Liga Indonesia

Tak Bisa Pulang Kampung, Bagaimana Nasib Pelatih dan Pemain Asing Borneo Pasca Dipotong Gaji?

Selasa, 7 April 2020 21:29 WIB
Penulis: Petrus Manus Da' Yerimon | Editor: Lanjar Wiratri
© nexgen.ge/wikipedia
Nasib pelatih dan pemain asing klub Liga 1 Borneo FC yang tak bisa pulang kampung. Copyright: © nexgen.ge/wikipedia
Nasib pelatih dan pemain asing klub Liga 1 Borneo FC yang tak bisa pulang kampung.

INDOSPORT.COM - PSSI telah menghentikan sementara Liga 1 2020 hingga akhir Mei mendatang akibat pandemi virus corona. Kondisi tersebut pun membuat semua klub peserta, termasuk Borneo FC membubarkan skuatnya sementara waktu.

Borneo FC juga telah memutuskan, melakukan pemangkasan gaji hingga 75 persen, atau pemain hanya menerima 25 persen dari gaji normal selama tiga bulan ke depan. Hal itu dilakukan untuk menjaga kestabilan keuangan klub.

Keputusan itu pun telah disepakati bersama oleh seluruh pemain hingga pelatih. Lalu bagaimana dengan nasib pemain asing dan pelatih Borneo, Edson Tavares yang notabene berasal dari luar Indonesia pasca pendapatannya dikurangi?

Presiden Borneo FC, Nabil Husein menjelaskan, Edson dan empat pemain asing yakni Francisco Torres, Nuriddin Davronov, Javlon Guysenov dan Diogo Campos memiliki keputusan masing-masing. Sejauh ini, pelatih bersama Nuriddin dan Javlon masih berada di Samarinda, sedangkan Torres dan Campos telah kembali ke Brasil.

"Di bebaskan, sebagian pulang sebagian stay, itu pilihan masing-masing," kata Nabil.

Skuat Borneo FC saat ini tengah diliburkan hingga awal Juni. Sempat menjalani latihan di tengah pandemi virus corona, tim pelatih dan manajemen akhirnya memutuskan untuk tidak melakukan kegiatan apa pun demi menjaga kesehatan para pemain.

Sementara itu, Nuriddin Davronov mengatakan punya alasan khusus tidak pulang kampung ke Tajikistan. Ditutupnya akses keluar masuk di negaranya, membuat 29 tahun itu menikmati waktunya di Samarinda.

"Kami mempunyai waktu jeda karena virus. Saya sebenarnya ingin pulang dan Bos Nabil ingin membantu saya untuk itu. Tapi, seperti yang kita tahu bahwa seluruh dunia membatasi penerbangan dan banyak airport yang tidak beroperasi, termasuk airport Dushanbe di Tajikistan," ujarnya.

"Di sana masih belum ada penyebaran virus dan tak ada yang sakit, namun pemerintah memilih untuk menutup perbatasan untuk membuat semuanya terkontrol. Makanya saya memilih untuk bertahan di Samarinda," imbuh Noor, panggilan akrabnya.