3 Masalah Besar yang Ancam Piala Thomas dan Uber 2020

Jumat, 14 Agustus 2020 18:33 WIB
Penulis: Ade Gusti | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Robertus Pudyanto/Getty Images
Trofi Thomas Cup Copyright: © Robertus Pudyanto/Getty Images
Trofi Thomas Cup

INDOSPORT.COM – Turnamen bulutangkis bergengsi, Piala Thomas dan Uber 2020 akan digelar bulan Oktober nanti. Meski begitu, ada tiga masalah besar yang mengancam turnamen ini batal dilangsungkan.

Meski pandemi virus corona masih membayangi dunia bulutangkis, pihak Asosiasi Bulutangkis Dunia (BWF) tetap berencana menggelar turnamen beregu Piala Thomas dan Uber 2020.

Sebanyak 16 tim Piala Thomas dan Uber akan bertanding memperebutkan lambang supremasi bulutangkis beregu putra dan beregu putri paling bergengsi ini.

Putaran final Piala Thomas dan Uber rencananya akan dihelat di Aarhus, Denmark, 3-11 Oktober mendatang. Kejuaraan bulutangkis ini akan berlangsung di Ceres Arena.

Kompetisi Piala Thomas - Uber 2020 telah mengalami dua kali penundaan. Sebelumnya, turnamen beregu putra dan putri ini akan digelar pada Mei lalu, kemudian digeser ke Agustus dan akhirnya digeser ke Oktober.

Di balik penjadwalan ulang turnamen oleh BWF ini, ada beberapa permasalahan yang sampai saat ini masih belum terpecahkan. Termasuk kondisi keuangan tuan rumah Denmark dan aturan ketat terkait pencegahan penularan COVID-19.

Bukan tidak mungkin, kedua ajang ini akan menjadi korban pandemi corona selanjutnya. Artinya, Piala Thomas dan Piala Uber akan dibatalkan menyusul sejumlah turnamen lain yang sedianya digelar sebelumnya.

Berikut ini INDOSPORT memaparkan tiga masalah utama yang mengancam perhelatan Piala Thomas dan Piala Uber 2020 ini pada November nanti.

1. Krisis Finansial Bulutangkis Denmark

Turnamen Piala Thomas dan Uber terancam dibatalkan apabila Asosiasi Badminton Denmark, selaku tuan tumah, tidak mendapatkan dukungan finansial dari pemerintah.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Badminton Denmark, Bo Jensen, bahwa pihaknya sedang mengalami masalah dari segi finansial. Terlebih, pemerintah hanya menyalurkan paket bantuan secara terbatas sehingga tidak mampu menutupi biaya dan kerugian yang dialami.

"Ada beberapa batasan alami, tetapi mereka (pemerintah Denmark) memberi batasan pada apa yang kita bisa dan apa yang tidak bisa. Itu memukul kami secara finansial," katanya.

"Kami dapat menggunakan paket bantuan sampai batas tertentu, tetapi dengan acara besar di bola tangan dan bulutangkis ini, paket kompensasi saat ini tidak menutupi biaya dan defisit yang kami alami," ujar Bo Jensen dikutip dari media sport.tv2.dk.