In-depth

Deretan Kasus Rasisme Memalukan yang Pernah Terjadi di Dunia Sepak Bola

Jumat, 8 Mei 2020 12:03 WIB
Editor: Coro Mountana
 Copyright:

INDOSPORT.COM – Berikut adalah deretan kasus rasisme paling memalukan yang pernah terjadi di dunia sepak bola.

Baru-baru ini di Amerika Serikat, ada berita menggemparkan ketika seorang pria berkulit gelap ditembak ketika sedang melakukan jogging. Tak pelak banyak yang mengecam atas tindakan penembakan, termasuk pebasket, LeBron James.

Baginya tindakan penembakan itu merupakan sebuah tindakan rasisme bagi mereka yang memiliki kulit lebih gelap. LeBron James juga menyayangkan bahwa tindakan rasisme masih saja kerap terjadi di era yang katanya sudah dewasa ini.

Di sepak bola sendiri, setidaknya dalam 10 tahun terakhir, kasus rasisme nyaris selalu terjadi, khususnya di Italia dan Eropa Timur. Berikut kami pilihkan kasus rasisme paling memalukan yang pernah terjadi di dunia sepak bola.

Romelu Lukaku

Di musim ini, Romelu Lukaku dalam media sosialnya mengecam habis media olahraga Italia, Corriere dello Sport yang menggunakan headline ‘Black Friday’. Satu hal yang bikin Lukaku jengkel karena dirinya dan Chris Smalling menjadi gambar utama dalam media tersebut.

Lukaku sampai mengatakan kalau itu adalah headline terbodoh yang pernah ia baca, bermaksud untuk memerangi rasis tapi caranya salah. Tak pelak, media Italia tersebut pun langsung dikecam oleh masyarakat dunia karena dianggap itu adalah sebuah blunder.

Sebelumnya, Romelu Lukaku pada awal musim sudah mengalami penghinaan secara rasial pada laga Cagliari vs Inter Milan. Menariknya, Cagliari dalam 10 tahun belakangan telah sering melakukan tindakan rasis ke Moise Kean, Blaise Matuidi, Sulley Muntari, dan Mario Balotelli.

Moussa Marega

Di Liga Portugal, ternyata ada juga tindakan rasisme yang sudah sangat kelewatan dan korban itu adalah striker Porto, Moussa Marega. Saat itu, Marega sukses mencetak gol kemenangan Porto atas Vitoria de Guimares dengan melakukan selebrasi menunjuk kulit gelapnya.

Marega saat itu benar-benar sudah tidak tahan karena mendapat penghinaan secara rasial dari pendukung Vitoria secara gila-gilaan. Ia pun meminta untuk diganti setelah itu karena merasa sudah tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.

“Saya berharap tidak pernah melihat anda (para pelaku rasisme) di pertandingan sepak bola lagi, anda benar-benar sangat memuakkan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada wasit yang tidak membela saya dan malah memberikan kartu kuning karena saya membela warna kulit saya,” tulis Marega dalam akun sosial medianya.

Dani Alves

27 April 2014 menjadi saksi bersejarah ketika bek sayap Barcelona, Dani Alves mendapatkan pelecehan secara rasial saat bertanding menghadapi Villarreal. Pelecehan itu dilakukan dengan melempar pisang kepada Dani Alves.

Secara tidak langsung, mereka menyamakan bek Barcelona dengan hewan penyuka pisang. Akan tetapi reaksi yang dipertunjukan oleh Dani Alves sangat mengejutkan karena ia mengambil buah pisang itu lalu dikupas dan dimakan.

Sejak saat itu banyak pesepakbola mengecam keras tindakan rasis dengan melempar buah pisang.

Taison

Kasus terakhir adalah yang menimpa gelandang Shakhtar Donetsk, Taison yang kesal dengan tindakan rasis dari suporter Dynmao Kiev. Saat itu, Taison yang sedang menguasai bola di sudut lapangan, mendapatkan ejekan bernada rasis dari suporter lawan.

Lantas, Taison langsung naik pitam dan langsung mengacungkan jari tengahnya membalas ejekan rasis tersebut dan menyepakkan bola ke mereka. Namun keputusan mengejutkan dikeluarkan oleh wasit Mykola Balakin yang langsung mengeluarkan kartu merah dan membuat Taison menangis.

Dilansir dari Daily Mail, federasi sepak bola Ukraina malah menambah sanksi kepada Taison, sebuah tindakan yang langsung dikecam habis oleh FIFPro. Asosiasi Pesepakbola Profesional itu tidak habis pikir bagaimana federasi sepak bola Ukraina malah memberi sanksi ke korban rasis.

Pada akhirnya tindakan rasis apapun seharusnya tidak boleh ada lagi di masa sekarang ataupun masa depan. Sebagai masyarakat modern yang tidak lagi memandang perbedaan suku, ras dan agama, bisakah kita tak melakukan tindakan rasis lagi, terutama di sepak bola?