In-depth

Sejarah Argentina Juara Copa America Minus Maradona, Batistuta Bersinar

Rabu, 21 Juli 2021 12:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© El Grafico
Gabriel Batistuta dan segenap pemain Argentina merayakan gelar juara Copa America, 21 Juli 1991. Copyright: © El Grafico
Gabriel Batistuta dan segenap pemain Argentina merayakan gelar juara Copa America, 21 Juli 1991.

INDOSPORT.COM - Siapa bilang kesuksesan Argentina pada era akhir 1980-an hingga awal 1990-an selalu berkaitan dengan satu sosok bernama Diego Maradona

Betul bahwa Sang Dewa Sepak bola memang berjasa mempersembahkan trofi Piala Dunia 1986 serta meloloskan Argentina ke final Piala Dunia 1990.

Namun, Maradona sesungguhnya sama sekali tak berperan kala Argentina merengkuh dua gelar Copa America, yakni pada edisi 1991 dan 1993. Tim Tango punya jagoan lain khusus untuk turnamen sepak bola paling akbar seantero Amerika Latin tersebut.

Di Copa America 1991, Argentina tak mencantumkan Diego Maradona dalam skuat. Pelatih Alfio Basile lebih memilih pemain-pemain muda seperti Claudio Caniggia (24 tahun), Gabriel Batistuta (22 tahun), Leonardo Astrada (21 tahun), dan Diego Simeone (21 tahun). 

Keputusan Basile sempat membuat publik bertanya-tanya, tapi rupanya hal ini justru menghadirkan prestasi membanggakan. Caniggia dan Batistuta menjadi mesin gol di lini depan, sedangkan Astrada dan Simeone adalah nyawa Argentina di lini tengah.

Puncak permainan Argentina tampak di laga pamungkas putaran final Copa America 1991 kontra Kolombia. Sekadar mengingatkan, format turnamen kala itu belum mengenal fase gugur dan masih menggunakan sistem round-robin.

Keberadaan darah muda membuat permainan Argentina lebih bertenaga dan cenderung mengedepankan kolektivitas tim ketimbang kemampuan individu. Serangan secepat kilat langsung dilancarkan sejak wasit meniup peluit tanda sepak mula pertandingan kontra Kolombia, 21 Juli 1991.

Hasilnya efektif. Argentina berhasil unggul 2-0 dalam tempo 20 menit pertama melalui tandukan jarak dekat Diego Simeone pada menit ke-11 plus sepakan kaki kanan akurat nan bertenaga Gabriel Batistuta dari dalam kotak penalti (19'). 

Memimpin dua gol, Argentina melakukan pergantian strategi. Serangan tak segencar menit-menit awal karena Tim Tango lebih fokus memikirkan lini pertahanan dan mempersilakan Kolombia mengambil alih kendali permainan.

Taktik defensif Argentina secara otomatis memancing Kolombia bermain lebih agresif. Upaya kubu lawan berbuah gol lewat aksi brilian Anthony De Avila memperdayai kiper Tim Tango, Sergio Goycochea, pada menit ke-70.

Selepas gol tersebut, semangat Kolombia untuk mencari gol penyeimbang semakin berkobar. Akan tetapi, kubu lawan cuma mengumbar serangan tanpa hasil lantaran tak didukung dengan sentuhan akhir yang sempurna.