Liga Indonesia

Divonis Gagal Ginjal, Mantan Pemain PSMS dan Peraih Emas PON 1985 Ini Butuh Uluran Dana

Minggu, 15 Desember 2019 13:00 WIB
Penulis: Aldi Aulia Anwar | Editor: Theresia Ruth Simanjuntak
 Copyright:

INDOSPORT.COM - Mantan pemain PSMS dan peraih medali emas PON 1985, Sugito, membutuhkan uluran dana karena mengidap gagal ginjal.

Postur tubuhnya tidak begitu tinggi, namun gocekan bolanya sangat mengangumkan. Dua hingga tiga bahkan empat pemain bisa dilewatinya. Apalagi kemampuannya berlari cukup kencang.

Lalu, pergerakannya pun lincah bagai belut, dan tidak pernah mengenal rasa takut. Hal inilah terkadang membuat pemain bawah lawan harus bekerja ekstra keras bahkan harus bermain keras untuk menghalaunya.

Dampak dari kedegilannya sebagai pemain depan, bukan saja membuatnya berulangkali jatuh bangun dan terguling akibat kena 'tebas'. Ususnya pun bahkan pernah bocor karena dipijak pemain bawah lawan.

Ya itulah sosok dari seorang Sugito, mantan pemain PSMS era 1970-an akhir hingga 1990-an. Tapi, kini pria berusia 59 tahun ini sudah sangat jauh berubah. Hal ini bukan karena usianya yang semakin menua, tapi dampak dari sakit yang dideritanya.

Terhitung sejak 11 tahun terakhir, atau mulai 2008 silam, Sugito menginap penyakit diabetes. Dampak sakitnya tersebut meluas atau komplikasi hingga menganggu mata, bahkan kini ia pun divonis gagal ginjal.

“Sebelum ini saya harus operasi mata dampak dari diabetes. Dan sekarang, oleh dokter saya divonis gagal ginjal sehingga dua kali seminggu harus menjalani cuci darah,” kata Sugito saat dijenguk di RS Putri Hijau, Medan, Sabtu (14/12/2019).

Pria yang di masa aktifnya pernah membela Mercu Buana Galatama dan mengantarkan Sumut meraih medali emas PON 1985 ini mengaku, selama ini sudah banyak menjalani pengobatan, baik medis maupun alternatif.

“Sudah banyak dokter dan rumah sakit yang saya kunjungi. Demikian juga pengobatan alternatif. Namun, penyakit ini belum kunjung sembuh,” ujar Sugito lirih.

Ia kini mengaku kian bingung, karena untuk berobat selama sebelas tahun terakhir sudah banyak menghabiskan biaya. Ditambah lagi dengan vonis gagal ginjal yang mengharuskannya cuci darah dua kali seminggu.
 
Karenanya Sugito mohon doa dan juga bantuan dana, baik dari pemerintah maupun lembaga olahraga dan juga masyarakat maupun simpatisan. 

“Alhamdulillah, belum lama ini saya mendapat bantuan dari KONI Sumut. Dan biaya tersebut sudah saya gunakan untuk perobatan,” jelasnya.

Atas saran rekan-rekannya, Sugito juga mengaku sudah menyurati Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Wali Kota Medan serra Ketua Umum Asprov PSSI Sumut Kodrat Shah agar mendapat bantuan.

“Saya kini hanya bisa berdoa, kiranya Pemerintah memberi perhatian terhadap mantan atlet seperti saya ini,” ujar Sugito usai difoto sembari memegang medali emas PON 1985.

“Ini medali kenangan tidak terlupakan. Sebab saat itu rangking Sumut anjlok di luar sepuluh besar. Syukurnya, sepak bola meraih medali emas, dan saya menyumbang satu gol saat final melawan Irian Jaya (sekarang Papua). Medali emas sepak bola ini membuat kontingen Sumut selamat dari ancaman pulang akan dilempar telur busuk,” ujar Sugito menceritakan kenangannya sembari mengakhiri keterangan.