In-depth

Tanpa Penonton, Entah Berapa Lama Lagi Para Penyelenggara Turnamen Bisa Bertahan

Selasa, 16 Maret 2021 06:25 WIB
Editor: Pipit Puspita Rini
© Andy Cheung/Getty Images
Novak Djokovic dan Daniil medvedev. Copyright: © Andy Cheung/Getty Images
Novak Djokovic dan Daniil medvedev.

INDOSPORT.COM - Tenis merupakan salah satu cabang yang cukup aktif menggelar pertandingan setelah sempat "mati suri" karena adanya pandemi Covid-19 selama setahun terakhir.

Menggelar turnamen pada masa sekarang tentu saja tidak semudah yang dibayangkan. Pemegang saham punya ketakutan bahwa tanpa kehadiran penonton mereka tidak akan bisa bertahan lama.

Pada 2020, ketika pandemi mulai terjadi, turnamen dihentikan selama sekitar lima bulan. Panitia akhirnya membuat biosecure atau buble untuk para pemain dan staf hingga bisa menggelar turnamen.

Namun, penonton tetap tidak bisa datang untuk melihat langsung, kecuali untuk beberapa event. Meski begitu, jumlahnya tetap sangat dibatasi.

Tanpa kehadiran penonton, bukan hanya atmosfer pertandingan yang hilang, yang sedikit banyak bisa memengaruhi energi permainan. Lebih besar lagi, hal ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan panitia.

Turnamen-turnamen yang digelar khusus untuk petenis putra oleh Asosiasi Tenis Profesional (ATP) kehilangan pendapatan antara 60-80 juta dolar AS (Rp 860 miliar - 1,1 triliun) pada tahun lalu.

Belum lagi, panitia mendapatkan beban baru yaitu biaya untuk protokol kesehatan yang ternyata tidak murah. Hal ini membuat jumlah hadiah yang diberikan kepada peserta berkurang hingga 50 persen dibandingkan sebelum pandemi.

"Dengan segala estimasi yang sudah kami lakukan, kami rasa kami bisa bertahan tahun ini," kata ATP Chairman Andrea Gaudenzi kepada Reuters.

Namun, jika kondisi seperti ini terus terjadi, ceritanya bisa sangat berbeda untuk waktu yang akan datang. Sponsor bahkan sudah berkurang sekitar 30 persan.

Turnamen Masters 1000, yang levelnya ada di bawah Grand Slam, normalnya mengandalkan pendapatan dari penonton yang bisa mencapai 45 persen.

"Ini soal mendapatkan keseimbangan antara jumlah hadiah uang yang cukup untuk para pemain, terutama yang berada di peringkat bawah, untuk bertahan, dan supaya turnamen bisa tetap digelar," kata Herwig Straka, salah satu anggota dewan ATP, mewakili para penyelenggara turnamen.

"Tentu saja bagi turnamen lebih kecil, tantangannya jadi lebih tinggi. Jadi bukan hanya bisnis, tetapi kami di bidang olahraga butuh penonton secepatnya. Kami tidak bisa bertahan tanpa penonton," ujar Straka lagi.