Bola Internasional

On This Day: Handball Luis Suarez di Piala Dunia 2010 yang Buat Ghana Menangis

Selasa, 2 Juli 2019 05:54 WIB
Penulis: Luqman Nurhadi Arunanta | Editor: Coro Mountana
 Copyright:

INDOSPORT.COM – 2 Juli 2010, karma pemain Timnas Uruguay, Luis Suarez lahir di Piala Dunia 2010. Ghana gagal lolos ke semifinal akibat handball Suarez di penghujung perpanjangan waktu kedua.

Jika ada pepatah soal karma mengenai sepak bola, Luis Suarez adalah pepatah itu sendiri. Kata karma telah meresap dalam diri pesepak bola asal Uruguay tersebut.

Suarez belum lama ini kembali menangis tersedu-sedu. Wajahnya terguyur air mata tatkala Uruguay tersingkir di perempatfinal Copa America 2019, Minggu (30/06/19).

Uruguay kalah adu penalti 4-5 melawan Peru. Di antara lima penendang awal, hanya Suarez yang gagal menyarangkan bola ke dalam gawang.

Suarez menangis karena kesalahannya sendiri. Ia mungkin mengutuki diri selepas menyaksikan perayaan kemenangan Peru di depan matanya.

Selepas pertandingan, Edinson Cavani membeberkan kondisi Suarez. Pemain klub Barcelona itu sedih sejadi-jadinya, merasakan pahitnya semua sia-sia.

“Luis (Suarez) sangat sedih, dia menyelesaikan pertandingan dengan gagal mencetak gol-gol penting, tetapi itulah sepak bola dan kehidupan.”

“Kadang Anda menang, kadang Anda juga kalah. Kami telah memenangkan Copa sebelumnya, tetapi hari ini kami harus menerima kenyataan bahwa kami tersingkir,” ujar Cavani seperti dilansir dari laman Reuters.

Sejatinya, Suarez tidak perlu bersedih terlalu dalam karena ia tetaplah salah satu penyerang terbaik di Barcelona dengan deretan sejumlah gol indah seperti berikut ini.

Tapi memang namanya juga manusia, Suarez tetaplah memiliki kekurangan. Selain menyalahkan kejadian di lapangan, Suarez barangkali bisa bermuhasabah (introspeksi diri), terlebih mengenai logika-logika tak masuk akal bernama karma.

Suarez dipaksa kembali memutar waktu, tepatnya 3 Juli 2010, Piala Dunia 2010 melawan Ghana di Stadion FNB Johannesburg, Afrika Selatan.

Hari itu, Suarez dengan liciknya menepis bola yang akan masuk ke gawang dengan tangannya. Sundulan Dominic Adiyiah di akhir babak seharusnya 100 persen gol sebelum ditepis dengan indah oleh Suarez bak pemain bola voli.

Sialnya, tendangan penalti Asamoah Gyan menerpa mistar gawang dan tak jadi gol yang meloloskan Ghana ke semifinal untuk pertama kalinya.

Dengan kata lain, tindakan Suarez sejatinya tak hanya membuat Ghana menangis tapi satu benua Afrika karena seharusnya sudah ada wakil mereka yang main di 4 besar Piala Dunia.

© Getty Images
Legenda Ghana, Asamoah Gyan meratapi kegagalannya mengonversi tendangan penalti ke gawang Uruguay di Piala Dunia 2010. Copyright: Getty ImagesLegenda Ghana, Asamoah Gyan (nomor punggung 3) meratapi kegagalannya mengonversi tendangan penalti ke gawang Uruguay di Piala Dunia 2010.

Mengetahui itu, Suarez jejingkrakan di pinggir lapangan. Ia tidak menyadari suatu hari ini aksi nakalnya tersebut menjadi dosa jariah di kemudian hari.

Kemenangan ‘kotor’ melawan Ghana memang tidak membuat Uruguay juara. Suarez harus menerima tanda kutukan berupa kegagalan atas nama karma.

Seluruh kegagalannya bersama Timnas Uruguay atau kesialan yang menimpanya selalu tersemat nama karma. Tak heran, pepatah karma sepak bola adalah Luis Suarez itu sendiri.

Menang tak berarti mulia, kalah tak berarti hina, namun curang pasti celaka. Selama nama karma selalu ada, ingat pepatah itu selalu, Luis Suarez.