In-depth

Wiljan Pluim dan Aaron Evans, Sisa-sisa Fondasi Awal Liga 1 Sepeninggal Paulo Sergio

Jumat, 9 Oktober 2020 16:15 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© ary_photo
Kapten PSM Makassar, Wiljan Pluim. Copyright: © ary_photo
Kapten PSM Makassar, Wiljan Pluim.

INDOSPORT.COM - Liga Indonesia termasuk salah satu kompetisi sepak bola paling unik di dunia. Alasannya tentu karena sepanjang perjalanan era profesional sejak penyatuan Perserikatan dan Galatama (1994) ada saja masalah yang menerpa di tengah pencarian jati diri.

Format kompetisi kasta tertinggi Indonesia memang cenderung berubah-ubah. Terkesan plin-plan karena kerap galau menentukan kemasan satu atau dua wilayah, sampai akhirnya lahirlah Liga 1 pada 2017.

Liga 1 2017 merupakan pijakan awal untuk membangun kompetisi dari nol pasca-lepas dari sanksi pembekuan FIFA (sejak 2015). Berbagai regulasi baru nan revolusioner disahkan, salah satunya perekrutan marquee player dan kewajiban memasang pemain U-22 di starting line-up.

Dari kebijakan marquee player kemudian bermunculan nama-nama beken eks liga-liga elite Eropa seperti Michael Essien, Carlton Cole, Mohammed Sissoko, dan Peter Odemwingie.

Liga 1 2017 adalah harapan baru bagi Indonesia. Kondisi sepak bola nasional yang compang-camping mendadak bergairah lagi, bahkan menjadi sorotan dunia berkat keberadaan Essien dkk.

Namun, kiprah Michael Essien dkk. toh sebatas pemanis saja, kecuali Peter Odemwingie yang sempat Cemerlang bersama Madura United sebelum berurusan dengan cedera pada pertengahan musim.

Hanya segelintir pemain asing berpredikat marquee player yang mampu bersinar, itu pun bukan penyandang nama besar jebolan klub raksasa Eropa, antara lain Paulo Sergio dan Wiljan Pluim.

Keduanya sukses melambungkan tim masing-masing di Liga 1 2017. Paulo Sergio yang kala itu menjalani musim debutnya langsung mempersembahkan titel juara kepada Bhayangkara FC.

Di sisi lain, Wiljan Pluim yang sejatinya bermain apik hampir sepanjang musim bersama PSM Makassar harus merelakan gelar juara lantaran klubnya terpeleset dan terpental dari singgasana klasemen menjelang akhir Liga 1 2017.

Kedua marquee player ini ternyata betah merumput di Indonesia tatkala nama-nama beken jebolan klub elite Eropa lain memutuskan angkat kaki sehabis Liga 1 2017.

Berikutnya, ketika Liga 1 sudah tak lagi menerapkan kebijakan marquee player, baik Paulo Sergio maupun Wiljan Pluim memilih terus berkarier di Indonesia. 

Wiljan Pluim tetap setia bersama PSM Makassar hingga kini, sementara Paulo Sergio berganti seragam dari Bhayangkara FC ke Bali United pada edisi 2019.

Sayang, perjalanan Paulo Sergio menjajah Liga 1 mesti berakhir tahun ini, tepatnya Senin (5/10/20). Dia dengan berat hati memutuskan pulang kampung ke Portugal akibat mengalami cedera punggung dalam sesi latihan Bali United beberapa waktu lalu, plus alasan keluarga.

Jadilah Wiljan Pluim pemain asing eks marquee player terakhir yang menjalani karier secara berturut-turut di Indonesia sejak 2017. 

Dia masih setia berseragam merah khas PSM Makassar meskipun sebagian besar rekan seangkatannya, termasuk pelatih Robert Rene Alberts yang membawanya ke Indonesia pada 2016, telah meninggalkan klub kebanggaan masyarakat ibu kota Sulawesi Selatan.

Lantas, apa yang membuat jebolan akademi klub Eredivisie Belanda, Viterse Arnhem, ini betah di Indonesia. INDOSPORT sempat mendapatkan jawabannya ketika berkesempatan mewawancarai Pluim medio 2017. 

"Sebelum berlabuh ke Indonesia saya sempat merumput di Liga Vietnam sehingga tak terlalu bermasalah dengan iklim dan cuaca panas. Saya dapat beradaptasi secara cepat dan tergolong mudah," kata Wiljan Pluim kala itu.

"Tapi, soal lapangan tidak bisa dipungkiri menjadi tantangan tersendiri karena kualitas rumput suatu stadion berbeda dengan stadion lain. Ada yang bagus, ada pula yang mengkhawatirkan," cetusnya.

Kabar terkini, Wiljan Pluim yang sempat diisukan bakal memutus jalinan kerja sama dengan PSM sudah kembali bergabung dan berlatih bareng rekan setim sembari menanti kejelasan kick-off lanjutan Liga 1 2020.