Baru-baru ini, terjadi insiden kerusuhan yang terjadi di penjara Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, dimana terjadi penyanderaan yang dilakukan oleh para narapidana terorisme terhadap sejumlah staff personel polisi di sana.
Baru pagi tadi, tepatnya Kamis (10/05/18) subuh, situasi mencekam itu berakhir dengan mengorbankan beberapa nyawa yang sebelumnya telah tewas di tangan para narapidana tersebut. Sisanya yang selamat mengalami luka yang cukup serius.
Pasca insiden tersebut, para narapidana itu akhirnya dipindahkan ke lapas Nusa Kambangan, sebuah pulau kecil yang dijadikan penjara bagi para tahanan dengan kasus kriminal berat, termasuk terorisme. Untuk sampai disana pun, para tahanan harus menggunakan kapal.
Nusa Kambangan sendiri memiliki penjagaan yang cukup ketat. Dikelilingi oleh hutan, sulit bagi para tahanan yang nekat kabur dari sana untuk menyelamatkan diri. Penjara seperti Nusa Kambangan selalu menjadi tempat yang terkesan ketat untuk mengekspresikan diri bagi para tahanannya, terutama dalam dunia olahraga seperti sepakbola.
Namun hal yang jelas berbeda justru terjadi di penjara luar negeri, tepatnya di Uganda. Sebuah penjara bernama Luzira punya keajaiban tersendiri dari kekurangan mereka, yang membuat para tahanan punya caranya sendiri untuk mengekpresikan diri lewat sepakbola.
Berikut INDOSPORT mencoba mengulas bagaimana sepakbola mampu tumbuh subur di sebuah penjara Uganda dengan para pelakunya yang memiliki latar belakang catatan kriminal berbeda-beda namun mampu bersatu di lapangan, menciptakan liga mereka sendiri.