Liga Indonesia

Joko Susilo Cerita Ngerinya Penghentian Kompetisi Ligina 1998

Selasa, 28 April 2020 18:04 WIB
Penulis: Ian Setiawan | Editor: Ivan Reinhard Manurung
© Fitra Herdian/INDOSPORT
Joko Susilo harus mengubur impiannya dalam meraih trofi juara kompetisi saat membela Persija Jakarta, ketika kompetisi Liga Indonesia 1998 terhenti. Copyright: © Fitra Herdian/INDOSPORT
Joko Susilo harus mengubur impiannya dalam meraih trofi juara kompetisi saat membela Persija Jakarta, ketika kompetisi Liga Indonesia 1998 terhenti.

INDOSPORT.COM - Joko Susilo harus mengubur impiannya dalam meraih trofi juara kompetisi saat membela Persija Jakarta, ketika kompetisi Liga Indonesia terhenti akibat keamanan nasional pada 25 Mei 1998 silam.

Status force majeure dipasang PSSI akibat situasi keamanan nasional yang sangat tidak kondusif. Terutama di Jakarta, yang menjadi pusat pengamanan dari berbagai Gejolak masyarakat atas ketimpangan sosial dan ekonomi.

"Pulang melawan (Persikab) Bandung, ada kerusuhan di depan UI (Universitas Indonesia). Bus kami dihentikan, semua pemain harus jalan kaki ke Mess di Kuningan," tutur dia kepada awak redaksi berita olahraga INDOSPORT, Senin (27/04/20).

"Melihat sendiri, bagaimana penjarahan dan pembakaran yang terjadi. Kami berlindung di mess selama beberapa bulan, dengan penerapan jam malam juga," pelatih yang kini membesut Persik Kediri itu menambahkan.

Beruntung, mess Persija tidak terimbas pada aksi anarkis massa. Pasokan logistik semua rekan setimnya juga aman, setelah toko sembako yang menjadi rekanan Persija tidak terdampak.

"Ada toko langganan untuk membeli sembako, jadi tetap aman. Setelah situasi tenang, baru bisa pulang ke Malang," cerita Joko Susilo.

Terhentinya kompetisi membuat semua klub membubarkan semua aktivitasnya waktu itu. Joko Susilo akhirnya melanjutkan kariernya bersama Arema sejak kompetisi 1999 hingga menutup karir pada akhir musim 2003 silam.