In-depth

Alexandre Pato, Wonderkid Brasil yang Hancur Kariernya di AC Milan

Jumat, 10 April 2020 07:25 WIB
Editor: Coro Mountana
© Indosport
Alexandre Pato, Wonderkid Brasil yang Hancur Kariernya di AC Milan. Copyright: © Indosport
Alexandre Pato, Wonderkid Brasil yang Hancur Kariernya di AC Milan.

INDOSPORT.COM - Alexandre Rodrigues da Silva atau Alexandre Pato merupakan wonderkid Brasil yang kariernya hancur ketika bermain di AC Milan.

Alexandre Pato pada usia 16 tahun sudah menunjukkan kalau ia akan menjadi mutiara selanjutnya dari Brasil setelah Romario, Rivaldo, Ronaldo dan Ronaldinho. Bakat besarnya pun dicium oleh Internasional, klub Brasil pada Juni 2006.

Meski usianya masih sangat muda, ternyata Pato diajak untuk bermain dalam ajang Piala Dunia Antar Klub 2006. Di kompetisi itu, Pato memecahkan rekor sebagai pemain termua yang mencetak gol dalam ajang yang diselenggarakan oleh FIFA.

Pato memecahkan rekor yang dicetak oleh Pele di Piala Dunia 1958 dengan sebuah gol melawan Al Ahly di babak semifinal Piala Dunia Antar Klub. Gol Pato juga berhasil mengantarkan Internasional melawan Barcelona di babak final Piala Dunia Antar Klub 2006.

Bertarung melawan Barcelona yang diperkuat Ronaldinho, Xavi dan Andreas Iniesta, Pato sukses mengantarkan Internasional menjadi juara Piala Dunia Antar Klub. Aksi memukau Pato pun menarik perhatian AC Milan yang mengontraknya pada 2 Agustus 2007.

AC Milan Sangat Beruntung Punya Pato

Namun dikarenakan usianya masih di bawah umur non Uni Eropa, membuat Pato baru benar-benar secara resmi membela AC Milan pada Januari 2008. Begitu diperbolehkan membela AC Milan, Pato langsung menggila dengan mencetak gol dan meraih kemenangan 5-2 atas Napoli.

AC Milan sangat beruntung memiliki Pato dalam timnya, karena penyerang Brasil ini benar-benar sangat berbakat. Punya kecepatan, lincah, kreatif, kemampuan teknis aduhai serta visi brilian membuat Pato sangat komplit menjadi seorang penyerang.

Bahkan mantan pelatihnya yaitu Dunga dan Carlo Ancelotti sampai menyebut kalau Pato memiliki potensi untuk menyamai apa yang diraih Careca, Kaka, Romario dan Ronaldo. Pada 2010, Don Balon sampai menyertakan nama Pato sebagai salah satu dari 100 pemuda paling berbakat.

Kariernya di AC Milan pun berjalan lancar dengan gelar Serie A Italia 2010/2011 dan Supercoppa Italiana 2011. Sebelumnya, Pato juga menjadi pencetak gol terbanyak AC Milan di musim 2008/2009 pada berbagai ajang dengan 18 gol mengalahkan Filippo Inzaghi.

© INDOSPORT
Filippo Inzaghi selebrasi saat masih jadi pemain. Copyright: INDOSPORTFilippo Inzaghi selebrasi saat masih jadi pemain.

Pencapaian serupa pun berhasil ia ulangi pada 2010/2011 dengan menjadi pencetak gol terbanyak di Serie A Italia bersama Robinho dan Zlatan Ibrahimovic (14 gol). Semua terasa seperti berjalan indah bagi Pato sampai badai cedera menghantuinya.

Badai Cedera yang Merusak Karier Pato

Sayang memang karier Pato dapat dikatakan hancur dan selesai di AC Milan akibat cedera menahun yang menggerogoti kakinya. Sudah sangat sering pada saat itu, Pato keluar masuk ruang operasi hanya untuk memperbaiki hamstring, paha hingga bisep pada pahanya.

Meski selalu bisa melakukan comeback, Pato pada akhirnya seperti menyerah juga dengan keadaan dan fakta bahwa ia rentan cedera pada 2013. Saat itu Pato memilih meninggalkan AC Milan untuk pulang kampung ke Brasil dengan membela Corinthians.

© Getty Images
Alexandre Pato ketika membela klub Liga Super China, Tianjin Tianhai/Quanjian Copyright: Getty ImagesAlexandre Pato ketika membela klub Liga Super China, Tianjin Tianhai/Quanjian

Setelah itu karier Pato dapat dikatakan tidak pernah menyentuh level saat ia belum dihajar cedera gila-gilaan di AC Milan. Mulai dari Sao Paulo, Chelsea, Villarreal dan Tianjin Tianhai pernah menjadi tempat Pato bernaung tapi peforma apiknya tak pernah juga kembali.

Kini Pato telah bermain di Sao Paulo dengan usia yang telah mencapai 30 tahun. Sangat disayangkan wonderkid Brasil bernama Pato tak pernah bisa mencapai titik puncak dari potensinya untuk menjadi Ronaldo atau Rivaldo selanjutnya.

Kariernya praktis hancur ketika berada di AC Milan akibat dihantam berbagai macam cedera, meski begitu terakhir ia menyatakan siap kembali ke San Siro. Hal itu didasari cintanya untuk kembali dan membawa AC Milan bangkit dari keterpurukan saat ini.

1