Mongolia, Si Misterius yang Dibantu Kutub Sepakbola Eropa

Jumat, 21 Juli 2017 10:23 WIB
Editor: Galih Prasetyo
© vice.com
Sejumlah anak-anak berlatih sepakbola di Mongolia. Copyright: © vice.com
Sejumlah anak-anak berlatih sepakbola di Mongolia.

Mongolia, negeri yang terkenal dengan kisah sejarahnya yang begitu melegenda. Dalam banyak literatur sejarah, Mongolia ialah tempat di mana seorang tokoh penakluk dunia dilahirkan, Genghis Khan. Di abad ke-13, Kekaisaran Mongol merupakan salah satu kekuatan militer paling kuat di masa itu. 

Di fase perkembangannya, negeri ini kemudian tenggelam. Penuh misteri dan tak banyak yang mengetahui. Disebut-sebut masyarakat di negeri ini masih berpegang teguh pada budaya-budaya nenek moyang mereka, salah satu soal hidup nomaden. Laporan dari bbc.com pada 2000-an menyebutkan bahwa negara yang berbatasan langsung dengan China di Asia dan Rusia di Eropa ini masuk dalam negara yang secara ekonomi sangat lemah. 

Baca Juga: 

Dikritik Habis-Habisan Usai Timnas U-22 Diganyang Malaysia, PSSI Lakukan Hal Ini

Luis Milla Sebut Laga Lawan Mongolia seperti Final

Perlahan namun pasti, Mongolia mencoba bangkit dari keterpurukan. Sejumlah sektor yang bisa mengangkat harkat dan derajat Mongolia di mata dunia coba mereka lakukan, salah satunya lewat arena olahraga, khususnya sepakbola. Tak tanggung-tanggung, sepakbola Mongolia mendapat dukungan langsung dari dua kutub sepakbola Eropa, Inggris dan Jerman. Seperti apa kisahnya? Berikut ulasannya: 

Timnas U-22 Indonesia akan lakoni laga kedua babak kualifikasi Piala Asia 2018 melawan Mongolia pada Jumat sore ini, 21 Juli 2017 mendatang. Kemenangan jadi harga mati yang wajjb diraih Garuda Muda usai di laga pertama dibekuk Malaysia tiga gol tanpa balas. Jika dibandingkan dengan pesaing negara lain di Grup H, Mongolia memang negara misterius untuk urusan perkembangan sepakbola mereka.

© Federasi Sepakbola Mongolia
Para pemain Timnas Mongolia U-22. Copyright: Federasi Sepakbola MongoliaPara pemain Timnas Mongolia U-22.

Negara dari kawasan Asia Timur ini memang di atas kertas kalah dibanding Timnas Indonesia. Sepakbola memang bukan jadi budaya di Mongolia, masih kalah dengan gulat ataupu panahan. Maka tak mengherankan jika FIFA mencatat Mongolia di peringkat ke-198 dari 206 negara anggota FIFA, Mongolia sendiri baru resmi jadi anggota FIFA pada 1998 silam. Pertanyaannya apakah Mongolia akan mampu dibekuk oleh Evan Dimas Cs dengan mudah sore nanti?

Menilik sedikit soal sepakbola di Mongolia, kita akan sedikit kaget bahwa perkembangan sepakbola di negeri ini mendapat support dan pengaruh besar dari dua negara kuat Eropa, Inggris dan Jerman. Dikutip dari Vice.com, pembinaan sepakbola muda di Mongol tak lepas dari peran seorang pria Inggris bernama Paul Watson. Watson ibarat seorang Indra Sjafri di Indonesia yang melakukan blusukan demi mencari bibit muda sepakbola di Mongol.

© bbc.com
Paul Watson bersama pemain muda Mongolia di klub Bayangol FC. Copyright: bbc.comPaul Watson bersama pemain muda Mongolia di klub Bayangol FC.

Watson datang ke Mongol pada Oktober 2013 atas permintaan khusus Federasi Sepakbola Inggris (FA) yang memang memiliki keinginan untuk membangun sepakbola Mongol. Watson pun langsung bergerak cepat, ia mendirikan klub sepakbola yang diberi nama Bayangol FC. Klub ini diprioritaskan Watson sebagai wadah untuk para talenta muda Mongol mendapat ilmu sepakbola secara profesional.

Bukan perkara mudah bagi Watson untuk mengembangkan sepakbola di Mongol, perbedaan budaya, karakter masyarakat di sana yang masih hidup nomaden serta kendala cuaca jadi tantangan tersendiri buat pria yang juga pernah mewakili FA untuk mengembangkan sepakbola di kawasan Micronesia. "Mereka memiliki sejumlah pemain berbakat yang secara fisik cukup atletis, sayang tidak role model untuk mereka bisa berkembang," kata Watson.

© Federasi Sepakbola Mongolia
Pelatih Michael Weiss sedang memberikan arahan. Copyright: Federasi Sepakbola MongoliaPelatih Michael Weiss sedang memberikan arahan.

Perlahan namun pasti anak-anak muda Mongol mendapat dampak positif yang dilakukan Watson. Watson tak sendirian, FIFA pun membantu perkembangan sepakbola Mongol dengan mengandeng sejumlah perusahaan internasional untuk bisa men-support dalam hal infrastruktur sepakbola Mongol yang masih jauh dari kata layak.

"Saya ingin memberikan kesempatan yang besar untuk anak-anak di sini. Jika mereka berusaha dengan baik dan bekerja keras, mereka akan mampu meraih yang mereka cita-citakan," kata Watson. 

Watson pun tak main-main, ia miliki visi misi jelas untuk membangun sepakbola Mongolia. Ia ingin menempatkan Mongolia di peringkat ke-100 FIFA di tahun-tahun mendatang. 

Yang jadi talenta Mongol mikiki keunggulan untuk mampu berkembang dalam sepakbola karena mereka memiliki kemampuan fisik di atas rata-rata, keunggulan fisik ini yang kemudian dimaksimalkan oleh pria Jerman bernama Hans Michael Weis, eks pelatih Filipina. Weis yang pernah berprofesi sebagai kiper tersebut kiper ini mulai menangani Timnas Mongol pada 2017. Ia pun sama dengan Luis Milla di Indonesia yang menangani tim muda yakni Timnas U-23 Mongolia.

Sebagai pria Jerman, Weis paham betul bagaimana memanfaatkan fisik orang Mongolia dengan gaya sepakbola Jerman yang juga memaksimalkam keunggulan fisik pemain. Gaya Tim Panser Jerman yang terlambat panas di menit awal laga dan kemudian menggigit di babak kedua juga diterapkan oleh Weis di Timnas U-23 Mongolia.

Hal ini dapat dilihat dari hasil laga mereka melawan Thailand. Dikutip dari goal.com (19/07/2017), Mongolia sukses meraih satu poin setelah bermain imbang 1-1. Thailand sukses mencetak gol pertama terlebih dahulu pada menit ke-17 melalui Chaiyawat Buran.

© bbc.com
Thailand vs Mongolia di babak kualifikasi Piala Asia 2018. Copyright: bbc.comThailand vs Mongolia di babak kualifikasi Piala Asia 2018.

Thailand yang menyangka akan mampu meraih tiga poin dibuat buyar setelah pada menit ke-88, Mongolia mencetak gol lewat titik putih. Adalah Tuguldur Munkh-Erdene yang menjebol gawang Thailand. Skor menjadi 1-1 dan menutup pertandingan.

Dengan perkembangan dan hasil melawan Thailand masih pantaskah tim berjuluk Blue Wolves itu diremehkan?

1.2K