Liga Indonesia

PSIM Yogyakarta Jabarkan Pentingnya Pemain ke-12 dalam Sebuah Tim

Kamis, 17 September 2020 15:25 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari
© INDOSPORT/Yooan Rizky Syahputra
Bersama Marsal Irwan Masita, PSIM Yogyakarta bahas pentingnya suporter dalam sepak bola. Copyright: © INDOSPORT/Yooan Rizky Syahputra
Bersama Marsal Irwan Masita, PSIM Yogyakarta bahas pentingnya suporter dalam sepak bola.

INDOSPORT.COM - PSIM Yogyakarta kembali dengan topik menarik terkait sepak bola yang dibahas dalam sesi HalfTime Session. Kali ini, bersama mantan Deputi Sekretaris Jenderal PSSI, Marsal Irwan Masita.

PSIM Yogyakarta dan Marsal Marsita pun membahas topik peran pemain ke-12 dalam sebuah tim. Ya, siapa lagi kalau bukan para suporter yang setia mendukung klub kesayangannya dalam setiap kesempatan.

Indonesia sendiri dikenal sebagai salah satu negara dengan suporter terbaik dan bahkan terbanyak di dunia, dengan euforia serta semangat yang selalu membara. Tentu peran mereka untuk sebuah tim sangat penting karena sepak bola tiada artinya tanpa suporter.

Marsal Marsita di sesi HalftimeShow PSIM Yogyakarta sempat menggarisbawahi karakter suporter Indonesia dengan Eropa yang sebenarnya tidak jauh berbeda. Hanya saja di Benua Biru, sepak bola sudah menjadi napas tersendiri bagi para penikmatnya.

Pria yang kini menjabat sebagai Football Project Officer Djarum itu pun mencontohkan bagaimana orang-orang dari segala usia di Italia, bahkan satu keluarga, pergi menonton pertandingan bersama-sama dan itu sudah jadi kebiasaan.

“Kebetulan dalam grup kami di Djarum, kami kita punya salah satu klub Serie C, FC Como. Di Como ini kalau datang Sabtu atau Minggu, ini kita ngomong sebelum Covid, sepak bola itu hiburan akhir pekan, di mana bapak, ibu, anak, cucu, dateng bareng,” ucapnya.

Di Indonesia, mungkin pemandangan seperti ini sudah pernah ditemui namun belum terlalu sering. Kebanyakan, pendukung klub maupun tim tertentu hanya independen atau tergabung dalam sebuah grup khsusus.

Masih dengan topik yang sama, Marsal pun berharap para suporter Indonesia bisa lebih banyak belajar bahwa jadi penggemar sebuah tim harus berasal dari hati. Dalam sepak bola ada menang dan kalah dan sejelek apa pun hasil yang diperoleh, kita harus tetap setia.

Ia menyoroti Indonesia adalah negara yang masih berkembang dan hal ini jadi salah satu faktor pembeda antara suporter Tanah Air dan Eropa. Selain itu, maturity atau kedewasaan juga jadi kunci penting dalam mendukung sebuah tim.

“Sepak bola itu, ya kamu jadi fans tapi kalau tim kamu kalah ya harus tetap jadi fans. Kamu tidak berhak untuk nimpukin orang, berkelakuan kasar, anarkis. Fans itu sama kayak pacar, kamu harus menghadapinya,” jelasnya lagi.

Untuk itulah edukasi yang lebih diperlukan untuk membentuk karakter suporter Indonesia yang tidak hanya penuh passion, tapi juga berkualitas dari segi sikap. Di sinilah peran penting klub, termasuk PSIM Yogyakarta, benar-benar dibutuhkan.

Apalagi, dengan situasi pandemi saat ini, klub-klub sepak bola di Indonesia harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk menciptakan bonding dan mengedukasi para suporternya untuk menjadi lebih baik lagi.