Liga Inggris

Dibantai Man City, Ini 3 PR Besar Klopp Buat Liverpool Musim Depan

Jumat, 3 Juli 2020 16:17 WIB
Penulis: Arief Tirtana | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Robbie Jay Barratt - AMA/Getty Images
Kekalahan telak juara Liga Inggris 2019/20, Liverpool dari tangan Manchester City menunjukkan 3 pekerjaan rumah (PR) besar buat Jurgen Klopp musim depan. Copyright: © Robbie Jay Barratt - AMA/Getty Images
Kekalahan telak juara Liga Inggris 2019/20, Liverpool dari tangan Manchester City menunjukkan 3 pekerjaan rumah (PR) besar buat Jurgen Klopp musim depan.

INDOSPORT.COM – Kekalahan telak juara Liga Inggris 2019/20, Liverpool dari tangan Manchester City menunjukkan 3 pekerjaan rumah (PR) besar buat Jurgen Klopp musim depan.

Setelah memastikan gelar juara, Liverpool harus rela langsung merasakan kekalahan telak dari klub yang menjadi rival dalam perburuan gelar, Manchester City di pekan ke-32 Liga Inggris, Jumat (03/07/20).

Meski tak mempengaruhi kepastian mereka sebagai juara, bagaimanapun kekalahan telak 0-4 dari Manchester City jelas menjadi sedikit noda dalam pesta Liverpool yang baru saja melepas dahaga 30 tahun tanpa gelar juara Liga Inggris.

Apa lagi secara permainan di atas lapangan, anak-anak asuh Jurgen Klopp itu sama sekali tak bisa memperlihatkan kualitas mereka sebagai tim juara, di depan rival utamanya.

Kabar baiknya memang buat Liverpool dan Jurgen Klopp, kekalahan atas Manchester City dinihari tadi sebenarnya bisa menjadi sebuah pelajaran berharga mereka. Di mana mereka bisa mengambil hikmah bahwa meski tampil superior sepanjang musim 2019/20, Liverpool sebenarnya masih memiliki sejumlah masalah.

Tercermin jelas dalam pertandingan melawan Manchester City dinihari tadi. Berikut masalah-masalah yang masih menaungi klub Liverpool dan menjadi pekerjaan rumah besar pelatih Jurgen Klopp musim depan.

Strategi Cadangan

Pekerjaan rumah pertama yang harus bisa diselesaikan Jurgen Klopp bersama Liverpool musim depan adalah mereka harus segera mematangkan strategi cadangan jika permainan mereka yang mengandalkan sektor sayap sudah menemui kebuntuan.

Di laga melawan Manchester City misalnya, Liverpool seakan tak berdaya saat Sadio Mane bisa dimatikan Kyle Walker dan Mohamed Salah tak bisa menaklukkan Benjamin Mendy di sisi kanan.

Liverpool memang punya kekutan luar biasa di sektor sayap. Selain Mane dan Salah, di sektor tersebut juga ada full back sekelas Alexander-Arnold dan Robertson yang punya umpan-umpan mematikan.

Tapi masalahnya, saat lawan sudah bisa membaca permainan mereka. Liverpool seakan tak punya rencana lagi untuk membongkar pertahanan lawan.

Bukan hanya di laga melawan Manchester City, tetapi juga di banyak pertandingan lainnya, Liverpool selalu saja terus berupaya mengarahkan bola lewat sektor sayap, baik lewat permainan dari kaki ke kaki, ataupun dengan umpan jauh dari lini pertahanan. Sambil berharap lini pertahanan lawannya sedikit lengah.

Cukup sering memang upaya itu berhasil. Dengan kualitasnya, Mane dan Salah bisa memanfaatkan sedikit kelengahan bek lawan untuk kemudian mencetak gol.

Namun sebaliknya, saat bek lawan bisa menjaga konsentrasinya penuh sepanjang laga, seperti saat melawan Manchester City, Everton dan Atletico Madrid di Liga Champions lalu, Liverpool seakan kehabisan akal.

Untuk itu menjadi penting buat pelatih Jurgen Klopp segera mematangkan strategi cadangannya untuk menyambut musim depan. Sebab tak selamanya Liverpool bisa terus mengandalkan strategi yang itu-itu saja di hadapan lawan yang sudah pasti mengetahui permainan mereka.

Apa lagi di pertandingan tersebut Liverpool juga jarang mendapatkan kesempatan lewat bola mati, di mana biasanya mereka bisa mengambil keuntungan untuk mencetak gol.

Kreator Lapangan Tengah

Masih berkaitan dengan pekerjaan rumah sebelumnya, di pertandingan melawan Manchester City, Liverpool terlihat jelas masih sangat butuh keberadaan seorang kreator lapangan tengah.

Melawan Manchester City, dengan gelandang-gelandang kreatifnya seperti Kevin De Bruyne, Jurgen Klopp justru memasang tiga gelandang bertipe pertarung yakni Henderson, Wijnaldum, dan Fabinho.

Tujuannya mungkin untuk bisa mematikan kreativitas lapangan tengah Manchester City. Namun sebaliknya, dengan tiga gelandang tersebut, kreativitas lapangan tengah Liverpool yang justru menjadi terganggu. Ketiganya tak bisa bergerak sendiri tanpa mengarahkan bola terus-terusan ke sisi sayap.

Sempat ada angin segara di babak kedua saat Chamberlain dan Naby Kieta dimasukkan. Namun dengan situasi dan kemampuan keduanya, kehadiran mereka juga tak bisa mengangkat kreativitas lapangan tengah Liverpool yang akhirnya kembali kemasukan satu gol di babak kedua.

Berkaca pada hal itu, maka rasanya menjadi wajib bagi Jurgen Klopp untuk segera menambah amunisinya dengan kehadiran satu gelandang kreatif yang bisa diandalkan dalam setiap pertandingannya.

Gelandang yang bukan hanya bisa mengalirkan bola, namun juga bisa muncul sebagai eksekutor saat tiga penyerang depannya mengalami kebuntuan dimatikan oleh bek lawan.