In-depth

Hansi Flick, Thomas Muller, dan Bayern Munchen yang Kembali Superior

Sabtu, 15 Agustus 2020 18:56 WIB
Penulis: Bayu Wira Handyan | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Sven Hoppe/picture alliance via Getty Images
Hansi Flick, pelatih Bayern Munchen Copyright: © Sven Hoppe/picture alliance via Getty Images
Hansi Flick, pelatih Bayern Munchen

INDOSPORT.COM – Estadio do Sport Lisboa e Benfica atau da Luz menjadi saksi bisu berakhirnya sebuah era sekaligus menandai lahirnya kembali superioritas Jerman di kancah Eropa.

Dini hari tadi, Sabtu (25/8/2020), kita sekali lagi melihat Lionel Messi tertunduk lesu setelah Barcelona dihabisi oleh Bayern Munchen dengan skor 8-2.

Wajah keheranan Quique Setien di pinggir lapangan bersanding dengan wajah-wajah muram laskar Catalan. Sebuah pemandangan yang menyedihkan, mengingat Barcelona pernah menjadi penguasa Eropa bahkan dunia beberapa tahun yang lalu.

Skor akhir di luar nalar yang tercipta dalam pertandingan tersebut bahkan membuat papan skor tak cukup menampung daftar pemain Bayern yang berhasil mencetak gol.

Skor tersebut juga membuat Hansi Flick, sosok di balik pembantaian Lisbonazo, sampai bingung untuk melakukan selebrasi saking terlalu sering tim asuhannya mencetak gol.

Flick sendiri tak asing dengan pembantaian semacam ini. Enam tahun yang lalu, tepatnya pada gelaran Piala Dunia 2014, dirinya yang kala itu masih menjabat sebagai asisten pelatih Timnas Jerman turut andil dalam kesuksesan Der Panzer mempencundangi Brasil yang berlaga sebagai tim tuan rumah dengan skor telak 7-1.

Dan kali ini dirinya kembali membuktikan kejeniusannya dengan membuat Barcelona babak bundhas di babak perempatfinal Liga Champions musim 2019/20.

Turun dengan skuat yang berisi 3 pemain—Thomas Muller, Manuel Neuer, dan Jerome Boateng—yang bermain dalam Tragedi Mineirazo di Brasil 6 tahun silam, Hans-Dieter 'Hansi' Flick seakan sudah tahu jika mereka akan melaju ke babak semifinal Liga Champions dengan skor di luar nalar.

Pembantaian ini sendiri bukan sepenuhnya salah Barcelona yang disebut-sebut gagal melakukan regenerasi pemain dan usangnya taktik Setien dalam menghadapi gempuran serangan hasil racikan taktik Flick yang lebih fluid dan tentu saja lebih modern itu.

Lebih dari itu, hasil 8-2 yang didapatkan oleh Bayern Munchen pada laga ini adalah murni kejeniusan seorang Flick dalam meramu taktik yang dipadukan dengan filosofi blitzkrieg ala Jerman yang mencoba melakukan serangan sekilat mungkin kala bola telah berada dalam kendali mereka.

Ini juga bukan salah Sergio Busquets yang dalam pertandingan tersebut tampil bak bocah ingusan yang gagap bertahan dan mengatur serangan dari lini tengah Barcelona. Ini adalah murni tanda lahirnya kembali superioritas Bayern Munchen di kancah Eropa.