiliki PBSI dan keadaan yang terjadi pada saat itu, membuatnya sama sekali tak punya pilihan selain harus mengambil keputusan menjadi warga negara Belanda agar tetap bisa tampil di panggung bulutangkis internasional.

"Sesungguhnya, saya tetap ingin menjadi pemain Indonesia, meski bermukim di Belanda. Namun, ketika itu aturan PBSI tidak memungkinkannya, ya mau bagaimana lagi?" pungkasnya.