Liga Indonesia

Refleksi Soal Tragedi Kanjuruhan, Eks PSM Makassar Sebut Liga 1 Butuh Keamanan Tingkat Tinggi

Senin, 3 Oktober 2022 23:22 WIB
Penulis: Henrikus Ezra Rahardi | Editor: Zulfikar Pamungkas Indrawijaya
© Reno Firhad Rinaldi/INDOSPORT
Bruce Djite saat mengikuti sesi latihan PSM Makassar. Copyright: © Reno Firhad Rinaldi/INDOSPORT
Bruce Djite saat mengikuti sesi latihan PSM Makassar.

INDOSPORT.COM – Mantan pemain klub Liga 1, PSM Makassar, Bruce Djite, merefleksikan pengalaman bermain di Indonesia, di tengah tragedi Kanjuruhan selepas laga Arema FC vs Persebaya.

Seperti diketahui, dunia sepak bola Indonesia tengah berduka karena tragedi yang menimpa kompetisi Liga 1 selepas pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Laga Liga 1 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya tersebut berakhir 2-3 untuk kemenangan Bajul Ijo dan dilaksanakan di Stadion Kanjuruhan, Malang.

Selepas pertandingan, kondisi justru berubah menjadi kacau usai ada dua pitch invader atau supporter yang masuk ke dalam lapangan.

Namun, kejadian ini justru disikapi dengan kemarahan aparat kepolisian yang kemudian terlibat kerusuhan dengan suporter hingga menelan ratusan korban jiwa.

Bahkan, korban dari kejadian Tragedi Kanjuruhan di Liga 1 ini mencapai 174 orang dan disebut-sebut menjadi tragedi terbesar kedua di dunia sepak bola.

Sebelumnya, tragedi sempat terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 1964 dan menewaskan 328 korban jiwa.

Perhatian dunia internasional kemudian tertuju pada tragedi Kanjuruhan yang terjadi selepas laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada hari Sabtu (01/10/22) silam.

Beberapa pihak bahkan menyayangkan dan prihatin dengan kejadian yang terjadi di Liga 1 tersebut.

Salah satunya adalah mantan pemain timnas Australia, Bruce Djite yang angkat bicara soal pengalamannya bermain di Liga 1 bersama dengan PSM Makassar.