In-depth

Sejarah Gelar Prestisius Perdana Afrika, Medali Emas Sepak bola Olimpiade

Selasa, 3 Agustus 2021 08:05 WIB
Editor: Indra Citra Sena
© FIFA
Suka cita segenap pemain Nigeria saat memastikan medali emas Olimpiade usai mengalahkan Argentina di final, 3 Agustus 1996. Copyright: © FIFA
Suka cita segenap pemain Nigeria saat memastikan medali emas Olimpiade usai mengalahkan Argentina di final, 3 Agustus 1996.

INDOSPORT.COM - Dekade 1990-an benar-benar menjadi momentum kelahiran Afrika sebagai kekuatan baru dalam jagat sepak bola. Benua Hitam telah membuka mata dunia tentang kualitas teknik para pemain yang tak kalah hebat dengan kawasan Eropa dan Amerika Latin.

Jalan kesuksesan Afrika diawali Kamerun yang secara mengejutkan mampu menembus perempat final Piala Dunia 1990 di Italia. Berselang dua tahun kemudian, giliran Ghana menerobos semifinal lalu meraih medali perunggu di Olimpiade Barcelona.

Kamerun dan Ghana ternyata cuma awal dari kejayaan berikutnya. Afrika resmi menggegerkan dunia ketika Nigeria berhasil membawa pulang medali emas usai melibas raksasa sepak bola, Argentina, di final Olimpiade Atlanta 1996. 

Argentina boleh saja bermaterikan pemain-pemain muda berbakat besar semacam Javier Zanetti (22 tahun), Roberto Ayala (23), Ariel Ortega (22), dan Hernan Crespo (21). Namun, Nigeria sama sekali tak gentar meladeni Tim Tango, 3 Agustus 1996.

Pertandingan berlangsung seru dan menarik sejak wasit meniup peluit tanda sepak mula. Argentina mengambil inisiatif menekan Nigeria terlebih dulu mengandalkan kolaborasi Ortega, Crespo, dan Claudio Lopez.

Nama yang disebut terakhir membuka keunggulan Argentina pada menit ke-3. Lopez menyambut umpan silang akurat Hernan Crespo dari sektor kanan pertahanan Nigeria dengan tandukan akurat yang meluncur deras ke gawang Joseph Dosu.

Gol Claudio Lopez bukannya menjatuhkan mental Nigeria, tapi justru membuat semangat bertanding Tim Elang Super berlipat ganda. Celestine Babayaro sukses menyamakan skor pada menit ke-28 memanfaatkan situasi sepak pojok.

Kedudukan imbang 1-1 bertahan hingga turun minum kendati kedua Argentina dan Nigeria saling bergantian melancarkan serangan di sisa waktu babak pertama.

Memasuki babak kedua, Argentina kembali memimpin setelah eksekusi penalti Hernan Crespo menghujam gawang Nigeria pada menit ke-50. Penalti diberikan menyusul pelanggaran Taribo West terhadap Ariel Ortega.

Nigeria pantang menyerah dan balik menekan Argentina. Skor lagi-lagi imbang ketika Daniel Amokachi menjebol Pablo Cavallero lewat kecerdikan mengeksploitasi kelengahan di jantung pertahanan Tim Tango yang dikawal Roberto Ayala dan Nestor Sensini.

Amokachi secara jeli menembak bola ke tiang jauh sambil terjatuh. Padahal, striker yang pernah membela Everton tersebut berada dalam pengawalan ekstraketat dari Ayala dan Sensini, tapi tetap masih bisa mencetak gol pada menit ke-74.

Tak pelak, sisa waktu 15 menit pertandingan digunakan kedua tim untuk mencari gol kemenangan. Akan tetapi, upaya tersebut belum terlaksana hingga melewati menit ke-90 dan memasuki periode krusial alias injury time.

Drama terjadi saat itu. Nigeria memperoleh tendangan bebas di sisi kiri pertahanan lawan. Wilson Oruma mengambilnya dan melepas umpan silang menuju jantung pertahanan Argentina yang disesaki pemain kedua kubu.

Argentina menerapkan jebakan offside, tapi rupanya satu pemain lalai dan telat maju bersama rekan-rekannya, yakni Matias Almeyda. Alhasil, Emmanuel Amunike dengan mudah mencocor bola ke gawang Cavallero.