In-depth

3 Kerugian yang Hadir Jika Jose Mourinho Latih Tottenham Hotspur

Rabu, 20 November 2019 11:17 WIB
Editor: Juni Adi
© Getty Images
Jose Mourinho, kini menjadi salah satu pelatih berpengalaman yang menganggur. Copyright: © Getty Images
Jose Mourinho, kini menjadi salah satu pelatih berpengalaman yang menganggur.

INDOSPORT.COM - Banyak kerugian yang akan datang di dalam tubuh Tottenham Hotspur, andai menunjuk Jose Mourinho sebagai pelatih menggantikan Mauricio Pochettino.

Sebuah kabar mengejutkan datang dari Liga Inggris, karena Mauricio Pochettino dipecat dari jabatannya sebagai pelati kepala Tottenham Hotspur pada Rabu (20/11/19) dini hari tadi.

Tak hanya Pochettino, beberapa jajaran staf pelatih yang menjadi bawahnnya juga dipecat. Kepastian itu diumumkan langsung oleh pihak Tottenham melalui laman resminya. 

"Pihak klub mengumumkan Mauricio Pochettino dan tim pelatih Jesus Perez, Miguel D'Agostino, dan Antoni Jimenez telah dibebaskan dari tugasnya," tulis pernyataan resmi klub.

"Disesalkan hasil di kompetisi domestik pada akhir musim lalu dan awal musim ini sangat mengecewakan."

Rentetan performa buruk yang dialami The Lilywhites musim ini, jadi penyebab utama pria Argentina itu didepak. Tottenham saat ini menghuni peringkat ke-14 dengan koleksi 14 poin di klasemen sementara Liga Inggris.

Posisi itu mereka tempati karena baru meraih tiga kemenangan hingga pekan ke-12 ini, dan terpaut 20 poin dari puncak klasemen yang ditempati Liverpool.

Kabar pemecatan ini sejatinya lebih cepat dari perkiraan awal. Sebab rumornya ia masih akan diberi kesempatan oleh Spurs, hingga laga melawan  West Ham United pada akhir pekan ini.

Selang beberapa jam dari kabar pemecatan, nama Jose Mourinho muncul ke permukaan menjadi kandidat kuat pengganti Mauricio Pochettino di Tottenham Hotspur menurut laporan BBC Sport.

Rumor tersebut kabarnya sudah sampai ke tahan negosiasi antar kedua belah pihak, yang berlangsung sejak beberapa pekan terakhir.

Juru taktik asal Portugal berusia 56 tahun ini sendiri memang tengah menganggur, pasca dipecat dari Manchester United pada Desember 2018 lalu. Usai meletakan jabatannya, Mourinho lebih kini banyak jadi komentator televisi.

Meski kenyang pengalaman dan kualitasnya sudah teruji sebagai pelatih, keputusan klub untuk mendatangkan Mourinho bukan tanpa risiko, karena akan berpotensi menimbulkan sejumlah kerugian bagi tim.

Apa saja itu? berikut INDOSPORT coba mengulas potensi kerugian jika Jose Mourinho datang ke Tottenham Hotspur:

1. Jadi Klub yang Boros

Jose Mourinho dikenal sebagai pelatih yang instan, dan tidak menyukai proses. Hal itu mengacu dari kebiasaannya yang gemar belanja pemain langsung jadi bintang, ketimbang mengembangkan penggawa muda potensial.

Kebijakan Mourinho yang selalu meminta uang belanja besar itu, menjadikannya sebagai pelatih yang paling boros dalam kurun waktu 10 tahun terakhir bersama Chelsea, Real Madrid dan Manchester United.

Di tiga klub tersebut uang yang dihabiskan Mourinho adalah 619 juta poundsterling (setara Rp12,5 triliun). Transfer terbesar yang dilakukan Mourinho adalah senilai 32 juta poundserling untuk memboyong Diego Costa dari Atletico Madrid. Sementara untuk Andriy Shevchenko dan Willian total dihabiskan uang sebesar 60 juta poundsterling.

Hal ini tentu bertolak belakang dengan sikap manajemen dan pemilik Tottenham Hotspur, Daniel Levy. Sebab, mereka dikenal sangat irit belanja. Bahkan, musim 2018-2019 lalu, Spurs tak membeli satupun pemain tapi Pochettino mampu memaksimalkannya.

2. Terjadi Konflik Internal

Masalah terbesar andai kebiasaan Mourinho yang selalu minta uang belanja besar tidak dituruti oleh pemilik klub, akan menimbulkan ketidak harmonisan di dalam tubuh tim.

Preseden buruk yang pernah terjadi ketika ia menukangi Manchester United, sebagai klub terakhirnya sebelum jadi pengangguran. 

Saat itu, Jose Mourinho ingin mendatangkan bek tengah baru di bursa transfer musim panas 2018, karena kurang puas dengan kekuatan tim saat itu yang dinilainya belum maksimal. Akan tetapi, permintaannya itu tidak dituruti oleh chairman Man United, Ed Woodward.

"Ini akan menjadi musim yang sulit bagi semuanya, bukan hanya kami. Saya memiliki rencana selama berbulan-bulan dan kenyataannya saya mengalami situasi yang tak saya harapkan ketika bursa transfer ditutup," ujar Mou, 10 Agustus 2018.

"Ini terakhir kali saya membicarakan hal ini. Bursa transfer sudah ditutup. Itulah manajemen sepak bola. Saya rasa sepak bola sudah berubah dan manajer harusnya disebut pelatih kepala. Kami harus menunggu hingga akhir November untuk mengetahui apakah kami bisa memperebutkan gelar," tutur Mourinho.

3. Sudah Kedaluwarsa

Sebagai seorang pelatih, Jose Mourinho bukanlah juru taktik yang kacangan. Ia merupakan pelatih kelas dunia dengan sederet prestasi yang pernah ditorehkannya.

Gelar demi gelar prestisius berhasil ia rengkuh, dari tahun 2004 hingga 2018. Sayangnya, dari tahun ke tahun gelar yang sukses digondol Mourinho tidaklah berjalan stabil, malah cendrung menunrun pamornya.

Mulai dari Liga Champions, Mou kini hanya bisa membawa tim asuhannya bersaing untuk memperebutkan trofi Piala Liga Inggris saat bersama Manchester United musim lalu. Gelar terakhir yang bisa direbut sebelum menganggur.

Mourinho memang pelatih cerdas, akan tetapi ego kerap menyelimuti isi kepalanya, sehingga ia gagal bertransformasi dengan keadaan sepak bola modern.

Alih-alih mengevaluasi pendekatan kemampuan taktik dan manajerialnya untuk berevolusi, Mourinho justru lebih sering merengek untuk mendapatkan pemain baru, mengeluh soal kinerja para wasit, menyalahkan para pemainnya atas kekalahan timnya.

Untuk semua itu, Mourinho sebetulnya tak sadar bahwa ia bukan lagi seorang pelatih yang spesial. Seiring menurunnya prestasi dan meningkatnya ego, kalimat spesial itu sudah kedaluwarsa. Sebuah hal yang patut jadi pertimbangan untuk Tottenham Hotspur.