In-depth

Tak Melulu Negatif, Rivalitas Sengit Juga Dibutuhkan di Sepak Bola Indonesia

Rabu, 12 Juni 2019 15:10 WIB
Editor: Prio Hari Kristanto
© Arif Rahman/INDOSPORT
Bobotoh memenuhi tribun dalam pertandingan Persib vs Persija. Copyright: © Arif Rahman/INDOSPORT
Bobotoh memenuhi tribun dalam pertandingan Persib vs Persija.

INDOSPORT.COM - Masih segar dalam ingatan kita kasus meninggalnya salah satu Jakmania, Haringga Sirila, yang tewas dikeroyok suporter Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (23/09/18). 

Meninggalnya Haringga menambah daftar panjang korban tewas di antara kedua suporter Persib dan Persija. 

Persaingan sengit antara Persija vs Persib hanyalah salah satu dari sekian banyak rivalitas yang ada di sepak bola Indonesia. Mulai dari Persebaya vs Arema, Persebaya vs Persija, sampai PSS vs PSIM. 

Rivalitas ini sering berujung pada kerusuhan suporter yang akhirnya mencoreng wajah sepak bola Indonesia. Perusakan stadion, penjarahan, sampai yang terparah hilangnya nyawa suporter. 

Namun begitu, rivalitas sengit antara klub-klub ini tak selamanya meninggalkan jejak buruk. Ada juga manfaat-manfaat dari persaingan yang tercipta di antara klub-klub Tanah Air. Bahkan, rivalitas ini menjadi jantung dari perkembangan sepak bola Indonesia. 

Keseruan Kompetisi

Rivalitas bukan soal suporter saja, melainkan juga persaingan kompetisi. Masing-masing kesebelasan tentu saja memiliki target tersendiri di klasemen. Apalagi dalam penentuan juara. 

Tim-tim tradisional seperti Persib, Persija, PSM, Persebaya, dll akan selalu diunggulkan untuk menjadi juara di tiap musimnya. Tim-tim ini pun akan terus berupaya tampil kompetitif demi gengsi dan kebanggan. 

Belum laga laga-laga derby yang selalu panas tiap musimnya. Rivalitas seperti inilah yang membuat sepak bola Indonesia menarik untuk ditonton. 

Jika Anda perhatikan, sejak penyatuan Liga Indonesia, belum ada tim yang benar-benar mendominasi di tiap musimnya, Juara selalu berganti. Ini yang membedakan liga kita dengan liga-liga lain di Asia Tenggara. 

Stadion Selalu Penuh, Rating TV Tinggi

Sepak bola telah mendarah daging di Indonesia. Hampir tiap klub pasti memiliki kelompok fanatik yang siap memadati stadion tak peduli di mana tim itu main, apakah laga uji coba, liga kasta bawah, atau liga utama. 

Para suporter tak ingin tim kebanggaannya kalah dari tim lain. Hal ini bagus, karena bisa memberikan keuntungan bagi klub itu sendiri dalam hal tiket. 

Maka tak heran jika panitia pertandingan selalu untung besar. Apalagi untuk laga-laga big match dan derby. Panasnya persaingan Persija dan Persib misalnya. Rivalitas kedua tim sampai merambah ke dunia maya. 

Pertandingan kedua tim pun selalu ditunggu-tunggu oleh ratusan ribu sampai jutaan fansnya di seluruh Indonesia. Rating TV pun akan tinggi dan memberikan keuntungan bagi kedua klub. Sponsor pun per satu akan mengantre masuk. 

Klub Terus Berbenah

Persaingan atau rivalitas di antara klub-klub Tanah Air juga secara langsung memaksa mereka untuk terus berbenah tiap musimnya.

Misal, jika Arema mendatangkan pemain bintang A, maka Persebaya akan mengimbangi dengan mendatangkan pemain B yang tak kalah hebat. 

Masing-masing klub pun akan berebut sponsor dan saling menyehatkan keuangan masing-masing agar tak tertinggal. Mereka tak mau lagi mendatangkan pemain asing asal-asalan.  Anggaran klub pun tak main-main lagi, bisa sampai 40-50 miliar per musim. 

Fenomena Bali United jadi salah satu contoh lainnya.  Perkembangan pesat Bali United sebagai tim profesional membuat klub-klub lain 'cemburu' dan melakukan pembenahan. 

Satu per satu klub mulai memiliki merchandise store sendiri, kontrak stadion jangka panjang, memperbaiki kualitas rumput, mengontrak pemain asing yang bagus, pelatih bagus, dll. 

Daya Tarik Pemain Asing

Seperti yang disebutkan sebelumnya, manfaat postitif lain dari rivalitas yang sengit ini adalah membuat Liga Indonesia semakin semarak.

Dari kesemarakan ini, para pemain asing dunia pun bakal tertarik untuk main di Tanah Air. Liga 1 akan memiliki nilai jual tinggi. Para pemain asing pun sengaja datang untuk merasakan fanatisme sepak bola Tanah Air. 

Klub-klub mendapat bargaining yang bagus untuk mengontrak pemain yang kualitasnya tak sembarangan. Maka tak heran jika eks pemain Liga Belanda, Prancis, atau Inggris saat ini mau main di Indonesia.