In-depth

Menanti Sosok yang Layak Jadi Kiper Chelsea: Oblak, Onana, Atau Pope?

Minggu, 30 Agustus 2020 16:03 WIB
Penulis: Bayu Wira Handyan | Editor: Cosmas Bayu Agung Sadhewo
© Julian Finney - UEFA/UEFA via Getty Images
Jan Oblak, kiper Atletico Madrid yang diincar Chelsea Copyright: © Julian Finney - UEFA/UEFA via Getty Images
Jan Oblak, kiper Atletico Madrid yang diincar Chelsea

INDOSPORT.COM – Revolusi skuat Chelsea belum akan berakhir. Meskipun telah resmi mendatangkan 5 pemain anyar dan tinggal menunggu kedatangan Kai Havertz, tim asal London tersebut dikabarkan masih terus mencari sosok penjaga gawang mumpuni untuk bisa menggantikan peran Kepa Arrizabalaga di bawah mistar.

Kepa sendiri didatangkan oleh Chelsea yang menebus klausul rilisnya dari Atheltic Bilbao senilai 80 juta euro (1,3 triliun rupiah) pada tahun 2018 lalu. Nominal transfer yang membuat dirinya sampai saat ini masih memegang rekor sebagai kiper termahal sedunia.

Oleh banyak pihak, kedatangannya saat itu disebut sebagai pembelian panik Chelsea, pasalnya di saat yang bersamaan The Blues harus kehilangan Thibaut Courtois yang menyeberang ke Real Madrid.

Digadang-gadang bisa menjadi pengganti Courtois, nyatanya penampilan Kepa jauh dari kata layak. Dirinya lebih sering membuat jutaan penggemar Chelsea was-was sekaligus ketar-ketir alih-alih merasa nyaman.

Puncaknya adalah di musim 2019/20 kemarin, musim keduanya bermain untuk Chelsea. Tampil sebanyak 40 kali (Liga Inggris, Liga Champions, dan Piala FA), Kepa tercatat kemasukan 56 gol dan hanya sanggup membukukan 10 kali clean sheets. Sebuah catatan yang tentunya tak layak dibukukan oleh kiper yang ditebus dengan banderol senilai 1,3 triliun rupiah.

Catatan tersebut juga membawa Chelsea menjadi salah satu tim dengan jumlah kebobolan terbanyak di Liga Inggris musim 2019/20 kemarin.

Dengan 54 gol yang masuk, nama Chelsea bersanding dengan klub-klub yang yang pada musim lalu tampil jeblok seperti Southampton, Everton, Newcastle United, Brighton Hove & Albion, West Ham United, Aston Villa, dan ketiga klub lainnya–Bournemouth, Watford, dan Norwich City—yang terdegradasi ke Divisi Championship.

Catatan yang sebenarnya tak layak didapatkan oleh Chelsea yang pada musim tersebut berhasil finis di peringkat ke-4 klasemen akhir Liga Inggris.

Tetapi baiknya, catatan tersebut menyadarkan mereka jika lini belakang mereka memang rapuh dan tak stabil, sekaligus membuka fakta jika Kepa sesungguhnya tak pantas bermain di tim sebesar Chelsea.